Share

Membersihkan White House

Cciiitttt!!!

Set!

Mobil yang dikendarai oleh Gaying berhenti secara mendadak. Hal tersebut membuat badan Gayang dan Aneet sontak terpental ke depan.

“Auw!” teriak Gayang dan Aneet, ketika tubuhnya membentur benda yang ada didepannya.

“Ying! Gila loe ya! Mau bunuh kita loe! Kalau gak bisa nyetir bilang aja, biar gue yang gantiin!” protes marah Gayang yang menahan sakit dikepalanya karena kepalanya membentur dasbor depan.

“Aneet kamu baik – baik saja?” tanya Gaying yang membalikkan badannya ke belakang untuk memastikan kondisi keponakannya.

“Gak apa-apa paman, cuma kepala aja nih agak mantap.” keluh Aneet sambil memegang dahinya.

“Sorry – sorry, tidak bermaksud gue. Cuma pintu gerbangnya sudah kelewatan di belakang!” ucap Gaying dengan wajah merasa bersalah.

Gaying menyalakan lampu sand untuk memberi tanda bahwa mobilnya akan mundur. Dengan pelan dia mengundurkan mobilnya hingga sampai tepat di depan gerbang pas.

Gayang terlihat kesusahan mencari tempat gembok pagar itu terkait. Gaying yang merasa tidak sabar keluar dari mobil sambil membawa sebuah sabit. Dihempaskannya beberapa kali sabut tersebut ke arah dedaunan yang menjalar tersebut.

Crek! Crek!

Grek....!

Gerbang rumah berhasil dibuka, meski harus menggunakan banyak tenaga. Aneet yang masih berada di mobil mengambil alih kemudi untuk membawa mobil itu masuk.

“Bu, Aneet pulang.” ucap Aneet saat kali pertama kali ban depan mobilnya melintasi gerbang.

Gaying dan Gayang dibantu oleh beberapa anak buah Guntur sedang berusaha membuka gerbangnya lebar – lebar supaya mobil mereka bisa masuk.

Aneet terus melangkah menuju ke teras rumah, diambil kunci pintu rumah dari saku jaketnya.

Crek! Crek!

Aneet mendorong kedua pintu rumahnya, membuka lebar – lebar pintunya agar sinar matahari masuk ke rumah. Masuk selangkah ke Rumah, mata Aneet melihat sekelilingnya dan mendapati tembok yang dulu penuh poto dan lukisan kini bersih. Di rumah Cuma tersisa shofa dan beberapa prabotan yang berat. Aneet terus masuk dan menyusuri rumah yang sudah dia tinggalkan selama dua belas tahun.

‘Bu! Aneet pulang. Sekarang Aneet sangat merindukanmu, bu!” jerit Aneet dalam hati

Gaying dan Gayang mengordinasi seratus orang anak buah guntur untuk membersihkan seluruh tempat ini tanpa terkecuali.

Ketika Gaying dan Gayang menyusul masuk, mereka mendapati Aneet berhenti disebuah rak buku yang terletak persis di samping dapur

“Ngapain disini?” tanya Gayang.

Gayang merangkul bahu Aneet, karena melihat wajah cantik keponakannya tersebut tersirat garis kesedihan.

“Paman!” panggil Aneet sambil menatap wajah pamannya. Gayang merespons dengan berkontak mata dengan Aneet. “Temani Aneet masuk ya.” pinta Aneet.

“Masuk ke mana sayang? Kita kan sudah di dalam.” Gayang bertanya dengan muka keheranan.

“Masuk disini.” tunjuk Aneet dengan jari telunjuknya. Aneet lalu berjalan menuju samping dapur. Terlihat dari sana beberapa tempat bumbu kosong berjajar. Tangan Aneet terlihat memutar tempat bumbunya paling ujung luar.

Grek!

Tubuh Gayang seketika tersentak kaget karena rak buku itu bergeser dan ada tangga turun didalamnya.

“Woh, mbak Aya keren juga.” ucap kagum Gayang

“Ayo paman masuk. Temani Aneet.” Ajak Aneet.

Hanya Gayang yang menemani Aneet masuk kedalam ruang rahasia itu sementara Gaying mengordinasi anak buahnya agar cepat selesai membersihkan rumah itu.

Setapak demi setapak Aneet dan Gayang menuruni tangga. Tangan Aneet memang kuat sang paman karena teroma masa lalu. Gayang dengan sigap membuat sang ponakan menjadi tenang dengan menggenggam erat tangan Aneet.

“Wow! Ruang kontrol. Keren dari sini bisa melihat dunia.” ucap Gayang saat sampai di dasar.

“Ibu pintar kan paman?” tanya Aneet singkat

“Heem, ibumu luar biasa sayang.” jawab Gayang.

Melalui HT yang dia Pegang Gayang menyuruh Gaying mengordinasikan anak buahnya. Membersihkan ruangan hingga sampai ruang rahasia itu.

***

Di basecamp...

Annan ternyata sudah ditunggu oleh kepala cabang lain yang masih satu Gangs ya itu Gangs Angka.

“Annan!” panggil Willy

Willy adalah salah seorang mafia dari Gangs angka, dia adalah kepala cabang wilayah empat. Juga orang yang paling tua di kelompok Gangs Angka

“BTW... Ada hal penting apa sehingga membuat kalian semua ke sini?” tanya Annan sembari duduk bersama dengan mereka.

“Annan! Pasti kamu juga sudah tahu jika minggu ini Gangs kita akan mengadakan pertemuan prihal kekosongan jabatan kepala cabang wilayah tiga. Apa kamu tidak ingin mempersiapkan sesuatu?” tanya Willy balik dengan serius.

“Tidak apa yang perlu dipersiapkan. Aku hanya akan mengalir saja mengikuti Lambang.” jawab Annan dengan tegas

“Cokky pasti akan menginginkan posisi itu, karena dia ingin menabah anak buah.” ucap Willy kembali.

“Annan sudah tidak mau bersaing Kak. Jadi siap saja nanti yang dipilih sebagai kandidat semua bukan dari wilayah lima.”

Saat itu beberapa kelapa cabang yang berada disana berkoordinasi untuk membahas persiapan pertemuan tersebut.

***

Pukul dua belas lewat lima belas menit seluruh pekerjaan selesai. Seluruh interior diganti dengan yang baru. Sistem keamanan juga diganti dengan yang lebih canggih.

Mereka bertiga mengucapkan terima kasih kepada anak buah guntur dan mengantar mereka pulang hingga pintu gerbang.

“Paman! Gerbangnya di kunci lagi ya.” pinta Aneet.

Pintu gerbang sekarang bisa menutup otomatis melalui ruang kontrol atau ponsel dari mereka bertiga.

Sekarang mereka bertiga duduk di depan monitor besar di ruang kontrol. Aneet berencana untuk memutar kembali video pembunuhan sang ibu.

“Siap Paman?!” tanya Aneet.

“Ayo kita mulai!” jawab Gayang dengan wajah seriusnya.

Berjam-jam mereka mengamati, sayangnya vidoe yang merekam kejadian tersebut berhenti saat Aya tergeletak tidak berdaya. Kelanjutan dari video itu terkesan dihapus.

Tapi dari pengamatan tersebut. Gaying, Gayang dan Aneet sudah mengantongi Lima orang pembunuh Gayatri Pradipta Pasha.

“Tunggu pembalasanku!” ujar Aneet yang penuh rasa dendam.

“Kamu tidak sendiri sayang. Paman siap membantumu.” ucap Gayang.

Lalu mereka bertiga berpelukan.

Waktu menunjukkan masih sore. Gayang dan Gayang berinisiatif untuk bertemu dengan kekasih mereka sebelum pulang. Seperti biasa Aneet yang tidak kau ikut minta diturunkan di pusat hiburan malam. Salah satu dari hiburan yang berderet di jalan tersebut adalah Bar milik Annan.

“Ingat ya! Tidak boleh masuk ke bar Ayah.” Pesan Gaying sebelum pergi.

“Udah deh paman sana pacaran, nanti Aneet share lok dimana Aneet minta dijemput.” Pinta Aneet

“Hati – hati, langsung kabari jika merasa ada bahaya.” Tegas Gayang

Mereka pergi meninggalkan Aneet. Aneet lalu berjalan menyusuri beberapa toko dan melihat – lihat barang-barang dan berharap ada barang yang dia suka.

***

Krik!

Krik!

Krik!

Hanya terdengar suara jangkring yang bernyanyi malam itu. Di basecamp Cuma tinggal Jarot, Annan dan beberapa Gangs yang memang tidur disana.

Annan masih duduk disebuah kursi menikmati sebatang rokoknya, tepat disebelahnya jarot duduk dengan menyandarkan kepalanya.

“Kak!” panggil Jarot.

“Hem!” sahut Annan.

“Aku kenapa masih kepikiran sama Aya.” ucap Jarot.

“Aya?!” tanya Annan

“Iya, Aya gadis kecil lucu yang tempo hari kita ketemu di tempat mie.” jawab Jarot lalu menegapkan badannya.

“Besuk juga ketemu. Ayo kita ke bar!” ajak Anan.

Mengendarai mobil berdua Annan meminta Jarot berhenti sebentar ketika kembali melewati rumahnya dulu. Dia heran rumah yang tadi pagi kelihatan kumuh dan tidak terawat kenapa menjadi sangat bersih dan terang.

‘Apa alasan papah membersihkan rumahku?’ tanya Annan dalam hatinya

“ayo jalan lagi!” perintah Annan

Sesampainya di Bar miliknya. Kepala cabang yang tadi pagi berada di basecamp sudah open table disana. Annan dan Jarot tentu langsung bergabung bersama dengan mereka.

Sementara diluar Aneet yang asyik berjalan menyusuri beberapa tempat belanja, tanpa sadr sekarang sudah berdiri diseberang bar milik ayahnya.

*** Bersambung ***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fitrie Wah
good job thor suka karuamu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status