Jovita dan Felix? Sejak kapan mereka punya hubungan asmara? Aku tidak pernah tahu bahwa mereka pernah dekat sebelumnya. Bahkan dalam kehidupanku yang sebelumnya pun, mereka tidak pernah terdengar dekat atau saling mengenal.
Lalu apa yang baru saja aku saksikan? Sepupuku berciuman dengan wanita itu. Dan dia membawa istri Jason ke kamar tidurnya. Gila. Membiarkan rasa penasaranku menang, aku mendekati kamar itu dengan langkah sesenyap mungkin. Sebuah bunyi antukan pada kayu pintu terdengar. Tidak ada suara dari dalam. Kayu ini terlalu tebal untuk bisa menguping.
Aku harus meminta Theo untuk mulai menyelidiki sepupuku itu. Ada hubungan apa antara dia dengan Jovita. Apa aku yang salah menduga selama ini? Mungkinkah masalahnya bukan pada Jovita tetapi Felix? Tetapi bagaimana mungkin? Jovita mengandung anak Yosef, lalu mengapa dia justru terlihat dekat dengan kakaknya?
“Pergi! Aku tidak mau bertemu dengan siapa pun!” pekik Yosef dari dalam kamarnya setelah
“Badanku rasanya remuk semua.” Celeste telentang tak bertenaga di atas tempat tidur. “Berlatih denganmu jauh lebih keras daripada Raven.”“Kamu berlatih memperkuat otot dan menambah keterampilanmu bersama Raven. Denganku, kamu berlatih menghadapi orang jahat secara langsung. Jadi, Raven tidak akan memberimu latihan yang berat. Kamu menjalani itu bersamaku.” Aku memasuki ruang pakaian, lalu mengambil salah satu kaus berlengan panjang dan celana jins.“Aku ingin membatalkan rencanaku dengan Bunda. Tetapi aku merasa tidak enak melihat wajah kecewanya nanti.” Dia mendesah pelan.“Kamu akan baik-baik saja. Bunda hanya akan mengajakmu berkeliling mencari pakaian baru, makan, atau menonton. Bukankah kalian perempuan menyukai semua itu?” sindirku. Dia menatapku sesaat.“Kamu mau ke mana? Kamu tidak pernah pakai celana jins saat di rumah saja,” katanya.“Kamu akan berkencan dengan
Aku menghindari bertemu dengan wanita karenanya aku tidak ikut dengan Jason dan Yosef ke bar. Aku justru bertemu wanita juga saat mengikuti Jovita dan Felix ke hotel ini. Sapphira mengaduk teh melati yang ditambahi satu sendok teh gula, lalu meminumnya.“Kamu pertama kali tahu semalam? Lalu mengapa kamu bisa tahu kebiasaan pertemuan mereka di hotel ini?” tanyanya curiga. Jadi, mereka sering bertemu di hotel ini. Kalau begitu, dia sudah lama tahu mengenai hubungan mereka. Mengapa dia hanya diam saja? Mengapa dia tidak melakukan sesuatu untuk memperjuangkan suami dan pernikahannya?“Aku bukan suamimu, mengapa aku yang diinterogasi?” balasku. Dia tersenyum.“Jonah, kamu belum lupa siapa orang yang berada di balik kesuksesan keluarga kami sehingga bisa menjadi pengusaha yang disegani, ‘kan?” Dia memajukan tubuhnya. “Kamu tidak akan suka bila aku mengadu kepada ayahku mengenai sikapmu kepadaku.”Bukan hanya
~Celeste~ “Tolong, jangan manjakan aku, Raven.” Aku berusaha untuk mengatur napasku yang memburu. “Aku mau kamu menyerang aku dengan benar supaya aku tahu bagaimana menghadapi musuh dalam situasi yang sebenarnya.” “Itu tugas Pak Jonah. Saya hanya melatih Anda, Bu. Saya tidak diizinkan untuk memukul Anda sedikit pun.” Dia masih berdiri dengan sikap siaga sambil memegang bantalan untuk menjadi sasaranku. “Anda masih tidak fokus pada latihan hari ini. Apa ada yang bisa saya bantu?” “Tidak.” Aku menggeleng pelan. Aku mendekati konter dan mengambil botol minumanku. Aku meminum beberapa teguk sebelum kembali berlatih. “Oke. Aku sudah siap. Kita mulai lagi.” Aku berlatih untuk menambah kecepatanku dalam bergerak pada jam pertama latihan, lalu memperkuat otot-ototku pada jam berikutnya. Tetapi tubuhku tidak akan terasa sakit pada akhir hari. Berbeda dengan latihan Jonah. Dia sengaja membanting tubuhku beberapa kali di matras. Aku memang masih kurang cepat unt
~Jonah~ Siapa yang menyuruh orang-orang ini untuk menghalangi jalan kami? Empat mobil, belasan laki-laki bertubuh besar, dan mereka menggunakan senjata. Ini bukan kebetulan. Mereka memang sengaja mengincar kami. Seandainya saja Celeste sedang tidak bersamaku. Tangannya yang menyentuh tanganku bergetar dengan hebat saat pria di depan mobil memukul kap mesin dengan kayu yang dibawanya. Aku tidak akan sempat memanggil bantuan. Mereka pintar memilih jalan ini untuk menghadang kami. Tetapi mereka tidak tahu bahwa aku tidak pernah sendiri. Aku menyentuh tombol untuk membuka bagasi belakang mobil. Aku meminta istriku untuk tetap berada di dalam mobil dan menguncinya. Aku keluar dan menutup pintu kembali tanpa mengurangi kewaspadaanku terhadap gerakan mereka. Bunyi klik dari dalam mobil menunjukkan bahwa Celeste menuruti perkataanku dengan mengunci mobil. Salah satu dari mereka mendekat dan melayangkan tinjunya kepadaku. Aku segera memutar pinggang menghindar
“Aku mencintai kamu, Jonah,” katanya pelan. Begitu pelan hingga aku pikir aku salah dengar. “Apa yang terjadi tadi membuat aku nyaris pingsan. Bila sesuatu yang buruk terjadi kepadamu, aku tidak tahu bagaimana aku akan menjalani hidupku. A-aku mungkin tidak mau hidup lagi.”“Sayang, jangan sembarangan bicara.” Aku mencari wajahnya di dalam kegelapan, lalu terkejut merasakan pipinya lembap. Dia menangis.“Tolong, berbaikanlah dengan sepupumu. Bagaimana bisa kalian sebagai saudara menyakiti seperti itu? Kamu bisa saja mati tadi,” isaknya.“Maafkan aku. Aku tidak bisa berjanji hal yang tadi tidak akan terjadi lagi, tetapi aku berjanji aku akan bicara baik-baik dengan sepupuku.”“Dan besok kamu harus memeriksakan dirimu kepada Kakak. Aku melihat sendiri kamu tadi terkena pukulan mereka beberapa kali.”“Iya, sayang. Tidurlah. Kamu akan mengikuti wawancara besok.”
“Dia hanya merasa pusing dan mual, mengapa kamu malah minta dilakukan CT Scan? Kamu ini benar-benar seorang dokter? Kamu kelihatannya masih muda. Kamu bukan seorang co-ass?” kata Naura dengan suara yang bisa terdengar sampai seluruh bilik di unit ini.“Suster, tolong bawa ibu ini keluar. Dia sudah mengganggu ketenangan di rumah sakit dan pasien menjadi gelisah karena kehadirannya.” Nevan menoleh ke arah wanita yang berbaring di dipan.“Bila sesuatu yang buruk terjadi kepada temanku karena kesalahan diagnosa yang kamu lakukan, aku akan menuntutmu!” pekik Naura. “Jonah?” ucapnya yang baru menyadari kehadiranku saat suster setengah menyeretnya keluar dari bilik tersebut. “Apa yang kamu lakukan di sini?”“Sebaiknya kita keluar. Kamu telah mengganggu seorang dokter dalam bertugas.” Aku melihat ke arah Nevan yang sedang melihat kepadaku. “Aku tunggu di depan.”
“Aku melihat Jovita turun dari lantai atas. Felix menyusul tidak lama kemudian. Apalagi yang dilakukan oleh pria dan wanita dewasa berdua saja di lantai dua sebuah rumah mewah yang aku yakin hanya diisi oleh kamar? Aku yakin bahwa mereka yang melihat hal yang sama akan berpikir serupa denganku.” Dia mengangkat kedua bahunya.“Jangan bicarakan ini dengan siapa pun. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padamu bila Felix sampai tahu bahwa ada orang lain yang tahu mengenai perselingkuhan dia dengan Jovita. Dia sanggup mengirim belasan orang untuk mengeroyok aku. Aku tidak mau membayangkan apa yang sanggup dia lakukan kepadamu,” kataku serius.“Aku tahu kapan waktu yang tepat untuk diam dan bicara, Jonah. Aku sedikit banyak sudah tahu seperti apa keluarga besarmu. Aku suka Ayah dan Bunda, tetapi yang lainnya membuat aku tidak nyaman. Yosef kelihatannya baik. Sayangnya, dia suka main perempuan. Sebaiknya aku menjaga jarak dengannya.” Dia b
“Ayah? Sedang ada masalah?” Aku sedang joging ketika aku melihat Ayah sedang berdiri di teras samping. Dia hanya diam menatap jauh ke depannya sampai tidak mendengar langkahku mendekat. Ayah baru menoleh setelah aku memanggilnya.“Kamu memang paling mengerti aku,” ucapnya pelan. Aku berdiri di sampingnya dan melakukan gerakan untuk pendinginan. Aku tidak perlu bertanya, Ayah akan bercerita sendiri. “Gunawan butuh bantuan. Katanya, perusahaannya sedang dalam keadaan sulit. Aku menolak karena kita tidak punya hubungan kerja sama apa pun dengan perusahaannya.”Ayah menoleh ke arahku. “Dia mengancam akan merusak nama keluarga kita dengan memberitahu semua orang bahwa Jovita sudah hamil sebelum mereka menikah.”“Biarkan saja mereka melakukan apa yang mereka mau. Aku punya hal lain yang bisa menjadi bahan untuk menyerang balik.” Aku menegakkan tubuhku. “Atau Ayah mau aku bukakan skandal mereka ke media