Tuan Theo, Tolong Lepaskan Aku

Tuan Theo, Tolong Lepaskan Aku

last updateDernière mise à jour : 2025-12-01
Par:  Tiga djatiMis à jour à l'instant
Langue: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Notes insuffisantes
13Chapitres
11Vues
Lire
Ajouter dans ma bibliothèque

Share:  

Report
Overview
Catalog
Scanner le code pour lire sur l'application

Theo tidak pernah mengira bahwa istrinya yang terobsesi padanya ternyata tidak pernah mencintainya sama sekali, yang ada hanya kebencian samar dibalik senyum palsunya. *** Shanina dipaksa paman dan bibinya untuk mengambil hati anak majikan mereka, yakni Kaysen, tapi Shanina gagal, ia berakhir menghabiskan malam dengan kakak Kaysen yang bernama Theo, pewaris utama perusahaan Carter, dan berakhir menikah dengannya. Semenjak tunangan Theo berselingkuh serta memutuskan hubungan mereka, ditambah dengan bisnisnya yang menurun, Theo berubah menjadi pribadi yang kasar. Shanina harus bertahan dari kebencian dan amukan Theo setiap hari, namun disisi lain dia juga harus membuat Theo jatuh cinta padanya atas tekanan dari paman dan bibinya. Mampukah Shanina bertahan? Atau ia memilih menyerah?

Voir plus

Chapitre 1

Bab 1

Shanina merapikan perlengkapan alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas dengan tergesa. Ia melihat seorang pria yang baru saja bangkit dan mulai melangkah keluar kelas diantara murid - murid lain yang sibuk. Shanina mengerutkan keningnya, gusar.

" Kaysen, tunggu aku!" pekik Shanina yang kemudian menggendong tas di bahu dan berlari menyusul Kaysen.

Kaysen sudah berjalan cukup jauh dengan tungkai panjangnya. Shanina susah payah berlari dengan sebelah kakinya yang tidak normal. Langkahnya terseok-seok, meski mendapat atensi banyak murid disepanjang koridor sekolah, Shanina tak peduli, ia sudah biasa mendapat tawa mengejek, tatapan menjijikan, atau hinaan mereka. Baginya, itu tidak menyakitinya, hatinya mungkin telah mati.

Samar-samar dari dalam kelasnya. Shanina mendengar seruan sang ketua kelas. "Jangan lupa bagi mantan anggota extrakulikuler TAF untuk berkumpul diruang pameran."

Shanina menggigit bibirnya, hatinya berdenyut nyeri. Jika ada yang menyakitinya, maka inilah yang menyakitinya, yaitu bahwa ia tidak bisa bebas melakukan hal-hal yang disukainya. Ia masih harus melakukan perintah yang diberikan paman dan bibinya untuk merebut pria yang sedang ia kejar saat ini.

Sejak awal masuk sekolah menengah atas sampai ia akan menjadi calon alumni pun ia tidak bisa fokus pada pelajaran atau kegiatan bermanfaat yang akan menunjangnya meraih cita-cita untuk menjadi desainer. Impiannya mungkin hanya sebatas impian, tidak bisa menjadi nyata. Ia bahkan tidak pernah punya kesempatan untuk ikut ekstrakulikuler TAF atau The Art of Fashion yang selama ini membuatnya ngiler.

"Kaysen!"

Dengan napas terengah dan peluh kecil di dahinya, Shanina berhasil meraih ujung pakaian pria yang ia kejar. Namun, tangannya langsung dihempas kasar hingga Shanina Termundur. Pria itu menatapnya dengan pandangan sengit yang membunuh sebelum kembali melanjutkan langkahnya

Shanina menebalkan muka, ia kembali meraihnya.

"Bolehkah aku pulang bersamamu? Hari ini kau tidak memiliki jadwal apapun lagi, bukan?"

Langkah Kaysen amat cepat, Shanina yang pendek, apalagi dengan sebelah kakinya yang agak kesulitan untuk berjalan, hampir tidak bisa mengimbangi langkah panjang pria itu.

"Kudengar ada kafe yang baru dibuka di jalan seberang alun-alun, bagaimana jika kita pergi ke sana? Apa kau tidak lapar? Apa kau tidak penasaran?" Shanina berlagak asyik sendiri dengan wajah ceria, menyembunyikan suasana hatinya yang badmood.

Akan lebih baik jika dia menolaknya. Aku ingin langsung pulang sendiri.

Meski paman dan bibinya pasti akan mengomel lagi karena ia tidak berhasil menggaet Kaysen, ia hanya tinggal mengatakan bahwa besok ia akan berusaha lebih keras. Hari ini ia memiliki banyak pekerjaan lantaran kakak Kaysen, Theodoric Gray Carter, akan pulang setelah menetap lima tahun di Swiss. Ia harus lembur jika ingin mendapat uang bonus.

Seperti dugaannya, Kaysen bahkan tidak ingin repot-repot membuka mulut. Diam-diam Shanina menghela napas lega. Meski begitu, Shanina tetap mengoceh sembari mengejar langkah Kaysen, bertingkah seakan dirinya adalah fans fanatiknya.

"Kaysen, bukankah kau terpilih ke babak final volleyball bersama tim-mu besok? Apa kau ingin aku membawakanmu makanan? Oh! Aku juga akan memberikanmu hadiah. Aku yakin kau pasti akan menang!"

Kaysen hanya meliriknya tajam.

Melihat itu, Shanina memasang senyum lebarnya.

"Besok aku akan melihat pertandinganmu lagi! Kau keren sekali! Pasti banyak yang ingin menjadi kekasihmu, tapi itu buruk. Aku tidak ingin kau memiliki kekasih lain kecuali aku. Kaysen, dengar, 'kan? Aku menyukaimu!"

Jika Shanina sempat menghitung, mungkin dirinya sudah mengungkapkan rasa suka pada Kaysen lebih dari sepuluh kali hari ini. Kaysen tidak pernah seberapa kuat Shanina menahan rasa geli ya sendiri. Gadis itu bukan tipe orang yang suka berbicara mengenai emosi atau mendengarkan kalimat afeksi dari orang, baginya itu menggelikan.

World of acfirmation jelas bukan love languange-nya.

Kaysen menghela napas lelah. Telinganya berdarah mendengar kalimat yang sama ribuan kali selama hampir masa highschool-nya. Entah Shanina munafik atau bohong, tapi ia tahu gadis itu tidak sekalipun menonton pertandingannya tadi. Entah apa tujuan gadis itu sebenarnya.

Shanina bilang menyukainya, tapi terkadang ada sesuatu yang aneh yang membuatnya ragu.

"Kaysen apa kau sedari tadi mendengarku?"

Shanina memutar bola matanya. Ia muak dengan semuanya, ingin istirahat dan tidur. Kaysen mungkin masuk dalam list bocah menyebalkan nomor satu di kamus hidup Shanina. Ia tidak akan mau berinteraksi dengannya jika bukan karena paksaan paman dan bibinya.

Meski begitu, Shanina masih harus berceloteh sendiri. Kaysen terganggu dengan celotehannya, bukan? Kalau begitu Shanina akan terus berceloteh agar pria itu terganggu mentalnya.

Mereka tiba diparkiran sekolah. Kaysen masih acuh, membuatnya jengah sendiri. Shanina buru-buru menahan tangan Kaysen yang hendak memasuki mobil. Kaysen yang tidak siap, terbawa oleh kekuatan lemah Shanina. Mata pria itu melebar kala Shanina dengan amat singkat berhasil mengecup pipinya.

Shanina tersenyum lebar meski dilubangi tatapan tajam Kaysen, padahal di dalam hatinya, Shanina ingin segera mensucika bibirnya secepatnya.

Sementara itu, Kaysen merasa pipinya yang dikecup Shanina terasa gatal.

"Apa yang kau lakukan?"

" Oh, aku hanya tidak tahan, hari ini kau tampan sekali, Kaysen."

Kaysen menatapnya dengan sorot pandangan yang sulit diartikan.

Shanina merutuki dirinya sendiri di dalam hati.

Kenapa aku harus melakukan semua ini? Masih untung aku tidak ditendang.

Hanya kalimat itu yang terpikirkan, sesungguhnya ia tidak tau bagaimana cara merayu seorang pria. Siapa pun bisa mendengar bahwa ucapannya payah dan menggelikan. Ia memang tidak berpengalaman dalam berinteraksi dengan lelaki, apalagi membuat suatu hubungan.

"Ayo! Kita mungkin akan mengantre lama jika terlalu lama saling tatap penuh cinta seperti ini!"

Shanina hendak masuk ke dalam mobil Kaysen, tapi berakhir jatuh terjerembab ke belakang saat Kaysen mendorongnya.

Kaysen melebarkan matanya sepersekian detik, seolah terkejut. Shanina meringis kesakitan, bokongnya cenat-cenut. Ia memasang tatapan menyedihkan seakan hendak menangis meski ia gagal membuat matanya berkaca-kaca.

"Kaysen? Kenapa kau mendorongku? Ini sakit."

Kaysen masuk ke mobil setelah menatapnya dingin dan acuh. Shanina hanya diam dengan posisi sama sambil merintih sakit, memeriksa sikunya yang sedikit lecet. Sampai mobil Kaysen melaju dan tertutup mobil lain di belakangnya, Shanina berdiri, menghapus seluruh ekspresi menggelikannya barusan, menyisakan ekspresi datar.

Gadis berusia delapan belas tahun itu menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskan ya. Kemudian melakukannya hingga beberapa kali. Ia perlu menyatu dengan alam setelah melakukan hal menjijikan seperti tadi.

"Aku lelah."

Setelah merogoh saku di rok seragamnya yang sengaja dipendekkan beberapa senti diatas lutut oleh bibinya. Shanina mengambil sebuah kartu yang akan ia gunakan untuk naik bus nanti.

Manik jade-green-nya yang langka bergulir, melihat sekeliling sebelum akhirnya ia melangkah menuju halte busway.

***

Déplier
Chapitre suivant
Télécharger

Latest chapter

Plus de chapitres

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Pas de commentaire
13
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status