Raja dengan reflek melengos ke samping untuk menghindari pukulan pria yang tak lain dan tak bukan adalah Marcel. Pukulan itu pun meleset dan membentur pintu di belakangnya.Rasa sakit yang dirasakan Marcel di tangannya membuat wajahnya terlihat meringis kesakitan.“Sial!” umpat Marcel tersulut emosi. “Manusia sampah!”Ayyara menghampiri mereka, “Mas Raja!” dia spontan berteriak ketika Marcel melayangkan pukulan ke arah suaminya.Namun, kali ini Raja tidak menghindar. Dia menangkap tangan Marcel dan menghempaskannya. Dengan tatapan dingin penuh mengintimidasi, Raja berkata, “Haruskah aku kembali memukulmu agar kamu jera?”Marcel merasa gemetar di hatinya. Dia tidak ingin untuk kesekian kalinya, suami Ayyara itu menghajarnya.“Pak Marcel tidak perlu diladeni!” Tiba-tiba ada suara wanita yang menyahut di luar sana. Dia mendekat dan berdiri di samping Marcel. “Kita datang untuk membuat perhitungan padanya,” dampratnya pada Ayyara yang sudah berdiri di belakang Raja.“Bu Vega?” Ayyara ter
“Pilih, mau tidur di rumah sakit atau tidur di kuburan?” serunya sembari mengangkat tangan kiri dan kanannya secara bergantian. Tenggorokan Marcel dan Vega tercekat. Kata-kata Raja barusan tidak ada keraguan di dalamnya. Tatapan mata suami Ayyara itu memancarkan aura pembunuh. “Ra-ja Ma-mau apa kamu?” ucap Marcel terbata-bata sembari tetap melangkah mundur karena Raja masih melangkah mendekat. “Gi-gila kamu, ya? Kamu seharusnya tidak berhak ikut campur. Ini masalahku dengan istrimu.” Raja merespon dengan tatapan dingin, aura pembunuhnya dalam dirinya justru semakin terpancar jelas. Marcel dan Vega pun merasakan tubuhnya semakin bergemetar hebat dengan napas memburu hanya dengan tatapan mengerikan milik Raja. “Pak men-dingan kita cepat pergi dari sini.” Vega berkata pelan pada Marcel dengan suara bergetar dan nyaris tak terdengar. Tak ingin dirinya pulang dalam keadaan terluka, Marcel bergegas pergi bersama Vega. Namun, baru beberapa langkah, dia berhenti dan kembali memutar bada
“Ngapain kamu datang ke sini, menantu sampah?! Gak tahu malu, kamu?!” geram Margareth, kentara jelas tidak suka dengan kedatangan Raja. Terduduk di sofa, Radit berdiri dan menatap nyalang ke arah Raja, “Puas kamu telah menghancurkan hubungan keluarga kita dengan Marcel?!” dia meninggikan suaranya. “Gara-gara kamu Marcel nggak mau bertemu denganku lagi.” “Menantu sialan!” sambar Bahri penuh emosi. “Setelah apa yang kamu lakukan, kamu berani menampakkan wajahmu, hah?!” Ayyara menghembus napas pelan, dia heran mengapa mereka masih menyalahkan Raja dalam retaknya hubunga keluarga Nugraha dengan Marcel, padahal jelas-jelas waktu itu sang suami justru menjaga martabat dan kehormatan keluarga Nugraha dari pria bajingan seperti Marcel. “Paman, Tante, Radit.” Ayyara menyapa dengan memaksakan senyuman, berusaha mengontrol emosinya mendengar mereka menghina sang suami. “Aku dan Mas Raja datang ke sini untuk ngasih tahu kabar gembira.” dia mengedarkan pandangan ke berbagai arah. “Dimana Kakek?
Nugraha melepaskan pelukannya dan menatap penuh kebanggaan pada Ayyara, “Kakek tidak pernah meragukan kemampuanmu. Kamu memang wanita yang sangat cerdas. Kakek bangga …. Selamat, akhirnya kesabaranmu membuahkan hasil,” pujinya.Mata Ayyara berkaca-kaca mendapat pujian dari Nugraha. Dia melihat ketulusan dan kasih sayang sang kakek dari tatapan matanya. “Terima kasih, Kek. Ini pasti berkat doa Kakek,” ucapnya dengan seulas senyuman. Dan senyuman itu semakin merekah ketika dia menoleh pada sang suami. “dan doa Mas Raja … Makasih Mas.”Ayyara tersenyum penuh arti pada Raja, walau sang suami hanya merespon dengan anggukan dalam diam. Tidak perlu mendengar pujian berlebihan. Tanpa ungkapan puitis dari sang suami, dia sudah merasakan betapa suaminya sangat mencintai dirinya dengan melihat tindakan nyata yang dilakukan suaminya. Lelaki sedingin es kutub utara tersebut memiliki cara tersendiri dalam menabur cinta kasihnya. 'Aku nggak ingin memaksa, juga nggak ingin memohon agar dia bermulu
“Raja ….” panggil pria tua itu dengan serius.“Iya, Kek,” Raja merespon dengan tenang.Berbeda dengan suaminya yang tampak tenang, Ayyara merasa gelisah. Dia tahu ketika Nugraha terlihat sangat serius, maka setiap ucapan adalah keputusan yang tidak bisa dibantah. Dan yang dia ditakutkan adalah sang kakek terpengaruh dengan ucapan Radit dan kedua orang tuanya, sehingga memintanya untuk berpisah dari Raja. Lain lagi dengan Bahri, Margareth, dan Radit. Mereka tampak tersenyum semringah karena yakin akan ada badai yang menerpa pasangan suami-istri itu.“Raja …” Nugraha mengatur napas, mendadak wajah seriusnya menghilang dan berganti dengan seulas senyuman. “Bukankah kemarin kamu bilang ke Kakek kalau kamu sudah bekerja di perusahaan investasi?”“Benar, Kek,” jawab Raja.Bahri, Margareth, dan Radit terkejut mendengarnya, tetapi mereka hanya menebak pekerjaan Raja hanyalah sebatas Office boy.“Palingan cuma jadi Ob,” celetuk Radit dengan sorot mata mengejek. “Malu-maluin istrinya saja. K
Raja berpikir sejenak, tahu cepat atau lambat dia harus membuat keputusan untuk menutupi identitas dirinya. “Aku sudah bekerja di perusahaan investasi … Hanya saja, aku masih belum bisa memberitahu Kekek dan Ayyara. Karena statusku masih karyawan training.” Raja berusaha meyakinkan Nugraha. Nugraha mengangguk sebagai tanda mengerti, rupanya Raja merahasiakan pekerjaan barunya karena statusnya masih karyawan uji coba yang bisa kapan saja di depak dari perusahaan. Dia menebak menantunya itu tidak ingin membuat Ayyara kecewa. “Begini …” Nugraha menepuk bahu Raja dengan tatapan serius. “Kalau kamu mau, Kakek punya penawaran untukmu. Kamu bisa bekerja di perusahaan Kakek. Kamu bisa memilih posisi apa saja sesuai dengan kemampuanmu.” Bukan tanpa alasan, tanpa ingin menyinggung, Nugraha ingin membantu rumah tangga Raja dan Ayyara. Namun, di dalam benaknya, dia kebingungan. Dia sebenarnya ingin menjaga nama baik keluarga dan mengurangi beban yang dipukul Ayyara dengan cara mengangkat men
“Belum puaskah kalian menjadi perusak rumah tangga orang?” seru pria tampan yang tak lain dan tak bukan adalah Raja. Dia mendekat dan berdiri di samping sang istri. Dengan tatapan dingin, dia berkata lagi pada Margareth dan Radit. “Sebutkan nominal uang yang kalian inginkan dariku agar kalian berhenti menjadi duri dalam rumah tangga kami?”Margareth dan Radit tersengat selama beberapa detik, sebelum akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak dengan sorot mata merendahkan.Sungguh menggelikan, pria miskin seperti Raja berkata seolah-olah dia keturunan konglomerat. Jangankan 1 juta, 100 ribu pun pasti masih menunggu gajinya.“Raja, Raja … Kamu mau kasih uang sebanyak yang aku dan Mama minta? Penampilan outfitmu saja nggak lebih dari 100 ribu.” Radit menahan tawanya. “kenapa kamu nggak jadi pelawak saja sih? Lawakanmu barusan lucu sekali loh, cocok ikut kompetisi tinju. Eh, maksudku comedy,” ledeknya, lalu tawanya kembali terpingkal-pingkal.“Pelawak standardnya ketinggian buat pria rendahan
“Kamu ….” Wanita itu menunjuk Raja. “aku akan melaporkanmu pada polisi karena kamu berani memalsukan stempel dan surat perhiasan atas nama Jawellary Royal,” ancamnya dengan wajah begitu semringah. Terdengar tawa renyah dari Radit. Akhirnya dia dan kedua orang tuanya mempunyai cara untuk menyingkirkan Raja dari keanggotaan keluarga Nugraha.“Kali ini kamu nggak bisa menutupi topengmu, pria sampah!” seru Radit. Dia mendengus dengan senyum merendahkan. “ada pesan-pesan terakhirmu sebelum kamu tidur di penjara?”Ayyara terlihat menghela napas, mencoba diri untuk tidak terpancing amarah. Dia menampilkan senyum yang tampak dibuat-buat, “Tante, Radit … kalau kalian tidak percaya, kalian boleh datang ke rumah kami. Bawalah seorang ahli perhiasan untuk membuktikan keaslian kalungku.”Raja senang dalam diam, semakin hari Ayyara bertambah bijaksana. Istrinya sudah semakin terbiasa mengontrol diri untuk tidak terpancing emosi.Raja menatap Margareth dan Radit, “Setiap orang punya hak untuk melap