Suara Nadya tercekat.Harvey di ujung lain telepon berkata, "Kalau nggak ada urusan apa-apa, aku akan menutup teleponnya.""Harvey!" Nadya segera menahannya, "Aku sedang memilih gaun pengantin. Aku tahu kamu nggak punya waktu menemaniku. Tenang saja, aku nggak akan menambah masalah lagi untukmu.""Kamu menelepon hanya untuk mengatakan ini?" tanya Harvey.Bahkan lewat telepon pun, Nadya bisa merasakan keinginan Harvey untuk menutup telepon sudah di ambang batas.Nadya segera berkata, "Tadi aku mengirim pesan ke Wanda, dia bertanya kenapa bukan gaun pengantin merek V. Dia mengira kamu akan membawaku terbang ke Idaris untuk memilih gaun pengantin. Jelas sekali Wanda sedang mentertawakanku karena memakai gaun pengantin siap pakai. Harvey, kamu nggak mau Wanda meremehkanmu, 'kan? Aku akan segera menikah denganmu, jadi kamu nggak boleh membiarkan Wanda menertawakanmu."Dari ponsel Nadya terdengar tawa rendah pria yang dingin. Harvey berujar, "Yang memakai gaun pengantin murahan itu kamu, buk
Ketika Nadya melihat Sinta mengenakan gaun pengantin, dia langsung memutar mata dengan kesal."Bu, apa kamu sudah gila? Yang akan menikah itu aku, bukan kamu!" ujar Nadya.Nada bicara Nadya terdengar tidak baik, tetapi Sinta mengabaikan ucapannya. Wanita itu berbalik, lalu mengagumi dirinya sendiri di cermin besar.Ketika melihat pelayan toko mendekat, Sinta tersenyum lebar pada pelayan itu. "Lihat kami berdua. Siapa yang Ibu dan siapa yang anak?"Pelayan itu tertegun sejenak. Dia tentu saja tahu dengan jelas siapa yang menjadi objek pelayanannya. Lagi pula, begitu Nadya masuk, dia sudah menyatakan identitasnya. Hari ini dia datang untuk mencoba gaun pengantin, sementara Sinta hanya menemani.Meskipun Sinta memiliki wajah yang awet muda dan kulit yang halus, tak peduli bagaimanapun dia merawat dirinya, tetap terlihat jelas bahwa dia dan Nadya memiliki perbedaan usia.Tadi ketika Sinta meminta pelayan mengambilkan gaun pengantin untuknya, pelayan itu mengira Sinta akan mengambil gaun it
Di Quantum Tech.Wanda baru saja memasuki lantai satu perusahaan ketika para karyawan yang melihatnya langsung menyapanya dengan ramah.Para karyawan memandang Wanda dengan mata penuh kekaguman.Wanda hanya mengenakan setelan longgar sederhana yang pas di pinggang. Rambut hitam panjangnya disisir rapi menjadi ekor kuda, sementara helaian rambut di sisi pelipisnya ditahan dengan dua jepit rambut. Kakinya mengenakan sepatu datar yang nyaman. Di kantornya, Wanda bahkan menyiapkan sepasang sandal sutra yang nyaman untuk digunakan sehari-hari.Belakangan ini, Wanda telah mengeluarkan peraturan baru. Setiap lantai kantor akan dilengkapi dengan ruang ganti. Para karyawan boleh memakai sandal di dalam perusahaan, serta tidak wajib memakai riasan. Kini, karyawan yang datang bekerja dengan sepatu hak tinggi dan stoking seakan sudah punah. Mereka hanya sesekali membawa sepatu hak tinggi untuk dipakai saat berkencan sepulang kerja.Para karyawan mengatakan bahwa tindakan Wanda ini memiliki maksud
Tubuh Andre condong ke depan. Pintu lift yang tadinya menutup ke dalam, mendapat hambatan tak kasat mata saat merasakan kehadirannya, lalu mulai bergerak terbuka ke sampingWajah Wanda membesar dalam pandangan Andre. Pria itu menunduk menatap lurus kedua mata Wanda. Setelah melewati jarak sosial yang normal, dia menemukan bulu mata Wanda lebih lebat dari orang biasa. Alis Wanda terlihat jelas satu per satu, dengan beberapa helai alis tumbuh sesukanya.Warna hitam dan putih di mata wanita itu terlihat jelas. Wanda mendongakkan wajah, membuat bayangan di wajahnya hilang sepenuhnya di bawah cahaya lampu.Wajahnya dalam pandangan Andre menjadi makin jelas.Sampai akhirnya sentuhan lembut jatuh di bibir Andre, napas hangat menyebar di ujung hidungnya.Dalam otak Andre, kembang api meledak dengan suara menggelegar. Kembang api yang terang langsung membuat otaknya kosong, bahkan pandangannya pun kabur.Cahaya dalam lift seolah menjadi sangat terang dalam sekejap. Segala sesuatu di sekitar men
Bibir Andre menunjukkan senyum simpul. Dia tidak mengatakan apa-apa, mata indahnya yang sebening kolam mata air menatap Wanda.Suasana di sekitar sunyi, serta mulai memanas. Saat Wanda menunggu jawabannya, dia bisa mendengar detak jantungnya sendiri."Biar aku mengantarmu turun." Wanda memberikan perintah untuk pergi dengan halus."Baiklah."Andre tidak mengeluh. Dia mengambil jas yang tergantung di sofa.Wanda berjalan ke arah pintu masuk, memakai sandal, lalu mendorong pintu terbuka.Andre berjalan mendekat, sementara jas di tangannya jatuh di tubuh Wanda.Tidak ada bau parfum yang tercium di jas itu, hanya ada aroma tubuh pria yang samar. Campuran bau kasturi dan delima merah ini membuat tenggorokan orang tak kuasa menahan air liur."Di luar dingin, pakai saja."Saat kedua tangan Wanda menyentuh jas itu, suara Andre terdengar.Tangan Wanda mengikuti pinggiran jas pria itu ke bawah. Untuk mencegah jas terjatuh, jari Wanda selalu mencengkeram sudut jas.Mereka masuk ke dalam lift. Ket
Andre berjongkok, buru-buru menyeka air mata Sasha.Dia membujuk gadis kecil itu dengan sabar, "Kita bukan nggak bisa bertemu lagi selamanya. Aku akan diam-diam menemuimu tanpa sepengetahuan Om Fabian."Sasha menoleh, lalu berkata pada Fabian, "Om Fabian, kamu nggak boleh bersikap seperti ini. Kamu harus berpikiran terbuka!"Fabian melipat tangan di depan dada. Selain wajahnya yang menjadi lebih muram, ekspresinya tidak berubah sama sekali."Kamu masih kecil, nggak mengerti hati manusia yang jahat," kata Fabian.Sasha balik bertanya, "Om Andre tampan, bagaimana mungkin dia orang jahat?"Fabian membalas, "Apa kamu nggak tahu kalau makin indah tanaman, akan makin beracun ia.""Ibu adalah wanita tercantik di dunia!" Sasha tidak setuju dengan perkataan Fabian.Andre berjongkok di samping Sasha sambil berbisik, "Dia cemburu padaku! Sifat posesif Om Fabian sedang kumat! Dia ingin memonopolimu dan ibumu!"Sasha mendesah. "Om Andre, Om Fabian memang nggak punya banyak teman. Aku akan bicara ba