Share

Bab 3 - Kembali Lagi

“Jangan sentuh istri dan anakku!!” seruku sekuat tenaga.

Setelah dari tadi telingaku tidak berfungsi, akhirnya aku bisa mendengarkan suaraku sendiri lagi. Tenggorokanku juga terasa sakit karena aku berteriak terlalu keras. Dan aku bisa berada pada posisi duduk setelah dari tadi hanya berbaring tidak berdaya.

Namun mengapa aku merasakan aku sedang duduk di permukaan yang empuk? Aneh. Bukankah tadi aku sedang berbaring di lantai yang keras dan dingin? Aku menyentuh permukaan yang sangat halus. Aku membuka mata lebar-lebar dan melihat ke sekelilingku.

Perabotan, dinding, pintu, jendela, ini kamarku. Bagaimana aku bisa berada di sini? Bukankah aku sedang berada di rumah sakit? Oh, Tuhan. Celeste! Bayi kami! Aku harus segera melihat keadaan mereka di rumah sakit. Setelah bergelut dengan diri sendiri, aku memutuskan untuk mandi. Dia pasti ditempatkan di ruang ICU dan itu ruangan steril. Aku tidak boleh kotor.

Aku memakai kaus dan celana panjang, lalu mencari sebuah tas. Aneh. Benda yang sudah aku letakkan dengan baik di dekat pintu kamar malah tidak ada. Koper kecil itu berisi pakaian Celeste dan bayi kami. Ayah dan Bunda tidak mungkin membawanya ke rumah sakit tanpa memberitahuku. Aku tidur di sini. Para pelayan juga tidak akan melakukannya.

Oke. Aku tidak punya banyak waktu untuk dibuang-buang. Aku bisa menggunakan tas lain dan mengisinya lagi dengan beberapa pakaian istriku dan segala keperluannya, juga untuk bayi kami. Aku bergegas masuk ke ruang pakaian, mengambil tas lainnya, dan tertegun melihat isi ruangan tersebut.

Ke mana pakaian istriku? Mengapa ruangan ini hanya dipenuhi dengan pakaianku? Dan mengapa semua diatur persis sama sebelum kami menikah? Tidak. Ini tidak mungkin. Apakah istriku telah meninggal? Tidak. Itu tidak boleh terjadi. Celeste tidak boleh meninggalkan aku.

Pakaian bisa aku urus nanti. Aku harus memastikan bahwa keadaan istriku baik-baik saja. Sebaiknya aku ke rumah sakit sekarang. Satu keanehan membuat langkahku terhenti di dekat pintu. Mengapa tidak ada vas yang selalu berisi bunga segar di atas bufet? Deretan foto pernikahan dan foto kami hanya berdua saja juga tidak ada. Jangan-jangan aku sudah gila karena tembakan itu.

Aku tidak berpapasan dengan seorang pelayan pun saat menuruni tangga dan berjalan menuju pintu depan. Ke mana Pak Raihan? Dia selalu siap sedia untuk membukakan pintu saat kami keluar atau masuk rumah. Biasanya juga pagi-pagi begini sudah ada beberapa pelayan yang mondar-mandir membersihkan rumah. Ke mana semua orang?

Saat aku membuka pintu depan, sebuah mobil bergerak mendekat, lalu berhenti tepat di depanku. Itu, ‘kan, mobil Jason? Kami sudah menjualnya karena tidak sanggup menahan kenangan tentang dia setiap kali kami melihat kendaraan pribadinya tersebut. Siapa yang menggunakannya?

Pintu bagian penumpang terbuka. Seorang pria yang sangat aku kenal keluar dari mobil tersebut. Model rambut itu, mata mengesalkan itu, wajah penuh kesombongan itu, tubuh berotot, dan tinggi badan itu hanya satu orang di dunia ini yang memilikinya.

“Selamat pagi, adikku. Kamu mau ke mana terburu-buru begitu?” tanyanya dengan nada bicara sok ramahnya yang biasanya membuatku muak itu. Tetapi sedikit pun aku tidak merasakan semua perasaan negatif yang biasanya aku rasakan kepadanya.

Ini bukan mimpi, ‘kan? Jason masih hidup? Dia benar-benar sedang berdiri di hadapanku. Suaranya juga terdengar jelas. Bahkan ekspresi wajah bingungnya itu tidak dibuat-buat. Aku mendekat, lalu memegang pipinya. Dia segera menepis tanganku itu dengan wajah tidak suka. Ini benar-benar dia! Aku segera memeluknya dengan erat.

“Jo! Apa kamu sudah gila?! Lepaskan aku! Apa ini peluk-peluk begini?” Jason berusaha keras untuk melepaskan diri dari pelukanku. Tetapi aku tidak membiarkannya pergi.

“Oh, Tuhan. Kamu nyata, Jace. Aku senang sekali melihatmu sehat dan masih hidup.” Aku tidak peduli ketika merasakan mataku memanas. Aku merindukan kakakku dan biar saja dia melihatku menangis. Ini adalah hari yang membahagiakan.

“Lepaskan aku!” Dia menghentak tubuhku dengan kuat tetapi aku tidak melepaskannya. “Berengsek kamu. Apa kamu sudah tidak waras?”

“Ada apa ini pagi-pagi sudah ribut? Apa kalian berdua benar-benar tidak bisa akur satu hari saja?” Terdengar suara Bunda dari arah belakangku. Bunda? Mengapa Bunda ada di rumah? Lalu siapa yang menjaga istri dan anakku di rumah sakit?

“Jonah sudah tidak waras, Bunda.” Jason segera menjauh dariku saat aku melepaskan pelukanku.

“Bunda? Siapa yang menjaga istri dan anakku di rumah sakit kalau Bunda ada di sini?” tanyaku dengan khawatir. Bunda menatapku dengan heran.

“Lihat, ‘kan? Dia sudah tidak waras. Punya pacar saja tidak, dia malah menyebut istri dan anak,” kata Jason. Aku menatap kakakku tanpa berkedip. “Ada apa? Lihat ini.” Jason meraih tangan kananku lalu mengangkatnya agar aku bisa melihatnya. “Mana buktinya bahwa kamu sudah menikah?” Mataku segera membulat. Cincinku. Ke mana jatuhnya cincin pernikahanku?

“Jonah? Apa kamu baik-baik saja?” Bunda menyentuh lenganku. Aku segera melihat ke arahnya lagi. “Kamu mau pergi ke mana sepagi ini? Biasanya kamu joging. Mengapa kamu berpakaian seperti ini?”

“Abaikan saja dia, Bunda.” Jason membuka kedua tangannya lebar-lebar. Bunda tersenyum lalu memeluknya. “Apa kabar Bunda kesayanganku?”

Sesuatu telah terjadi. Hal terakhir yang aku ingat adalah aku berada di rumah sakit karena sebuah kecelakaan. Seseorang menembakku dan tidak ada yang datang menolongku yang terbaring di lantai bersimbah darahku sendiri. Aku pikir aku sudah mati, lalu aku tiba-tiba terbangun di kamarku.

Jason yang sudah meninggal pun mendadak muncul di hadapanku dengan keadaan sehat. Bunda yang seharusnya berada di rumah sakit malah berada di rumah. Dan cincin pernikahanku tidak ada di jari manis kananku. Sebentar. Aku ingat hari ini. Satu-satunya hari di mana Jason pulang pagi.

Aku mengambil ponselku yang ada di saku celana dan membuka kunci layarnya dengan sidik jariku. Dua puluh April? Hari ini tanggal dua puluh April? Ini adalah tanggal pertunanganku dan Celeste. Oh, Tuhan. Ini juga seharusnya adalah tanggal pertunangan Jason dengan Celeste.

“Jonah. Kamu melamunkan apa lagi? Ayo, masuk. Kita duduk bersama di ruang keluarga. Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan sebelum acara sore ini,” ajak Bunda. Aku menurut.

Bunda dan Jason berjalan di depanku. Aku berterima kasih kepada Pak Raihan yang menahan pintu tetap terbuka untukku. Dia pasti sedang sibuk bersama Bunda tadi untuk menerima instruksi mengenai tugasnya sepanjang hari ini. Aku melihat para pelayan mulai mengerjakan tugas mereka.

Ayah, Bunda, dan Jason mendiskusikan beberapa hal mengenai persiapan acara pertunangan kakakku itu dengan Celeste pada sore ini. Hanya keluargaku dan gadis itu yang akan hadir, kami tidak mengundang keluarga, kerabat, atau sahabat kami yang lainnya. Dan aku mengerti mengapa Ayah melakukan hal itu.

Mengapa aku kembali pada hari ini? Apakah itu artinya aku benar-benar sudah meninggal dan saat ini sedang hidup dalam dunia ilusiku sendiri? Mustahil orang yang sudah mati bisa hidup kembali. Aku melihat mayat Jason, bahkan memberanikan diri menyaksikan jasadnya yang telah melewati proses autopsi. Semua itu aku lakukan demi meyakinkan diriku sendiri bahwa dia telah meninggal.

Apakah ini artinya aku diberikan kesempatan kedua untuk menjalani hidupku dengan pilihan yang lebih baik? Apa yang lebih baik daripada hidup bersama Celeste dan bahagia bersamanya? Tidak. Aku bahagia bersamanya tetapi usiaku dan kakakku tidak panjang.

Lalu apakah itu artinya aku harus mengubah peristiwa hari ini? Jika aku bersama Celeste, maka Jason akan mati di tangan Yosef karena cemburu. Bila keadaan diubah, Jason yang bersama wanitaku, maka besar kemungkinan saudaraku dan aku akan selamat dari ulah sepupu kami.

Ini keputusan yang kejam. Aku hidup lagi dengan perasaan yang sama seperti saat aku meninggal. Bagaimana bisa aku melepaskan wanita yang aku cintai, istriku, ibu dari anakku, menjadi tunangan kakakku? Dan bagaimana aku bisa menahan diri tinggal satu atap dengannya tanpa bisa mencium dan memeluknya lagi?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
kesedihan itu menimbulkan kasihan yant mendalam baginya selamanya seperti mimpi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status