Muach!
Muach!Muach!Annan mencium kedua pipi dan dahi purtinya bergantian. Sesaat setelah melepaskan pelukkannya kepada Aneet. Ciuman itu membuat Aneet tersadar dari lamunannya, Dia menatap wajah Annan dengan sungguh – sungguh mencoba mengembalikan memori ingatnya bentuk wajah sang Ayah. “Ayah rindu sekali sama Aneet.” ucap Annan sambil memegang wajah Aneet dengan kedua tangannya. “Putri kecil Ayah sekarang sudah tubuh jadi gadis luar biasa.” lanjut AnnanAneet hanya terdiam, sesekali dia memejamkan matanya untuk merasakan kelembutan tangan sang Ayah yang dia rindukan.Tapi disisi lain hatinya juga bergejolak marah dengan sejuta pertanyaan dimana keberadaannya saat mereka di keroyok oleh orang – orang itu.Aneet menghembuskan nafasnya dengan panjang mencoba menenangkan perasaanya yang bercampur antara rasa benci dan rasa kerinduan.“Boleh paman Jarot ikut peluk?” tanya Jarot meJarot sudah mulai mengarahkan pistolnya ke arah sasaran, dengan sungguh – sungguh dia mencoba membidik sasarannya.Dor!Pelatuk telah ditariknya, tembakan pertamanya sangat jauh sekali dari sasaran.“Ayo Paman Jar, semangat!” teriak Aneet memberikan semangat.“Susah!” keluh jarot.“Ayo paman dua lagi, paman harus konsentrasi dan tenang. Bidik sasaran.” seru Aneet dengan semangat.Dor!Dor!Tak begitu berbeda dengan hasil pertama, tembakan kedua dan ketiganya juga hanya bergerak beberapa inchi saya dari tembakan awalnya.Jarot sudah putus asa dengan ketiga habis buruknya dan ingin menyudahinya karena malu. Akan tetapi Ying dan Yang memberikan semangat dan tetapi menyuruhnya berlatih. Tingkah lucu yang dibuat oleh ketiga pamannya membuat Aneet ikut ketawa.“Aneet! Maafin Ayah ya.” ucap Annan yang membuat Aneet mengarahkan pandangannya ke Annan. “Maafin Ayah, waktu orang &ndash
“Selamat malam dokter, saya Guntur. Bisa tolong kiriman ambulans dan beberapa tenaga medis. Nanti saya share loc via pesan.”“Iya Pak, agak segera kami persiapkan.”***Suasana apartemen berubah menjadi panik saat Jarot, Same dan raka membawa Annan dalam kondisi pingsan dan bersimbah darah.Mereka letakkan Annan ditempat tidur. Jarot berusaha membersihkan darah yang mengalir di pelipis kanan. Sementara Same dan Raka membuka jaket dan baju yang Annan kenakan. Betapa terkejutnya mereka melihat dada Annan yang tergores cukup panjang.Wee... Woo... Wee... WooSuara ambulans terdengar dari atas apartemen. Beberapa orang tenaga medis keluar dari sana dengan membawa beberapa peralatan.“Ada petugas medis yang berjalan menuju sini Jar.” kata Ojan memberi informasi.“Siapa yang memanggil?” tanya Jarot sambil terus mengelap darah yang keluar.Beberapa Anak buah Annan mencoba menghalangi petugas medis
Empat jam lamanya Aneet dan Annan berdiskusi soal sistem yang akan dipasang. Sebelum akhirnya diskusi berhenti karena Dana pacar Annan yang sudah diusir masuk ke dalam kamar dengan membawa semangkuk sop.‘Awas saja, akan aku tumpahkan sop ini kebajumu.’ ucap dalam hati Dana yang merasa cemburu karena kedekatan Aneet dan Annan.Aneet sudah menunjukkan muka tidak suka dengan Dana dengan sedikit menjauhkan buku di pangkuan Annan.“Ibumu tetap yang terbaik buat Ayah.” bisik Annan sangat lirih ditelinga Aneet.“Tapi benar, aku sangat tidak suka dengan orang ini. Menyebalkan sekali!” bisik balik Aneet ke telinga Annan“Sayang, ayo kita makan dulu.” Ucap Dana. Dia lalu menyuapi Annan sembari menadahkan mangkuk di dekat dada AnnanPlug!“Auw!” pekik Aneet yang tangan kanannya kepanasan karena ketumpahan sop. “Damn! Panas sekali!” teriak Aneet“Bisa tidak sih kamu!” ter
Mata Annan terus menatap bros bunga Lilly yang ada di kerah baju Aneet, dia membandingkan dengan apa yang dia lihat di poto yang dikirim oleh Sarah.‘Iya, sama persis. Berarti putriku ada hubungannya dengan peristiwa pemukulan Dayat.’ Gejolak batin Annan.Annan ingin lebih memastikan kebenarannya, dia melangkah mendekati Aneet yang sedang dikompres tangannya oleh yang.“Yang, biar kakak yang mengobati.” pinta Annan, pandangan mata Annan sama sekali tidak lepas dari Bross lilly yang dikenakan Aneet.“Iya Kak, ini komperes dan Salepnya.” Yang memberikan Annan semua alat yang digunakannya.Annan menoleh ke arah Yang untuk mengambilnya, ternyata Yang juga memakai bros yang sama dengan Aneet. Karena penasaran Annan juga melihat Ying dan Annan juga mendapati hal yang sama.‘Berarti bross lilly ini ada tanda identitas mereka.’ Ucap Anan dalam hatinya“Kak! Ini alatnya.” tegur Yang,
Setelah selesai koordinasi semuanya berbaur menjadi satu. Tidak ada perbedaan mana anak buah dan mana pimpinan, mereka tumpah menjadi satu dalam pesta tersebut. Bagaikan saudara yang selalu akur dan damai. Tapi hal tersebut tidak berlaku bagi Cokky, dia selalu menganggap jika Annan ada pesaingnya yang selalu menghalangi kesuksesannya.Cokky yang merasa penasaran dengan tiga orang baru yang dibawa oleh guntur mencoba mencari tahu dengan mendatangi meja guntur.“Pak Guntur, anak buahnya baru ya.” tanya Cokky“Mereka bertiga? Mereka bukan anak buahku. Dua orang kembar ini Gaying dan Gayang Pradipta Pasha mereka putraku. Dan yang cewek itu Ganetta Tan Harsa cucuku. Kenapa?” tanya balik Guntur setelah menjawab pertanyaan Cokky.“Anaknya Annan?” tanya Cokky lagi.“Iya, aku anaknya Ganandra dan Gayatri. Kenapa kamu heran aku masih bernafas di sini?” sahut Aneet. Aneet mengetahui jika cokky adalah salah seora
“Semuanya jadi lima juta empat ratus dua puluh delapan ribu.” kata kasir sembari memasukkan sisa belanjaan di kantong plastik.“Ayah, minta tolong ya.” pinta Aneet dengan tersenyum lebar.Annan mendekati kasir sambil tersenyum dan menggeleng – gelengkan kepalanya.“Ngerjain orang tua.” ucap Annan sambil menghadiahkan bogem lembut ke kepala Aneet. “Pakai kartu bisa kan mbak?” lanjut Annan bertanya pada kasir sambil memberikan kartu debitnya.“Bisa Pak.” jawab kasir sambil mengambil kartu dari Annan dan menggesekkannya pada mesin edisi. “Ini ya Pak totalnya lima juta empat ratus dua puluh delapan ribu. Silakan pinnya pak.” Annan langsung menekan tombol angka pada mesin edc dan menyerahkan mesin kembali mesinnya kepada kasir. “Ini nota dan kartunya pak terima kasih.”Annan tersenyum lalu mengambil kartu dan notanya. Gaying, Gayang, Raka dan Ojan sudah pergi dahulu membawa belanjaan. Aneet yang membawa belanjaan terakhir terlihat melihat – lihat baku sambil menunggu
Di white house...Karena diguyur hujan deras yang tak kunjung berhenti dari tadi pagi buta, udara terasa jadi begitu dingin.Aneet terlihat keluar dari kamar dengan menggunakan sweter warna merah muda. Berjalan dari kamar menuju ke arah dapur, sesekali dia menggesek – gesekkan kedua telapak tangannya untuk mendapatkan sedikit kehangatan.“Pagi Aneet!” sapa Gaying“Pagi juga paman – paman Aneet.” sapa balik Aneet. Bergantian Aneet memberi ciuman selamat pagi pada kedua pamannya.“Mau kopi?” tanya Gayang sambil tolah – toleh mencari sesuatu hingga kepalanya melewati meja pantri dapur.“Ich Paman cari apa?” tanya Aneet dengan nada protes sambil memukul lengan Gayang. “Paman! Aneet mau susu. Udah donk cari apa sih paman?” lanjutnya“Heran aku! Kamu cari apa woy?” Gaying juga ikut – ikutan Protes dengan tingkah Gayang“Ayahmu mana?” tanya Gayang“Dia...? He he he! Masih tidurlah.” jawab Aneet. “Ayo paman katanya mau buatin Aneet susu.” Pinta A
Hingga siang tiba hujan tidak kunjung reda. Meskipun tidak sederas tadi pagi tapi cukup menunda aktivitas di luar ruangan. Sembari menunggu makan siang yang belum datang, mereka melakukan aktivitasnya masing – masing.Aneet bersama Gaying dan Gayang sedang duduk di teras belakang sambil memandangi rintikan air hujan yang turun. Mereka memang selalu kompak dan sangat akrab, Aneet terlihat duduk di depan Gayang dan sang paman memeluk erat keponakannya agar tidak kedinginan.Jarot yang melihat hal tersebut berjalan mendekati mereka, Jarot juga tidak nyaman dengan sikap dia Annan dan tatapan matanya yang tajam.“Hai! Boleh gabung?” tanya Jarot dengan nada lirih dan tersenyum.Mereka bertiga langsung kompak melihat ke arah sumber suara.“Wah boleh dong kak Jarot, ayo mari – mari duduk.” kata Gaying sambil mengambilkan alas untuk duduk.“Kalau ngelihat seperti ini pacarmu tidak cemburu Yang?” tanya jarot b