Share

Part 7

Author: Rz cha
last update Last Updated: 2023-07-19 17:53:36

Sementara itu yang dibicarakan kini sedang berada di sebuah kota yang tampak sangat asri, masih terlihat keaslian alamnya. Dengan begitu banyaknya pohon pinus yang berderet deret di sepanjang jalan. Memang di kota ini ada hutan pinus yang sangat besar, itu membuat udara di kota ini tampak sangat bagus. Kota yang sangat menenangkan, tidak heran jika temannya merekomendasikan untuk mampir ke kota ini supaya bisa menghilangkan stress yang ia rasakan bertahun tahun.

Daren tampak duduk di sebuah tempat makan yang didominasi dengan kayu warna coklat yang diukir dengan sangat indah dan tampak mengkilap. Meskipun terlihat sederhana, namun terkesan mewan menurut pandangan Daren. Baginya ukiran yang berada di dalam rumah makan ini sangat rumit dan pastinya dilakukan oleh seorang ahli.

Sambil menikmati  secangkir kopi Daren melihat jalanan yang ada di depannya, beruntungnya ia duduk di tempat yang sangat pas. Ia bisa melihat banyaknnya orang berlalu lalang melakukan aktivitas masing masing.

‘ Bagaimana bisa tempat yang indah ini tidak ada satupun orang yang ingin membuatnya lebih modern, minimal dibuat mall atau tempat bermain untuk anak anak’ batin Daren jiwa bisnisnya kini meronta ronta melihat peluang yang ada di depan matanya.

Sejak memasuki kota ini, Daren belum melihat adanya Mall atau wahana yang bisa untuk bermain anak anak, dia sendiri merasa heran bagaimana caranya orang orang di sini hidup? Apakah seperti orang orang jaman dahulu? No internet, No Mall dll.

“ Sepertinya Tuan sangat menikmati tempat ini? apakah Tuan baru ke kota ini” ucap pelayan yang sejak tadi melihat Daren.

“ Oh, iya… habis tempatnya sangat indah mbak? Tapi kenapa di kota ini tidak ada Mall atau swalayan? Bahkan taman bermain anak anak juga tidak ada?” ucap  Daren bertanya pada pelayan itu.

“ Di sini memang tidak ada Mall, tapi kita ada semacam supermarket yang menjual keperluan sehari hari, dan untuk anak anak biasanya main di lapangan” ucap pelayan sambil tersenyum.

Daren membayangkan, bagaimana orang orang di sini bisa hidup, apakah mereka tidak punya keinginan untuk membeli sesuatu yang mereka lihat di TV ataupun di internet.

“ Apakah orang orang di sini tidak punya keinginan untuk ke Mall atau semacamnya, apalagi anak anak  jaman sekarang, pasti mereka punya idola yang muncul di TV dan mengikutinya. Bagaimana mereka bisa tahan di sini tanpa tempat hiburan dan semacamnya”

Pertanyaan Daren membuat pelayan itu tertawa dengan sangat renyah. “ Di sini kita tidak butuh Mall untuk bisa mewujudkan apa yang mereka impikan, mereka semua membuka tempat sendiri sendiri, misalkan toko pakaian, toko sepatu dan lain lain. Dan untuk anak anak main di sini juga ada, jika Kakaknya berjalan kearah Selatan akan melihat semua itu. di sana pusat segalanya, Cuma kalau dibandingkan dengan kota sebelah memang sangat lain Kak. Di sini bukan kota metropolitan yang sepertinya mau napas saja susah. di tempat ini memang masih sedikit tertinggal di bandingkan kota lain, namun dari kota ini banyak lahir orang orang pintar yang mereka kirim ke kota” jawab pelayan itu ramah.

Daren jadi ikut tertawa karena mendengar jawaban ibu itu, ia merutuki kebodohannya karena melontarkan pertanyaan aneh, sedangkan dia saja belum berkeliling kota ini. karena ketika sampai di bandara ia langsung ke penginapan yang temannya pesankan. Dan itu terletak tidak jauh dari rumah makan ini. yang di sekelilingnya pohon dan juga bukit bukit. Benar benar seperti pedesaan. Ia mengira kota ini memang seperti ini semuanya. Meskipun perasangkanya tidak salah, di tempat ini memang tidak ada mall atau tempat hibuan seperti di kota kota lain.

“ Maaf ya bu, habisnya aku sejak kemarin yang ku lihat hanyalah pohon pinus berderet deret di sepanjang jalan, aku tidak melihat bangunan tinggi. Jadi aku tidak berpikir jika masih ada tempat yang belum aku kunjungi” ucap Daren.

“ Tidak apa, tapi memang benar jika di sini kebanyakan pohon pinus, barat dari kota ini memang ada hutan pinus. Dan juga kota ini memang tidak ada bangunan tingkat tinggi, paling tinggi hanya tiga lantai, tidak boleh lebih dari itu” ucap ibu itu.

Daren hanya mangut mangut mendengarkan sambil sesekali menyeruput kopi yang sudah tidak hangat lagi, namun tiba tiba matanya dikejutkan oleh sosok yang sangat ia kenal sedang melintas mengunakan motor. Sedang di belakangnya ada tumpukan kardus yang diikat supaya tidak jatuh.

“ Ough itu…..” ucap Daren tertahan karena wanita yang dia lihat sudah beranjak pergi mengikuti jalan ke kiri.

“ Nah, jika kamu ingin makan kue kamu bisa datang ketempat wanita yang membawa motor lagi, dia seorang janda dengan anak anaknya yang masih kecil” ucap ibu tadi yang melihat arah mata Daren tadi yang berbinar saat melihat wanita cantik itu.

“ Oh dia janda, bukan gadis ya” ucap Daren sambil tersenyum. “ Bisakah ibu memberiku alamatnya, kebetulan aku sangat menyukai kue”

“ Kamu ikuti jalan ke kiri itu nanti di pertigaan kamu ambil jalan yang menanjak, rumahnya ada di bukit sana” ucapnya mempromosikan toko kue milik wanita tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
wah klo Daren k rmh utu yg membikin kue itu adik angkat sendri s El .semoga Daren ketemu El dn anak2 nya ..
goodnovel comment avatar
Putro Mocci
sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Membawa Benih Sang Mantan    Part 394

    Xaquil masuk ke dalam mobil, di dalam sudah ada Daren yang duduk di kursi kemudi. " Paman kita mau kemana, menemui klien atau yang lain" ucap Xaquil begitu masuk ke dalam mobil. " Hum, kita ketemu orang, paman juga belum tahu bentukannya seperti apa. Ini hanya mengikuti apa kata Mama. Tapi hari ini kamu memanggil Paman Ayah jangan paman" ucap Daren langsung membuat Xaquil menoleh, lalu memincing pada pamannya. Xaquil terlihat sedang berpikir. Seolah olah bertanya apa yang terjadi pada Pamannya. " Terdengar sangat mencurigakan" gumam Xaquil, kemudian memasang seatbelt. Daren hanya tertawa renyah saat mendengar keponakannya mengerutu. Dia kemudian menjalankan mobilnya membelah kota. Hari libur, membuat jalanan terasa kosong. Biasanya sangat padat kini dia bisa melaju dengan bebas hambatan. Dan tidak beberapa lama akhirnya Daren menghentikan mobilnya di depan sebuah cafe mewah yang ada di pusat kota. " Kita turun Boy" ucap Daren mengajak Xaquil turun, Xaquil hanyalah bisa patuh. Ap

  • Membawa Benih Sang Mantan    Part 393 Baby Ether

    Setelah kondisi membaik, El dan Baby nya di bawa pulang ke kediaman Hill. Kini bayi itu sedang anteng berada di pangkuan Tuan besar Hill. Bahkan Sean dan El tidak kebagian waktu untuk bersama anaknya. Para tetua yang menguasai bayi itu, entah dalam sehari sudah berapa kali pindah tangan. " Kak Xaquil, adik belum diberi nama lho? Kemarin adik sudah setuju jika kakak yang memberikan namanya" ucap Xhaqella membuntuti kakaknya yang hari ini berdandan rapi. " Kakak mau kemana, apakah aku boleh ikut" lanjut Xhaqella, penasaran setelah umur mereka tujuh tahun, kakaknya berubah semakin dingin dan dewasa. Tapi tetap sayang padanya. Xaquil menoleh pada adiknya, apakah adiknya sedang bermimpi. " Apakah adik bayi sudah bisa bicara?" Tanya Xaquil sambil tersenyum tipis. " Dia memberi kita tanda, cobalah kita dekati dan lihatlah langsung, adik kita seperti anak ajaib" ucap adiknya semakin heboh. Dia menuntun kakaknya menuju ruangan Bayi dan menghampiri kakek buyutnya. " Lihatlah adik bayi masih

  • Membawa Benih Sang Mantan    Part 392

    Matahari sudah mulai condong ke arah barat. Seorang pria mengunakan jas putih, berdiri menghadap ke bukit. Dia masih ingat saat setiap sore seperti ini, orang yang dia panggil Mama sering duduk di sana dengan segudang penyesalan. Tapi dia bersyukur pemandangan itu tidak terlihat lagi olehnya di saat ini. " Kevin apa yang kamu lamunkan? Apakah kamu tidak bahagia?" Tanya Keenan sang adik yang kini mengikuti dirinya ke negara ini. " Tentu saja aku bahagia, hanya saja aku teringat Mama, setiap sore seperti ini dia selalu ada di bukit sana dengan sebuah penyesalan yang dalam. Dia meyesal telah kehilangan kamu dan Jaden saat itu, dia akan kembali bila malam menjelang, terkadang harus aku jemput. Aku hanya berharap Mama sudah sembuh" ucap Kevin, sebenarnya dia juga merindukan mamanya itu. Termasuk ibu dan ayah kandungnya. " Tente Erni sudah bahagia, barusan bos Joe mengirimi aku foto, Ibunya yang mengendong anaknya Tuan Sean dan Nyonya Elvaretta. Mereka meminta kita pulang ke sana. Apaka

  • Membawa Benih Sang Mantan    part 391

    El membuka matanya ketika mendengar suara yang sangat ramai, dia tersenyum melihat keluarganya yang sedang berebut bayi. Dan sesekali terkekeh kecil melihat Sean di omelin dan di salahkan. Tidak jauh dari sana, dia melihat anak sulungnya masih tertidur dengan alas jaket. ' Ya Tuhan, anak aku kasihan sekali, pasti dia lelah. Maafkan Ibu Nak, karena selalu menyusahkan kamu terus' batin El dengan berkaca kaca. " El kamu kenapa, apakah kamu merasa tidak nyaman" ucap Aland, saat melihat cucu menantunya berkaca kaca. " Aku baik baik saja Opa, hanya saja Bolehkah minta tolong sama salah satu dari kalian, pindahkan Xaquil ke sini, aku ingin memeluknya" ucap El. " Sean paham apa yang dirasakan oleh El, dia kemudian mengangkat Xaquil dan meletakan di ranjang milik El. " Maafkan Ayah Ya Nak, maafkan Aku Sayang" lanjut Sean mencium kening Xaquil dan juga El. " Terima kasih El, kamu sudah berjuang, tapi kamu tenang saja, Biarkan Ibu yang mengurus anak kamu, supaya Ibu juga merasakan bagaiman

  • Membawa Benih Sang Mantan    Part 390

     Badai di luar mulai berhenti secara berlahan, tepat jam tiga dini hari  bersamaan terdengar suara teriakan dari dalam ruangan. " Paman kenapa di dalam ada suara teriakan kesakitan, apakah Ibu baik baik saja" ucap Xaquil, dia khawatir dengan keadaan ibunya. " Ternyata melahirkan anak ke dunia sangatlah menyakitkan. Untuk itu, cukup kali ini Ibu punya anak lagi, aku tidak mau punya adik lagi" lanjut Xaquil tegas." Itu karena Ayah kamu yang terlalu genit pada ibumu" ucap Daren dia keceplosan bicara, tidak seharusnya Xaquil mendengar hal seperti ini. " Setelah ini Ayah tidak boleh menguasai Ibu lagi, tadi saja kalau tidak aku siram dia tidak bangun, beruntungnya juga tadi aku merasa khawatir dengan ibu dan langsung berkunjung ke kamar ibu" ucap Xaquil dia memang anak yang sangat perhitungan. " Jadi tadi Ayahmu tidak tahu ibumu mau melahirkan" ucap Daren. Xaquil mengangguk dengan cepat. " aku yang menemukan ibu kesakitan di lantai, semen

  • Membawa Benih Sang Mantan    Part 389

    Petir menyambar langit malam, disertai dengan hujan yang turun dengan deras. Menguyur seluruh kota, kini kota menjadi sepi. Tidak ada orang yang berlalu lalang lagi. Semua orang sepertinya menikmati malam dengan bergelung selimut tebal. Wwooosh! Wooosh! Angin juga bertiup membawa hawa dingin yang menusuk ke dalam tulang. Aaarrrggghhh! Suara rintihan lirih terdengar disela sela badai malam ini, suaranya semakin jelas karena terbawa oleh angin. Aaarrrr!" Sean bangunlah.... Sean!" Ucap El sambil mengoyangkan tubuh suaminya. Namun sang suami tidak kunjung bangun, untuk itu El berusaha bangkit sambil memegangi perutnya yang sudah membesar. Dia tahu hari ini, bayi dalam kandungannya sudah akan keluar. El meraih ponselnya kemudian memanggil Daren, dia berharap Daren terjaga, tidak mematikan ponselnya. Dia tidak kuat meminta bantuan yang lainnya. " Daren tidak diangkat juga, pastinya dia juga sudah tidur, apalagi ini sudah jam dua dini hari, hujan pula kondisinya" gumam El sambil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status