Home / Romansa / Membawa Lari Anak Kembar CEO / Bab 4 - Di Mana Kamu?

Share

Bab 4 - Di Mana Kamu?

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2023-07-14 14:46:21

Lima tahun kemudian...

Langkah kaki Alex terdengar sesaat setelah dia keluar dari lift yang terbuka. Ia menyusuri lobi kantor JS Group sambil sesekali mengibaskan tangan ketika beberapa karyawan menyapa dan menunduk hormat padanya. 

Mereka sebenarnya tidak bisa menyembunyikan kekagetan melihat sosok sang CEO secara langsung sore ini. Biasanya bos besar mereka itu akan melewati lorong khusus eksekutif. Entah apa yang membuat seorang Jest Alexander Suh memilih jalan umum kali ini.

Alex tak terlalu memusingkan pandangan bertanya-tanya yang mengikuti langkahnya. Dia malah terlihat lega karena setelah ini bisa pulang ke rumah dengan tenang. 

Sudah lepas lima tahun sejak Alex mengusir Lara pergi. Alex tidak pernah melihatnya lagi di sekitar sini atau kebetulan bertemu dengannya di tempat lain. Wanita itu pasti sudah lama pergi dengan selingkuhannya. Hanya itu kesimpulan yang ada di pikiran Alex selama ini.

Alex hampir keluar dari lobi untuk masuk ke dalam mobil, tapi langkahnya terhenti saat dia melihat seorang petugas kebersihan diminta membawa beberapa barang naik ke lantai sepuluh, padahal wanita yang tengah hamil besar itu sudah tampak kesusahan.

Alis Alex berkerut, dalam hati mempertanyakan kenapa ada wanita hamil yang bekerja di kantornya? 

Alex menunggunya untuk lewat, menyaksikannya yang kesulitan membawa barang yang sedikit berat. Beberapa tumpukan map dan kertas bersegel yang membuat Alex mendekatinya.

"Tuan Alexander?"

Dia menyapa Alex dengan gugup, tidak berani memandang bosnya.

"Kenapa masih bekerja saat sudah hamil besar? Ambillah cuti!"

Wanita itu menggeleng dengan sopan saat menjawab Alex dengan seulas senyum, "Saya butuh sedikit tambahan uang buat lahiran nanti, Tuan. Terima kasih sudah mengkhawatirkan saya..." 

"Suamimu ke mana?"

Petugas kebersihan itu tampak tertegun, tidak menduga bos yang kata orang terkenal arogan itu bertanya tentang suaminya. Dia bahkan tidak menyangka pria itu akan repot-repot menghampirinya seperti ini. Dia memiringkan kepalanya sejenak sebelum menjawab Alex dengan ragu.

"Tidak ada, Tuan. Dia sudah pergi dengan selingkuhannya. Hanya saya yang dimiliki anak saya sekarang," kata wanita itu sambil mengusap perut buncitnya. Setelah itu ia pamit undur diri dari hadapan Alex yang berdiri mematung di tempatnya. Pandangan Alex mengikuti ke mana wanita itu pergi, sampai hilang di balik lorong.

Dada Alex tiba-tiba sesak oleh pengakuan itu. Dia tidak tahu mengapa kalimat itu membuat perasaannya jadi tidak enak. Mengapa seorang wanita hamil malah bekerja keras seorang diri? Bukankah seharusnya wanita itu beristirahat saja di rumah menunggu kelahiran anaknya?

Dengan langkah yang gamang Alex berjalan keluar dari lobi. Dia menatap pada gugusan mendung kelam yang mengingatkannya akan hari di mana dia mengusir Lara pergi dari rumahnya.

"Bukannya saat itu dia bilang dia sedang hamil?"

Alex memejamkan matanya sekilas saat berpikir, 'Kalau benar dia hamil, bukankah ada kemungkinan itu adalah anakku?'

Gerimis turun mendinginkan keadaan sekitar bersamaan saat keringat dingin yang keluar dari keningnya.

"Dia pergi ke mana..." gumam Alex tanpa sadar.

Sebuah perasaan bersalah menyelinap dalam hati Alex. Waktu ternyata berjalan dengan sangat cepat. Sudah lima tahun mereka tidak pernah bertemu setelah hari itu.

Lara seperti menghilang tanpa jejak. 

Dengan keadaan terusir, apalagi dia tidak punya tujuan dan tidak mungkin mengatakannya kepada keluarganya bagaimana sikap Alex, bukankah tidak ada yang bisa menjamin Lara akan baik-baik saja?

Alex ingat Lara pernah mengatakan bahwa dia juga melakukan pernikahan karena terpaksa. Tapi Alex sangat membencinya seolah Lara bukan manusia yang berharga. 

Sial. Selama ini Alex hidup seperti biasa seolah tidak pernah terjadi apapun. Lantas mengapa hari ini ia tiba-tiba merasa terusik dan memikirkan wanita itu?

Alex menghela nafas kasar. "Harusnya aku tidak boleh menimpakan kebencian padanya sebesar itu," lirihnya, teringat betapa buruk ia telah memperlakukan Lara. 

Setelah meraba apa yang pernah dia lakukan, Alex sadar dia sangat egois. Tidak pernah menganggap Lara bahkan saat dia meratapi duka atau mengeluh sakit.

'Kamu dimana, Lara?' batin Alex sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Alex tidak ingin larut dalam pemikiran tentang Lara. Bagaimana pun, mereka sudah hidup masing-masing. Di mana dan apa yang dilakukan wanita itu bukan urusan Alex. 

Saat tiba di rumah, Alex mengernyit mendapati Shiera ternyata ada di sana, seolah memang sudah sewajarnya demikian.

"Kamu di sini?"

Shiera yang duduk di ruang tamu menoleh saat Alex datang seraya melepas jas yang dia kenakan.

"Aku menunggumu," sahut Shiera sambil tersenyum manis.

"Aku sedang tidak ingin melakukan apapun sekarang. Tinggalkan aku sendiri!"

Shiera berdiri dari duduknya, berjalan menghampiri Alex dan memeluknya.

"Aku mau menginap di sini, Alex."

"Pulanglah!" kata Alex dingin.

"Kenapa? Bukannya kamu bilang aku boleh melakukan apapun di sini?" tanya Shiera, terlihat bingung dengan penolakan Alex hari ini. Tapi dia dengan cepat menguasai diri. Jemari tangannya mainkan kerah kemeja Alex dengan gerakan sensual.

"Kamu pernah bilang kalau pernikahanmu dengan Lara hanya sebatas status. Sekarang dia sudah tidak ada. Tapi kenapa kamu tidak kasih kejelasan buat hubungan kita, Sayang?" katanya dengan suara yang terdengar manja.

Alex mendorong napasnya dengan sedikit kasar, meraih kedua tangan Shiera yang ada di dadanya dan menjauhkannya.

"Kamu tidak bosan tanya soal itu terus?"

"Karena hubungan kita tidak jelas sampai sekarang, Alex."

"Apa berada di sampingku seperti masih belum cukup bagimu, Shiera?"

Shiera menelan ludah, lalu menatap Alex dengan tatapan menggoda. Ia masih terlihat berusaha melunakkan pria di hadapannya. "Kalau aku jawab tidak, bagaimana?"

Tapi bukannya melunak, Alex malah terlihat muak. "Aku mulai bosan denganmu yang selalu meminta banyak hal!"

"Karena kita setiap hari tidur bersama, Alex. Apa kamu tidak ingin menjadikanku sebagai istrimu?"

Alex menghela napas lagi. "Kita bahas lain kali. Aku lelah."

Alex meninggalkan Shiera yang menggigit bibirnya menahan rasa kecewa. Berulang kali Shiera tanyakan hal ini jauh setelah Lara diusir. Tapi jawaban Alex masih sama.

Alex sebenarnya mulai bosan dengan sikap Shiera. Kekasihnya itu terlalu banyak menuntut. Marah jika Alex tidak melakukan atau terlalu lama mengabulkan keinginannya. 

Lambat laun Alex merasa jika hidupnya ini dikendalikan oleh Shiera.

*** 

Beberapa waktu berlalu, Alex masih berkubang dengan rasa ingin tahunya. Dia sudah memerintahkan salah satu bawahannya untuk mencari tahu keberadaan Lara. Alex pikir, saat itu dia hanya teringat saja pada Lara, tapi ternyata rasa ingin tahunya itu berubah menjadi keinginan yang besar agar mereka kembali dipertemukan. 

Pagi ini saat dia berangkat ke kantor, dia mendapat kabar dari sekretarisnya bahwa dia belum bisa menemukan di mana keberadaan Lara.

Saat hampir mendekati persimpangan lampu merah, sopir yang mengemudikan mobil Alex menginjak pedal remnya dengan cepat karena mobil di depannya melakukan hal yang sama lebih dulu.

Alex hampir mengeluarkan umpatan kasar sebelum dia mendengar jeritan seorang wanita yang sampai di telinganya. 

Alex keluar dari mobil untuk melihat apa yang terjadi.

Seorang anak perempuan yang berumur sekitar empat tahun tergeletak tak berdaya di tepi jalan, bersimbah darah dengan bibir memucat sedangkan mobil yang tadi menabraknya langsung pergi begitu saja.

Wanita yang menjerit itu tampak ketakutan dan menengok sekeliling meminta bantuan.

Alex berlari ke arahnya, berlutut di sebelah tubuh mungilnya. Perlahan mengangkat kepala terkulai gadis kecil itu ke pangkuannya. Menatap matanya yang sayu saat tangan kecilnya yang berbalut darah menyentuh pipi Alex dan dengan nelangsa memanggilnya, "Papa?"

Alex tercenung dengan panggilan itu, kedua netranya basah menyadari kesedihan yang tersirat di dalamnya.

Batinnya pun mengalami pergolakan, 'Dulu Lara bilang dia sedang hamil saat aku mengusirnya. Kalau apa yang dia katakan hari itu benar, anak itu sudah pasti sebesar ini, 'kan?'

Alex terjaga saat gadis ini menutup mata. Dia tak menunggu jawaban saat mengatakan, "Ayo kita bawa dia ke rumah sakit."

Dia mengangkat dan memeluk tubuh kecil anak ini ke dalam mobil dengan diikuti oleh wanita itu.

Alex meminta sopirnya untuk bergegas memburu waktu, dia takut terjadi sesuatu yang buruk karena saat Alex mengangkatnya, tubuh mungil itu terasa sangat dingin.

Mereka tiba di instalasi gawat darurat, menyerahkan anak perempuan itu dibawa perawat untuk ditangani. Sementara wanita yang tadi bersamanya diminta untuk mendaftar di administrasi.

Percakapan itu masih bisa didengar oleh Alex dari tempatnya berdiri.

"Namanya Shenina. Kiran Shenina," kata wanita itu, masih terdengar sangat panik.

"Anda walinya?"

"Saya guru yang mengajar di playgroup tempatnya sekolah, Bu."

"Bisa tolong Ibu kasih tahu walinya untuk segera datang ke sini?"

"Bisa. Akan saya telepon ibunya."

"Baik, siapa nama ibunya? Untuk pendataan."

"Isabella Lara Gilbert."

Alex berdiri dengan punggung tegak saat mendengar nama yang baru saja disebutkan. Anak perempuan yang baru saja dia peluk dan memanggilnya 'papa' itu adalah anaknya Lara?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Sitiwaniza Siti
di pertemu kan juga walau waktu nya kurang tepat
goodnovel comment avatar
Sri Hamidah
semoga Alex berubah setelah tahu anaknya
goodnovel comment avatar
Devi Aceng Ayu
gimna reaksi alex kalau itu anaknya,dan apa dia sudah nikah?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Membawa Lari Anak Kembar CEO   Bab 362 - Selamat Ulang Tahun, Mama

    Lara tidak bisa menahan haru melihat api yang meliuk di atas lilin kecil pada kue black forest yang dibawa oleh Neo. “Selamat ulang tahun, Mama,” kata Shenina pertama-tama. “Ayo buat permohonan dan tiup lilinnya.” Lara dengan segera melakukan itu. Ia merapatkan tangannya dan berdoa agar kebahagiaan ini tidak pernah putus. Untuknya, untuk keluarganya. Agar mereka diberkati dalam kebahagiaan yang sempurna. Barulah setelah itu Lara menunduk, merendahkan tinggi tubuhnya untuk meniup lilinnya. Lara menerima kue dari Neo yang mengatakan, “Selamat ulang tahun untuk Mama,” katanya manis. “Tidak banyak yang Neo minta selain Mama menjadi Mama yang bahagia.” “Selamat ulang tahun, Mama,” kali ini Shenina yang berujar. “Shen juga memiliki harapan yang sama, semoga Mama tetap bahagia. Dan tetap menjadi Mama cantiknya Shen.” Lara lebih dulu meletakkan kue ulang tahun dari para kesayangannya ke atas meja makan kemudian ia memeluk si kembar yang dengan senang hati membalasnya. “Terima kasih unt

  • Membawa Lari Anak Kembar CEO   Bab 361 - Demam

    *** Merasakan dingin yang memeluknya, Lara membuka matanya dengan cepat. Napasnya tersengal bahkan setelah ia membuka matanya. Ia baru saja berpikir dirinya sedang tidur di lantai seperti lima tahun silam agar anak-anaknya bisa tidur dengan nyaman di atas ranjang. Ia menggigil, kenangan akan sulitnya masa lalu sekali lagi membuatnya terjaga dengan keadaan yang berbeda. Dulu, Lara terbangun karena dingin dan tidak nyaman, tidak ada selimut untuknya selain ia menggunakan apapun untuk menutupi tubuhnya. Tetapi sekarang ia terbangun di tempat yang nyaman dan bahkan tidak sendirian. Tangisan Sky itulah yang pasti membuat intuisi seorang ibu dalam dirinya membuka mata. Dan saat hal itu ia lakukan, Lara telah menjumpai Alex yang berdiri dan menggendong Sky. Ia tampak memandang Lara dengan hanya bibirnya saja yang bergerak seolah bertanya, ‘Kenapa kamu bangun?’ “Sky baik-baik saja?” tanya Lara lirih. Alex mengangguk, menunjukkan Sky yang kembali terlelap saat Alex menepuk lem

  • Membawa Lari Anak Kembar CEO   Bab 360 - Edinburgh After Rain

    .... Dari tempat bulan madu Karel dan Sunny. Seperti yang sebelumnya dikatakan oleh Lara bahwa ada kemungkinan mereka memang sedang berbulan madu ... hal itu memang benar! Mereka pergi berbulan madu setelah penantian yang cukup panjang dan lama mengurus izin cuti Karel yang notabene adalah seorang dokter yang bisa dikatakan ... hm ... masih baru di tempat ia bekerja. Udara sejuk Edinburgh membelai wajah Sunny begitu ia membuka pintu geser di sebuah hotel tempat mereka menghabiskan waktu selama mereka di sini. Ia memandang ke luar dan berdiri di balkon. Pandangannya ia jatuhkan paada jalan yang tampak lengang pada hari MInggu pagi ini yang sebagian besarnya basah oleh sisa hujan. Semalam memang Edinburgh diguyur hujan. Bukan hujan deras tetapi itu cukup untuk membuat bunga kecil dan dahan pepohonan kedinginan pagi ini. “Cantik sekali pemandangan setelah hujan,” gumamnya. Meski ia sebenarnya juga suka pemandangan sebelum hujan, tetapi setelah curahan air turun dari langit ... ia

  • Membawa Lari Anak Kembar CEO   Bab 359 - Waktu Yang Kita Lewati

    .... “Apakah Neo dan Shenina suka dengan sekolah baru mereka, Lara?” tanya Alex pada Lara yang saat ini tengah menatapnya setelah mengalihkan wajahnya dari layar ponsel yang ada di tangannya. “Aku rasa mereka senang,” jawab Lara. Memandang sekilas pada jam digital yang ada di atas meja kemudian pada Sky yang terlelap di dalam box bayi miliknya. “Karena mereka bisa bertemu dengan si kembar Zio dan Asha juga, ‘kan? Kamu ‘kan tahu kalau mereka itu bestie.” Alex tak bisa menahan senyumnya. Ia menutup laptop yang ada di pangkuannya dan meletakkannya di atas nakas yang tak jauh dari ranjang sebelum meraih ponsel Lara. “Jangan main ponsel terus! Peluk aku sekarang, hm?” Alex merengkuh pinggang Lara, membuatnya berbaring dengan nyaman saat mereka merasakan hangat di bawah satu selimut yang sama. Mereka saling memagut untuk beberapa lama sebelum Alex mengecup pipinya. “Cantik sekali ....” “Bukankah aku memang selalu cantik?” tanya Lara, menyentuh garis dagu Alex, tersenyum saat merasaka

  • Membawa Lari Anak Kembar CEO   Bab 358 - Apakah Tuhan Mempercayakannya?

    *** . . Berhasilkah? Tidak! Tapi mungkin saja, 'kan? Pertentangan batin sedang bergejolak di dalam benak Kalisha. Ia berdiri bersandar di pintu kamar mandi di dalam kamarnya. Menggenggam sebuah test pack yang ada di tangannya. Yang baru saja ia gunakan untuk mengetes, apakah ia benar hamil ataukah tidak. Ia memang sering terlambat datang bulan. Tapi tak seperti kali ini. Ini sangat jauh dari hari biasanya. Jadi ia ingin melakukan tes. Sejak pernikahannya dengan Ibra, lebih dari satu tahun lamanya, lebih dari berbulan-bulan pula ia selalu terlambat datang bulan dan hasilnya selalu satu garis setiap ia ingin melihatnya. Dan ia tak pernah mengharap lebih soal itu. Tapi sekarang, dadanya berdebar lebih dari biasanya. Sebagai seorang perawat yang tahu betul seperti apa detak jantung normal dan detak jantung yang tidak normal, maka Kalisha akan menggolongkan ini sebagai detak jantung yang tidak normal. Berisik sekali. Berdentum. Seolah tak mau diam setiap kali tanya muncul m

  • Membawa Lari Anak Kembar CEO   Bab 357 - Menutup Kisah

    Yang dilihat oleh Lara itu adalah Roy, ayahnya. Ia tak berdiri di sana sendirian melainkan bersama dengan ibunya Lara, Laras. Tak ia ketahuai berapa lama waku berjalan hingga membawa Roy ke hadapannya. Sudah tahun demi tahun berlalu, bukan? Lara memang mendengar jika hukuman untuk ayahnya itu mendapatkan keringanan karena ia berperilaku baik selama menjadi tahanan. Dan ternyata, kepulangannya itu adalah hari ini. Atau mungkin beberapa saat lebih awal dari hari ini karena setidaknya ia membutuhkan waktu untuk bersiap ke sini. Barangkali dengan meneguhkan hatinya untuk bisa menghadapi Lara. Sebab beberapa kali Lara mengunjunginya di tahanan, Roy selalu mengatakan hal yang sama. ‘Mungkin nanti Papa tidak bisa langsung menemuimu karena merasa sangat bersalah, Lara.’ Tapi sekarang dia di sini. Di hadapan Lara. Berdiri dengan tampak canggung dan air matanya mengembun membasahi pipi saat ia tersenyum dan membiarkan Lara datang guna memeluknya. “Papa ....” Lara mengulanginya sekali

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status