Cinta Yang Dibayar

Cinta Yang Dibayar

last updateLast Updated : 2025-10-21
By:  fridayyUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
10Chapters
3views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Zara remaja selalu tampil ceria, menawan dan hidup berkecukupan. Orang-orang nampak menyukai sikapnya yang manis, apalagi senyumannya yang berlesung pipit dengan gigi gingsul yang mempertegas pesona alaminya Namun saat beranjak dewasa, keadaan seolah menarik semua keceriaannya. Meninggalnya sang ayah meninggalkan duka mendalam yang dialami Zara. Ayahnya bukan hanya meninggalkan duka bagi keluarganya, namun juga beban piutang yang tak sedikit nominalnya. Zara dewasa dilingkupi oleh kemurungan dan kesedihan. Hingga sebuah keadaan membuatnya terjebak dalam belenggu seorang pria berkuasa.

View More

Chapter 1

1

Hingar bingar di sebuah klub malam di pusat kota nampak semakin hidup kala malam semakin gelap. Menelan pasang mata akan keindahan dunia yang fana. Menenggelamkan ratusan jiwa dalam kubangan hasrat.

Lampu temaram menari-nari di atas lantai dansa yang berkilauan, memantul dari gelas-gelas kristal berisi minuman mahal. Musik house berdebar-debar menggetarkan dada, membaur dengan aroma parfum mahal dan napas-napas mabuk. Bayangan-bayangan menari di balik tirai sutra, menyembunyikan bisikan-bisikan rahasia dan tatapan-tatapan penuh nafsu. Kemewahan semu menyelimuti ruangan, namun di baliknya tersimpan kegelapan yang mencekam.

Zara benci ketika dirinya harus berada di tempat ini. Dirinya terus bergerak tak nyaman dan gelisah seolah ada bahaya yang diam-diam mengintai di belakang sana.

Berulang kali Zara menurunkan kain yang melilit tubuhnya sebatas paha. Namun begitu pahanya sedikit tertutup, bagian atas tubuhnya akan menyembul keluar karena tertarik melindungi bagian bawahnya.

Sapaan nakal dan tatapan genit dari lelaki hidung belang berulang kali Zara abaikan. Ia menahan napas setiap kali bisikan mesum dan tatapan genit lelaki hidung belang itu menyapanya, seolah mereka tak lebih dari udara yang berlalu begitu saja.

'Sial, kenapa bekerja di sini membuatku seperti jalang saja?!' gerutu Zara dalam benaknya. Sang bertender yang berada di balik meja hanya terkekeh melihat Zara yang semakin tertekan dengan keadaan.

Jika saja ia tak terlalu butuh uang malam ini, ia tak akan mau bekerja di tempat ini. Tempat dimana manusia-manusia liar yang hanya ingin kesenangan semalam.

Namun Zara bukan ingin mencari kesenangan. Ia hanya ingin mencari kebutuhan yang mendesak dirinya.

Tiba-tiba, seorang pria dengan setelan hitam yang nampak acak-acakkan dengan berani menghampiri Zara dan menyentuh bahu gadis itu. Gerak tubuh dan tatapan matanya yang tak sinkron menandakan bahwa pria itu tengah mabuk. "Hei bitch, mau menikmati malam bersamaku?" tanyanya dengan wajah mesum. Bau alkohol terasa menusuk indra penciuman Zara membuatnya mual seketika.

"Enyahlah!" Teriak Zara mendorong bahu pria itu.

Pria itu terdorong ke belakang dan menatap sengit wanita yang baru saja ia goda. Ia merasa terhina dengan penolakan wanita itu.

"Hei, dia hanya bisa menuangkan alkohol ke dalam gelasmu, tidak untuk kau raba-raba tubuhnya." Sahut sang bertender yang tengah meracik minuman.

"Dia hanya sedang jual mahal!" ujarnya penuh yakin. Matanya menelusuri tubuh mulus yang memandangnya garang.

"Kamu mau dibayar berapa? Aku sanggup memberinya." ucapnya pongah. Ia merasa begitu tertantang menaklukkan wanita di hadapannya ini. Zara hanya diam memandang sinis.

Sang bertender pun dengan cepat menyela, "Cepat antar ini ke ruang VVIP nomor 6, biar aku urus pria ini."

Dengan sigap Zara turun dari kursinya dan memakai masker yang sempat ia buka tadi. Rambutnya yang tergerai ia ke depankan dan semakin menutupi wajahnya yang cantik. Ia lantas pergi meninggalkan pria tadi yang berteriak tak terima diabaikan.

"Hey, mau kemana? Dasar kucing nakal!"

Zara menghembuskan nafas lega, kini ia tengah berjalan santai melewati lorong yang sepi dan temaram. Ia bisa sedikit tenang karena suasana di lorong begitu jauh dari hingar bingar musik di lantai bawah.

Di dalam ruangan yang temaram dan sunyi, Zara masuk bersama trolinya dan tersenyum di balik kain masker yang dipakainya. Meskipun tak terlihat, namun Zara selalu merasa ia harus senyum terhadap pelanggannya.

Zara pun meletakkan botol-botol dan gelas kaca yang begitu mengkilap memantulkan cahaya di atas meja bundar yang dikelilingi 6 orang pria.

Ditengah kesibukannya, Zara terkejut dan sedikit gemetar kala melihat wajah yang familiar dari salah satu tamu di ruangan ini. Matanya berkilat tajam memperhatikan setiap gerak tubuhnya.

Zara berusaha bersikap tenang, meskipun jantungnya kini berdebar keras takut sosok yang dikenalnya itu mengetahui dirinya yang sebenarnya.

Diam-diam Zara menghembuskan nafas lega kala botol pesanan telah kosong di atas trolli-nya. Ia pun mengangguk dan berjalan ke luar ruangan.

Namun sebuah suara berat mampu menahan langkah serta tarikan nafasnya. "Tunggu."

Jantungnya semakin berdebar tak menentu kala melihat sosok itu masih meneliti dirinya dari tempat duduk.

"Kau, kemari." titahnya menggema dalam ruangan temaram itu.

"Buka maskermu sebelum keluar." ujarnya kembali memberi perintah. Nadanya begitu lantang tak terbantahkan.

"Ada apa tuan? Apa penampilan saya mengganggu?" tanyanya lemah lembut, berharap suara aslinya dapat tersamarkan.

"Saya sedang ada masalah dengan rongga mulut dan wajah saya." ujar Zara beralibi. Zara menggigit mulut bagian dalamnya berharap kebohongannya dapat dipercaya.

"Cepat buka, atau aku akan menuduhmu sebagai mata-mata musuhku." tuduhnya langsung dan menusuk.

Zara semakin tersudut oleh keadaan. Ia tidak tahu harus menggunakan alasan apa lagi untuk menghindari pria yang paling berkuasa di kampusnya itu.

"Kau terlalu keras padanya, bro. Rilex saja, kita akan bersenang-senang di sini." timpal salah satu pria yang tengah menenggak alkohol dari botolnya.

"Terlalu beresiko kalau kita lengah sedikit." gumam pria yang menuduh tadi seraya menyalakan sebatang rokok.

"Nona, bisa tolong kau buka maskermu sebentar? Temanku ingin mengetahui wajah manismu." Salah satu temannya yang lain membujuk Zara dengan genit memunculkan tawa menggema di dalam ruangan.

"Pria tua ini masih saja pandai menggoda. Ingat anak istrimu di rumah!" sela yang lainnya dengan tatapan menyela.

"Saya jamin saya bukan mata-mata siapapun. Saya di sini juga hanya bekerja untuk malam ini saja." ujar Zara cepat, menimbulkan nada panik yang begitu kentara.

"Kata-katamu barusan semakin menambah kecurigaanku." ujarnya semakin menekan kecurigannya. Raut ketakutan di wajah perempuan itu membuatnya semakin yakin ada sesuatu yang mencurigakan dari sosok di hadapannya ini.

Zara menggeleng cemas, keinginannya untuk segera keluar dari ruangan ini semakin kuat. Namun tatapan pria itu semakin menyudutkannya. Ia yang tak berpengalaman di dunia malam dan pria dewasa tak tahu harus berbuat apa.

Dengan sisa keberaniannya, Zara mendorong trolli yang dibawanya, menghancurkan meja beserta botol alkohol yang masih tersegel. Para pria disana terdiam sesaat melihat kekacauan di hadapannya, namun sedetik kemudian pria arogan tadi lantas berteriak seraya mengejar Zara yang berlari keluar.

Matanya memancarkan ketakutan, takut identitasnya akan terbongkar, dan juga takut akan masalah yang akan ia hadapi setelah ini. Zara berlari sekuat tenaga, menyusuri lorong yang kali ini terasa begitu panjang.

Di persimpangan, matanya melihat ke belakang di saat suara teriakan menggema tanpa terlihat sosoknya. Zara terus berlari dengan kelengahannya, hingga saat menoleh kembali ke depan, tubuhnya bertubrukan dengan sosok tinggi yang tak siap menahannya.

Keduanya ambruk ke lantai dengan Zara yang menindih di atasnya. Keduanya sempat terpaku sesaat sebelum suara itu kembali menakutinya. Zara panik, dilihatnya sebuah pintu yang sedikit terbuka di samping kanannya.

Dan entah kekuatan dari mana, ia berhasil berguling memasuki ruangan yang telah ia tendang pintunya menggunakan satu kaki, bersama pria yang ia timpa tadi.

Dengan cepat, Zara menutup pintu erat, dengan degup jantung yang masih berkejaran. Ia begitu takut sampai-sampai kedua tangannya mencengkram erat pundak pria di bawahnya.

"Kamu menyakiti saya." erang tertahan di bawah sana. Tama bisa melihat wajah yang berantakan dengan masker setengah terbuka.

Zara tersentak mendongak menatap wajah yang masih ia tindih. Tanpa sempat mencerna, ia langsung berdiri dan menundukkan tubuhnya meminta maaf.

Namun pria itu tak menjawab, Tama hanya terdiam seraya berdiri dengan bahu yang digerak-gerakkan setelah tertekan kuat.

"Kenapa berlarian seperti itu? Kamu buronan polisi?" tanyanya menuduh.

Zara menggeleng kuat, tatapan resah dan takut nampak semakin jelas menyergapinya. "B-bukan... Saya... Saya takut tamu dari ruangan yang saya masuki tadi menangkap saya."

"Memangnya kenapa? Bukannya kau harus senang ada orang yang ingin membayarmu untuk semalam?" tanyanya menusuk. Namun Zara tidak terlalu memikirkan hal itu, hatinya masih kalut dan otaknya serasa kosong karena begitu ketakutan.

"D-dia orang berbahaya, saya takut keselamatan saya akan terancam." ucap Zara gugup.

Zara terdiam melihat pria itu mengabaikannya. Ia terlihat sibuk dengan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Halo, Juan... Sepertinya aku batal bersenang-senang malam ini. Aku akan kembali ke kantor sekarang." ucap Tama tak minat yang disahut protesan dari seberang. Pria itu lantas menutup panggilannya tanpa menghiraukan lawan bicaranya.

Setelah itu, si Tama kembali menatap Zara, begitu menusuk dan sarat akan kekesalan. "Kau, sungguh sudah membuat keinginan saya ke sini sirna!" ucapnya geram.

Zara semakin menundukkan wajahnya dalam sehingga lehernya terasa pegal, "Maaf... Maafkan saya." lirih Zara.

"Sudahlah." ujar Tama sambil berlalu. Tangannya hendak meraih knop pintu, namun Zara menahannya. Tatapannya semakin menajam menatap Zara.

"Kenapa kau masih menahanku? Aku tidak mau ikut campur dalam urusanmu!" ucapnya geram. Ia menghempaskan tangan itu dan membuka pintu. Namun gerakan tak terduga membuatnya terkejut begitu mendengar suara gebrakan di hadapannya.

Pintu kembali tertutup rapat. Zara terlihat nekad mendorong pintu dengan sekuat tenaga, lalu menggantikan tubuhnya sebagai penahan.

Dengan berani Zara menatap Tama yang terdengar mendengus kesal. "S-saya, saya pasti akan dipecat malam ini dan harus mengganti kerugian besar. Orang-orang tadi juga pasti akan terus mencari saya." Zara menceritakan dengan sedih derita yang akan dilaluinya selepas kejadian tadi. Berharap mendapat simpati dari pria tersebut.

"Lalu?" Dengan kekesalan yang semakin menumpuk, Tama mengurung Zara dan semakin menekannya ke pintu.

"Saya minta tolong, tuan... tolong bantu saya."

Zara mengesampingkan ego dan harga dirinya kali ini. Ia yakin pria di hadapannya ini bisa membuat dirinya terlepas dari kejadian yang tengah dihadapinya sekarang.

"Kalau... Kalau tuan sudah tak mau senang-senang di sini, saya, saya bisa menyenangkan tuan di tempat lain. Ya, di tempat lain." ucap Zara putus asa. Lebih baik ia memberikan dirinya kepada pria ini dan dapat membantunya keluar dari kejaran rektor yang tengah memburunya itu.

Ia percaya pria matang ini bisa membebaskannya, melihat dari aura serta penampilannya yang berkelas, terlihat bukan orang sembarangan.

Tama terdiam, memandang tubuh Zara keseluruhan secara intens beberapa saat. Ia memang tergiur untuk bersenang-senang dengan gadis muda ini, melihat tubuhnya yang seksi di balik pakaian mininya ditambah wajahnya yang cantik, membuatnya tergoda. Namun seks bukanlah hal yang perlu ia utamakan selama ini. Ia masih bisa menahan dirinya.

Tama menegakkan tubuhnya. Membebaskan Zara dari kukungan tubuhnya. "Tidak, tak ada gunanya untuk saya. Saya sudah tak minat." tolaknya pasti.

Hal itu membuat Zara panik, "Tuan tega sama saya? Saya lagi kesusahan. Ibu saya sedang sakit dan bapak saya sudah meninggal. Dia juga meninggalkan banyak hutang yang harus saya lunasi. Tolong tuan." Zara semakin kalut dan tak bisa menahan air matanya.

Bisa dipastikan malam ini ia tidak bisa keluar dari tempat ini. Orang-orang tadi akan terus mencarinya dan si pemilik akan terus mengejarnya untuk ganti rugi. Itu semua karena rasa panik dan sikap cerobohnya!

"Kamu tidak sadar kalau kamu sedang mengemis kepada saya?!" ucap Tama membentak, membuat Zara berjengkit kaget akan suara kerasnya.

Sadar akan intonasi suaranya yang meninggi, Tama melembutkan nada bicaranya, meskipun masih terdengar datar dan sinis. "Saya tidak suka orang yang mengemis belas kasihan kepada saya. Terlalu naif dan tidak bisa mengandalkan dirinya sendiri."

"Saya sudah berusaha sejauh ini tuan, tapi saya benar-benar terdesak saat ini." cicit Zara. Ia sudah bekerja keras seharian ini. Ibunya membutuhkan obat serta biaya rumah sakit. Dan ia masih kekurangan uang hingga memutuskan untuk bekerja di tempat hiburan sebagai pelayan.

"Tolong bantu saya." ucap Zara penuh harapan. Mata bulatnya memandang penuh harap kepada Tama yang terdiam tengah mempertimbangkan. Hingga beberapa saat kemudian, Tama menghembuskan nafas jengah dan berkata,

"Saya akan membantumu, jadi apa yang harus saya lakukan dulu saat ini?"

Zara merasakan sedikit angin bebas saat ini, ia pun menatap sumringah kepada Tama seperti anak kecil yang telah diberi hadiah. "Bebaskan saya dari mereka dulu. Dan jangan sampai mereka membuka masker saya dan mengetahui identitas saya." pinta Zara sebelum pintu di belakang tubuhnya terdorong keras hingga ia terlempar ke depan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
10 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status