Share

Kalung Liontin Biru

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-10-09 21:56:50

Dari halaman Villa, Reyhan berdiri menatap kabut tipis masih menyelimuti Lake Bled seperti selendang putih yang menutupi wajah alam. Hujan semalam meninggalkan butiran embun di pucuk-pucuk daun, berkilau saat tersentuh sinar matahari pertama yang malu-malu menembus langit Timur.

Udara dingin masih menusuk meski pria itu dibalut jaket hitam tebal, ransel kecil tersampir di punggung. Wajahnya tenang, tapi sorot matanya lembut, seperti seseorang yang menunggu sesuatu yang berarti.

Tak lama, pintu villa terbuka, menyingkap Keinarra yang mengenakan jaket tebal warna biru, syal panjang melingkar di leher, dan rambut terurai yang sedikit berantakan tapi justru membuatnya tampak cantik alami.

“Mas!” serunya sambil memegangi syal yang hampir lepas. “Aku siap.”

Reyhan menoleh dan tersenyum samar. “Akhirnya. Aku kira kamu mau tidur sampai mataharinya naik.”

Keinarra manyun. “Ya ampun, Mas, ini masih jam enam pagi. Aku bangun jam lima, lho. Cewek juga butuh waktu buat tampil cantik, kan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Azfar Nad
knp updateny gk banyak kakkk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menantu Bayangan : Istri Simpanan Pewaris Tersembunyi   Posesif Overprotective

    Pagi buta Jakarta masih sejuk ketika suara klakson pendek terdengar di depan gedung kos Widhy.“Keiii! Aku bawah koper kecil aja ya, takut Mas Reyhan kira aku mau kabur nikah sama idol Korea,” seru Widhy sambil menyeret koper mini bermotif awan.Argo turun dari sisi kemudi, langsung menyambut koper itu. “Saya bawakan.”Widhy mengerjap. “Eh iya makasih … Mas Argo.”“Sama-sama.” Pria itu tersenyum manis,Rasanya Widhy kehilangan gravitasi sedetik.Reyhan menyandar di samping mobil SUV mewah warna hitamnya, celana chino krem, hoodie charcoal, sneaker putih; kasual tapi kelihatan mahal. Keinarra berdiri di samping pria itu, long cardigan coklat muda, jeans, kacamata hitam nertemgger di hidung mancungnya di.“Wuiiih, Pak Reyhan keren juga pakaian casual-nya.” Widhy memuji.Cari muka, karena trip ini disponsori pria itu.“Cari mukaaaa,” timpal Keinarra.Widhy mendekat sambil tertawa lalu memeluk Keinarra.“Akhirnya kita liburan.” Dia berbisik.“Siap?” tanya Reyhan.“Siap banget

  • Menantu Bayangan : Istri Simpanan Pewaris Tersembunyi   Ijin Dengan Syarat

    Perjalanan pulang terasa seperti duduk di dalam gelembung kaca—sunyi, rapuh, hanya ada suara mesin dan lampu kota yang bergeser cepat di kaca jendela.Keinarra menatap ke luar mobil.Jakarta malam hari seharusnya indah, tapi pandangannya kabur—bukan karena hujan, melainkan air mata yang ia tahan sejak pintu besar rumah Ridwan Mahendra tertutup.Ia menang.Ia berdiri tegak.Ia tidak jatuh.Tapi kemenangan seperti itu … berat.Setiap napas terasa seperti menarik seluruh luka masa lalu keluar permukaan.Tanpa suara, air mata akhirnya jatuh.Dipungut oleh sunyi.Bayangan tentang kejadian di meja makan tadi masih menempel di benak Keinarra.Wanita yang telah melahirkannya, dengan tega memojokkannya setelah semua fitnah keji yang membuat Keinarra frustrasi.Alih-alih meminta maaf, Nadya malah terus ingin menjatuhkannya.Demi Tuhan, Keinarra tidak pernah minta dilahirkan di dunia ini.Dan kalaupun boleh memilih, Keinarra tidak akan memilih Nadya menjadi ibunya.Reyhan sekilas

  • Menantu Bayangan : Istri Simpanan Pewaris Tersembunyi   Kalah Telak

    Arya menatap Reyhan.“Jadi… cinta karena Award… Kamu jatuh cinta karena kecerdasannya?”Reyhan tersenyum, tidak membenarkan juga tidak menyangkal karena sesungguhnya Nadya dan Darmawan tahu niat awal Reyhan memperistri Keinarra.Alvaro ikut bersuara—lebih blak-blakan.“Yang ini jauh lebih elegan dari… yah, masa lalu keluarga yang kita semua tahu.” Matanya melirik Nadya.Nadya meremas napkin di pangkuannya.Mulutnya melengkung sinis.“Elegan? Elegan dari mana? Karena dia banyak diam? Diam juga bisa jadi kepura-puraan, bisa jadi dia hanya pintar main peran.”Kalimat itu halus dan mengandung racun.Suasana membeku.Reyhan hendak bicara—namun Keinarra menatapnya sekilas memberi sinyal biarkan aku.Senyum manis Keinarra berikan untuk Nadya.Suaranya pelan, sedingin es.“Benar, Bu. Diam bisa bentuk dari kepura-puraan.”Tatapan masih terpaku pada Nadya—lurus, lembut dan menusuk.“Tapi… kadang diam juga tanda seseorang tidak perlu menjelaskan apa pun pada dunia. Karena kebenara

  • Menantu Bayangan : Istri Simpanan Pewaris Tersembunyi   Makan Malam Penuh Ketegangan

    Rumah kolonial menteng itu berdiri dalam cahaya lampu kuning hangat, jendela tinggi, batu putih, pilar kokoh.Bukan megah yang ingin dipuji—melainkan megah yang memaksa hormat.Reyhan turun lebih dulu, lalu membuka pintu untuk istrinya.Keinarra melangkah gontai dan setiap langkah turun dari mobil seperti mengetuk udara—membelah sunyi halaman rumah keluarga Ridwan Mahendra.Reyhan tidak memberikan tangan—dia menunggu Keinarra mengambilnya.Keinarra membenarkan scarf hitam lembut di bahunya, menarik napas.Lalu menyambut genggaman itu.Warm. Stabil. Tepat.Pintu besar terbuka bahkan sebelum mereka sampai.Pelayan menunduk.Dan dari kejauhan, ruang tamu telah dipenuhi keluarga besar—gaun satin, rambut disanggul, jas mahal, perhiasan mewah.Semua kepala menoleh.Sunyi.Dan Keinarra merasakan pandangan itu—bukan sekadar menilai pakaian atau kecantikan.Tapi membaca jiwa. Jantungnya mulai berdetak tidak karuan, nafasnya pendek-pendek, wajahnya pucat, Reyhan meremas lembut

  • Menantu Bayangan : Istri Simpanan Pewaris Tersembunyi   Menguatkan Mental

    Di Menteng, rumah besar keluarga Mahendra berubah seperti ruang rias teater perang.Nadya duduk di depan cermin rias, gaun nude gold bertabur manik-manik terhampar di ranjang. Dua makeup artist bekerja seperti ahli bedah; satu menghaluskan garis marah di ujung mata, satu lagi merapikan rambut yang terlalu rapi untuk disebut santai.“Jangan terlalu pucat. Aku tidak mau kelihatan capek,” perintah Nadya.“Siap, Bu,” jawab MUA.“Berita yang itu sudah benar-benar hilang dari peredaran?” Nadya menatap bayangannya—cantik, dingin.“Asal kamu tidak … memancing,” sela Darmawan dari ambang pintu, suaranya lelah. “Jangan buat adegan. Adikku ingin makan malam keluarga. Titik.”Nadya berdiri, memutar—gaun mengkilap dalam bayang lampu. “Kalau perempuan itu datang—”“Dia akan datang,” potong Darmawan datar. “Sebagai istri Reyhan.”Nadya menegang. Sekon berikutnya bibirnya tersenyum—senyum rapuh yang disalut racun. “Kalau begitu, aku akan menyambut … keluarga barumu.”“Jaga mulutmu, Nadya. Di

  • Menantu Bayangan : Istri Simpanan Pewaris Tersembunyi   Persiapan Makan Malam

    Suara scanner ID card berbunyi singkat ketika Keinarra menempelkan kartunya di gerbang lantai 51. Ia berjalan melewati lorong kaca yang memantulkan siluetnya.Outfit yang dia kenakan hari ini adalah blouse satin krem, celana lurus warna arang, kitten heels hitam. Raut wajahnya tampak tenang—atau tepatnya, dipaksa tenang.“Pagi, Kei.”Naya sudah nongol di kubikel, membawa tumbler dan senyum yang terlalu cerah untuk hari yang masih panjang.“Pagi,” balas Keinarra, meletakkan tas, menyalakan laptop. Notifikasi calendar menuntunnya: Helios Checkpoint – 09.30, War Room A.Adrian melintas, rapi seperti biasa. “Pagi, Keinarra.”Nada suaranya terlalu sopan untuk sekadar sapa; vibra “aku-nggak-mau-kena-semprot-Presdir-lagi” merayap di sela huruf-hurufnya.“Pagi, Pak,” balas Keinarra.Naya menyender di sekat kubikel, berbisik. “Kok pak Adrian polite mode banget ya? Biasanya ‘kan langsung brief mepet.”Keinarra menahan senyum. “Mungkin lagi puasa emosi.”Mereka tertawa kecil. Namun di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status