Raja tetap bersikap tenang. Dia lalu merogoh ponsel miliknya dan menuliskan pesan untuk Farah. [Tolong suruh Leli, manajer Jewellery Royal untuk menghubungi aku sekarang juga!] Pesan Raja langsung terbalas. [Siap, Pak Raja.] Tawa Margareth pecah menyaksikan pria itu sibuk dengan ponselnya, “Kamu ngapain? Menghubungi manajer Jewellery Royal? Heleh, kamu kira aku nggak tahu trik busukmu? Palingan abis ini kamu beralasan kalau manajernya nggak bisa dihubungi,” tudingnya dengan senyuman sinis. “sekarang mendingan kamu langsung serahin diri kamu ke polisi deh.” Sambil berkacak pinggang, Margareth berkata lagi dengan suara lantang, “Woy, budeg! Nggak usah pura-pura lagi. Aktingmu nggak mempan!” Terlihat sekali kalau Margareth sudah terbakar emosi, sebab Raja yang terus dia cecar bertubi-tubi terlihat sangat santai dan tak terpengaruh sama sekali, bahkan pria itu masih tetap saja sibuk memainkan ponselnya. Melihat semua orang yang seolah-olah terlihat seperti monster yang ingin memakan
Pandangan semua orang teralihkan, karena pria yang berdiri di ambang pintu itu jauh lebih menarik. Mereka heran karena pria itu adalah Marcel Putra Wirdoyo. Bukankah dia adalah orang kaya? Tetapi mengapa pewaris perusahaan WNE itu saat ini mengenakan pakaian seorang pelayan? “Bukankah dia Pak Marcel?” kata salah satu dari tamu pesta. Semua orang menerka-nerka apa yang telah terjadi dengan Marcel. Mereka tidak yakin kalau pria itu jatuh miskin karena perusahaan WNE Group milik keluarganya sedang berjaya. Bahkan, ada sebagian yang berkata kalau pria itu adalah orang lain yang kebetulan mirip dengan Marcel. Margareth dan Radit tak terkejut karena kemarin mendengar kalau Prince Group telah memutus kerja sama dengan WNE Group. Itu artinya Marcel telah jatuh miskin dan tak lagi dibutuhkan. Salah satu wanita memberanikan diri untuk bertanya, “Anda siapa?” dia tampak ragu-ragu. “anda Pak Marcel, bukan sih?” Leni yang terkenal ceplas-ceplos pun menyambung, “Kalau anda Pak Marcel, mengap
Marcel berusaha untuk tetap tenang. Dia langsung menghampiri Farah supaya wanita itu tidak mengatakan apa yang terjadi sebenarnya pada semua orang. Dia tidak ingin menanggung malu berlebihan.Marcel melebarkan senyuman dan berkata sepelan mungkin, “Baiklah, Bu Farah. Aku akan menjalankan tugasku.” Farah yang notabenenya adalah orang cerdas, dia mengerti apa yang ada di otak Marcel. Lantas dia berkata, “Ingat Pak Marcel! Untuk mempertahankan kerja sama dengan Prince Group, Bapak harus menjalankan hukuman Bapak menjadi seorang pelayan di sini selama satu minggu. Kalau Bapak main-main atau menyuruh orang lain mengerjakan tugas Bapak, saya tidak segan-segan melaporkan Bapak kepada Pak Anton. Tentu Bapak tidak ingin perusahaan keluarga Bapak gulung tikar, bukan?”Farah dengan sengaja mengeraskan suaranya untuk mempermalukan sekaligus memberi pelajaran pada Marcel di hadapan orang banyak. Terbukti, pria itu langsung gelisah. Marcel kesal karena Farah tidak bisa diajak kerja sama. Dengan t
“Sudah siapkah mental kalian?” seru Raja tampak sangat serius. Gertakan Raja berhasil membuat semua orang bergerak gelisah. Namun, tidak dengan Marcel.Mendengar tantangan itu, Marcel justru tersenyum menyeringai. Dia memiliki koneksi kuat, salah satunya melalui bantuan Ferdi yang menduduki pejabat pemerintah. Papanya pasti dengan mudah mempermainkan hukum jika berhadapan dengan orang biasa seperti Raja.“Sepertinya kamu telah menggali kuburanmu sendiri. Bersiap-siaplah!” seru Marcel. Membayangkan Raja mendekam di penjara, dia semakin menyeringai. “Ada pesan terakhir yang ingin kamu sampaikan?”Semua orang yang tadinya gelisah, kini tampak tenang kembali, malah menyerukan tantangan terhadap Raja.Margareth menatap sinis pada Raja, “Kok diam? Takut ya? Katanya mau nelpon polisi? Ya udah tunggu apa lagi?” sindirnya. Radit tersenyum renyah dengan wajah begitu semringah, “Kamu pikir kami takut dengan ancaman dari pria rendahan seperti kamu? Kamu salah besar … justru ancamanmu jadi senja
Marcel tidak lagi bisa memelankan suara karena saking terkejutnya. Satu minggu menjalankan hukuman sebagai pelayan bagaikan 1 tahun lamanya, kini malah ditambah 1 minggu lagi. Tentu ini adalah sebuah penghinaan besar.Semua orang pun terkejut. Mereka penasaran karena tiba-tiba pria itu berteriak kencang dengan wajah tampak pucat. Bahkan Margareth diam-diam berjalan pelan untuk berdiri lebih dekat dengan Marcel. “Tidak! Ini tidak adil untukku–” Belum sempat selesai Marcel protes, Anton terlebih dahulu menyelanya, “Kalau begitu kamu lebih memilih perusahaan WNE Group berhenti bekerja sama dengan Prince Group. Benar begitu, Marcel?”Mendengar itu seketika wajah Marcel merah padam, tetapi saat ini dia sama sekali tak berdaya. Dia tidak ingin terkena amukan Ferdi, juga tak ingin jatuh miskin karena sumber kekayaan terbesarnya dari perusahaan WNE Group.“Bagaimana, Marcel?”Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Marcel. Dia berusaha menahan emosinya dan berkata, “Maafkan saya, Pak. Saya berja
Mendengar itu, amarah Marcel tentu semakin bergejolak. Awalnya dia ingin mendamprat Raja, tetapi akhirnya dia memiliki rancana lain. Dia adalah orang terhormat, tentu dia tidak akan membiarkan pria rendahan seperti Raja mempermainkannya.Marcel pun berbalik badan dan mengambil pel lantai di sudut ruangan. Dia lalu mengedarkan pandangan ke semua orang, “Dengarkan aku. Bagi siapa saja yang membantuku malam ini, aku akan berikan uang 25 juta. Tolong bersihkan lantai itu.”Marcel berkata demikian karena dia tahu kalau menolak perintah Raja, dia bisa dilaporkan lagi oleh pria itu. Namun, dia juga tak sudi menjatuhkan harga dirinya untuk kesekian kalinya di hadapan semua orang.Leni yang seorang mata duitan langsung cepat tanggap, “Biar aku saja. Di rumah aku sudah terbiasa mengepel lantai.”Marcel tersenyum puas, “Bagus, bagus, bagus.”“Kenapa kamu masih berpura-pura melakukan sosial eksperimen lagi?” sindir Raja. Dia lalu melanjutkan ucapannya. “Bukankah Bu Farah sudah memperingatimu?” di
Ketika pesta hampir selesai, Raja menemui Farah di luar ruangan VVIP. “Dimana Rizal? Aku tidak melihatnya sama sekali,” kata Raja. Rizal adalah sahabat satu shiffnya sebelum dia masih bekerja sebagai pelayan di sini. “Dia izin kerja karena mendadak penyakit asma istrinya kambuh dan dibawa ke rumah sakit umum, Pak.” jawab Farah. Raja kasihan mendengarnya. Selama dia menjadi karyawan bagian pelayan restoran di hotel The King Star, hanya Rizal sahabat yang paling dekat dengannya. Sahabatnya itu beberapa waktu yang lalu berjasa dengan mengabarinya kalau keluarga Nugraha tengah mengadakan pertemuan dengan Marcel di ruangan VVIP. “Kalau begitu pindahkan istrinya Rizal ke RS Prince Group agar mendapatkan perawatan terbaik. Biaya perawatannya ditanggung atas nama hotel,” titah Raja begitu serius. “Satu lagi, naikkan pangkat Rizal satu tingkat. Dia layak mendapatkannya.” Raja bukan hanya sekedar membalas kebaikan Rizal. Sahabatnya itu memang memiliki kemampuan dan tanggung jawab dalam b
Raja memutar badan dan mendapati Alexander yang sudah berdiri di hadapannya.Kedua alis Raja bertaut, “Ada keperluan apa, Alex? Tidak bisakah kamu menghubungiku?” dia yakin ada hal yang sangat penting yang membuat pria itu menemuinya di larut malam. Wajah Alexander tampak muram, “Pak Banara.”“Ada apa dengannya?” Raja bertanya dengan ekspresi datar, walau sebenarnya dia mencemaskan keselamatan Banara.“Kesehatan Pak Banara semakin menurun,” jawab Alexander sembari menyodorkan sebuah tablet. “lihat ini, Pak.”Raja mengambil tablet itu, beberapa saat kemudian muncul sebuah video rekaman yang menunjukkan seorang pria tua yang terduduk di ranjang rumah sakit.Di layar terpampang Darmendhara berusaha tersenyum, walau wajahnya terlihat pucat menahan sakit, “Apa kabar, Anakku? Ayah harap kamu baik-baik saja dimanapun kamu berada. Bertahun-tahun Ayah mengutus Alex untuk mencarimu. Ayah ingin meminta maaf atas semua kebodohan yang pernah Ayah lakukan. Ayah tahu pasti kamu marah besar sama Aya