Share

Namaku Aya

Annan, Jarot, Ojan, Samuel dan Aneet terus berjalan menjauhi tempat mereka berkelahi tadi. Hingga mereka berlima sampai pada sebuah taman yang diluarnya berderet jajanan malam dengan aneka menu.

Aroma dari jajan yang berderet itu benar-benar menusuk hidung dan membangkitkan selera makan. 

“Kak, berhenti dulu ya? Istirahat dulu. Haus!” pinta Ojan dengan nafas yang terengah-engah.

“Ojan! Baru segini saja udah tidak kuat?! Kamu harus sering olahraga.” protes Annan sambil menepuk punggung ojan yang meringkuk. “Ya sudah, kamu beli minum dulu sana.” ucap Annan

“Hei gadis kecil! Kamu mau minum apa?” tanya Samuel.

“Gak paman, terima kasih. Aku masih kenyang.” jawab Aneet.

Mereka berdua lalu pergi sementara Annan mengajak Aneet dan Jarot duduk disebuah gacebo yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

“Em... BTW mereka tadi siapa ya? Paman-paman semua ada masalah apa sama orang-orang tadi?” tanya Aneet memecah kesunyian

“Em...” ucap jarot terhenti saat Annan mengedipkan mata ke arahnya.

“Mereka tadi itu orang-orang yang ingin nagih utang ke kami, padahal utang kami sudah terlunasi semua.” jawab Annan yang diperkuat oleh anggukan kepala oleh Jarot. “Mereka semua juga sering nawari kita sabu tapi selalu kita tolong.”

“Hm! Hm! Hm! begitu ya.” respons Aneet sembari memegang dagunya.

“Ngomong-ngomong siapa namamu? Dia James dan aku Petter kita adalah teman satu profesi.” ucap Annan sambil mengulurkan tangannya ke Aneet.

“Aku A – , Aya – namaku Aya.” sahut Aneet sambil  menjabat uluran tangan Annan.

“Aya?!” tegas Jarot. Dia juga berpikir jika namanya itu sama dengan istri Annan yang meninggal. 

“Ya namaku sebenarnya Gayatri tapi orang-orang disekitarku lebih sering panggil aku Aya.” jawab Aneet sambil menghadapkan kepalanya ke arah Jarot.

Jarot dan Aneet terus berbincang dengan topik yang kemana-mana, berbagai topik mereka bicarakan. Seperti dua orang sudah lama kenal.

Annan berada tepat di belakang Aneet hanya melihat dan memperhatikan gadis yang dianggapnya istimewa ini. Annan mengagumi Aneet Gadis kecil yang asyik dan berpikiran matang. Apa lagi saat berkelahi, jurus-jurus yang dia keluarkan tadi juga menandai bahwa dirinya belajar bela diri.

Tit! Tit! Tit!

Ponsel Aneet berbunyi, sebuah pesan masuk dari Gaying. Gaying menyuruh Aneet segara pulang, kedua pamannya sudah menunggu di tempat dia turun tadi.

Mereka bertiga sepakat dengan Guntur jika selama seminggu liburan mereka bisa keluar dengan catat harus kembali sebelum jam dua belas malam.

“Paman! A – Aya harus pamit dulu nih, udah disuruh pulang.” ucap Aneet yang mereka kenal sebagai Aya.

“Okey, kalau gitu kita antar kembali sampai rumah.” ucap Jarot yang langsung berdiri.

“Gak usah paman Jams yang ganteng, Aya bisa pulang sendiri. Lagian rumah Aya tidak jauh kok dari sini.” tolak Aneet (Aya) dengan menarik tangan Jarot biar kembali duduk. “Hanya beberapa meter saja sampai, kalau diantar nanti kakekku akan bertanya banyak hal dan itu bikin ribet.” lanjut Aneet. 

“Takutnya orang-orang tadi hafal kamu dan kamu dikeroyok oleh mereka.” jelas Jarot khawatir

“Paman jams tidak salah Aya! Lebih baik kita berhati-hati. sebaiknya kita antar kamu Ya. Hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih udah bantuin tadi.” sahut peter

“Gak usah paman, beneran rumah Aya dekat kok dari sini. Lagian jika nanti terjadi apa-ap Aya bisa langsung teriak. Tapi Aya yakin mereka tidak akan semudah itu hafal wajah orang.” tolak Aneet.

“Kalau gitu minta nomor teleponnya, nanti sampai rumah biar bisa langsung kabari.” ucap Annan sambil menyodorkan ponselnya.

Aneet mengambil ponsel Annan kemudian dia tulis nomornya dan dia save dengan nama Aya. Tidak lupa Aneet misscall nomer Annan ke ponselnya.

Mereka lanjut jalan hingga sampai akhirnya berpisah diparkiran mobil. Aneet terlebih dahulu memastikan Annan dan teman-temannya pergi.

Setelah dirasa aman Aneet lalu berlari ke tempat paman-pamannya menjemput.

“Paman!” seru Aneet saat tiba.

“Lama sekali, ngapain aja coba?” tanya Yang, “Aneet kamu sedang tidak melakukan hal aneh-aneh kan?” tanya Gayang kembali dengan wajah curiganya.

“Gak lah paman, ayo lekas balik. Nanti oppa marah lagi sama kita.” ajak Aneet sembari menarik tangan kedua pamannya masuk ke mobil.

Mereka lalu menyusui jalanan untuk pulang ke rumah Guntur, disepanjang perjalanan Aneet mencoba mengorek cerita dari pamannya tentang pertemuan sang paman dengan sang pacar. Saking asyiknya mereka bercerita tidak terasa mereka sudah sampai rumah.

Mereka sudah bersepakat untuk menghindar dari Guntur, setelah masuk mereka anak langsung masuk ke kamar dan tidur.

Dengan menarik nafas panjang mereka membuka pintu rumahnya dan berjalan beriringan menuju tangga.

“Darimana kalian?” tanya Guntur yang sengaja menunggu anak dan cucunya.

“Opa, ceritanya besuk saja ya pas sarapan. Aneet Sudah kantuk sekali.” pinta Aneet yang sekali-kali menguap.

“Ya sudah besuk opa tunggu ceritanya.” kata Guntur yang kemudian dia berdiri dan pergi.

Huh! Desahan napas lega mereka bertiga. Malam ini bisa dengan aman tidak menghadapi Guntur yang over protektif.

***

Waktu tepat menunjukkan pukul 00.00. Annan, Jarot, Samuel dan Ojan baru saja tiba di basemant apartemen Annan. Mereka berempat berjalan santai ke rumah Annan.

Kreek!

Annan membuka pintu rumahnya, didalam sudah ada Dana yang menunggu dengan raut wajah kesel sambil menyilangkan kedua tangannya didada.

“Darimana saja kalian?!” tanya Dana dengan nada marahnya dan muka adam.

“Gak dari mana-mana, habis menyelesaikan urusan yang tadi saja.” jawab Annan yang duduk di depan Dana. “Iya kan guys?” tanya  Annan meminta dukungan dari kawan-kawannya.

“Heem!” ucap serempak Samuel, Jarot dan Ojan.

“Gak mungkin! Aku gak percaya. Urusan seperti itu mudah bagai kalian jadi tidak akan mungkin selama ini.” ucap Dana lagi. “Kalian pasti asyik-asyikan bermain dengan gadis tadi kan? Kalian apakan dia?” lanjut Dana dengan nada yang lebih keras.

“Dana tutup mulutmu!” teriak Annan sambil menunjukkan tangannya ke Dana. “Jangan samakan semua orang dengan dirimu. Usianya saja belum ada tujuh belas tahun, jika anakku disini pasti usianya akan sama dengannya. Jadi tidak mungkin aku tidur dengan anakku sendiri!” teriak Annan lagi dengan muka merahnya karena menahan amarah.

Mengetahui Annan yang marah Same dan Ojan langsung masuk ke dalam meninggalkan ruang tamu, sementara Jarot berjalan ke arah Dana.

“Kamu tahu, gadis kecil itu udah aku anggap sebagai keponakanku sendiri, jadi buang jauh-jauh pikiran picikmu itu!” tegas Jarot yang berbicara tepat di depan muka Dana.

Jarot lalu meninggalkan ruang tamu menyusul Same dan Ojan. Tidak mau banyak berdebat dengan Dana, Annan kemudian masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam.

Tok! Tok! Tok!

Dana mengetuk pintu kamar Annan dan meminta ijin untuk masuk akan tetapi Annan tidak mengizinkannya masuk malah memintanya untuk tidur dikamar lagi. Dana bertambah marah, malam itu juga dia pergi dari rumah Annan.

Annan yang habis mandi dan masih terbalut handuk dipinggang, duduk diatas kasur dan mengeringkan rambutnya. Tak berselang lama diambilnya poto Gayatri istrinya yang dia simpat dilanci tempatnya tidur.

Dia lihat poto istrinya tersebut sembari dia usap – usap wajahnya di poto.

‘Sayang, tadi aku ketemu sama seorang gadis, usianya kira-kira seusia Aneet anak kita. Tapi tingkah dan polahnya sangat mirip sama kami. Namanya juga seperti namamu, Aku serasa melihat dirimu di diri gadis kecil itu. Dia juga sedikit mengobati rasa rinduku kepada Aneet.’ ucap Annan dalam hatinya.

Tit! Tit! Tit!

Pesan masuk di ponsel Annan, pesan dari Aneet yang mengabarkan jika dirinya sudah selamat sampai rumah dan bersiap-siap untuk tidur.

Dengan senyum yang mengembang dibibirnya, Annan membalas pesan Aneet bahwa dirinya juga sudah tiba di rumah dan juga bersiap untuk istirahat. Kemudian Annan juga bertanya apakah mereka bisa bertemu besuk.

Aneet membalas jika besuk dirinya tidak bisa bertemu dengan Annan karena dia sudah ada janji dengan pamannya untuk membersihkan rumah. Dan bisa bertemu lagi dengan Annan lusa.

Annan menawarkan bantuan kepada Aneet tenaga untuk bersih-bersih rumah sebagai balas budi telah membantunya tadi, tapi Aneet menolak bantuan tersebut. Jika ada orang lain yang tahu status Aneet itu akan membuatnya lebih repot. 

Mengurangi perdebatan Annan mengalah. Mereka berdua membuat kesepakatan jika mereka akan bertemu di tempat penjual mie itu jam delapan malam.

*** Bersambung ***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status