“Sudah siapkah mental kalian?” seru Raja tampak sangat serius. Gertakan Raja berhasil membuat semua orang bergerak gelisah. Namun, tidak dengan Marcel.Mendengar tantangan itu, Marcel justru tersenyum menyeringai. Dia memiliki koneksi kuat, salah satunya melalui bantuan Ferdi yang menduduki pejabat pemerintah. Papanya pasti dengan mudah mempermainkan hukum jika berhadapan dengan orang biasa seperti Raja.“Sepertinya kamu telah menggali kuburanmu sendiri. Bersiap-siaplah!” seru Marcel. Membayangkan Raja mendekam di penjara, dia semakin menyeringai. “Ada pesan terakhir yang ingin kamu sampaikan?”Semua orang yang tadinya gelisah, kini tampak tenang kembali, malah menyerukan tantangan terhadap Raja.Margareth menatap sinis pada Raja, “Kok diam? Takut ya? Katanya mau nelpon polisi? Ya udah tunggu apa lagi?” sindirnya. Radit tersenyum renyah dengan wajah begitu semringah, “Kamu pikir kami takut dengan ancaman dari pria rendahan seperti kamu? Kamu salah besar … justru ancamanmu jadi senja
Marcel tidak lagi bisa memelankan suara karena saking terkejutnya. Satu minggu menjalankan hukuman sebagai pelayan bagaikan 1 tahun lamanya, kini malah ditambah 1 minggu lagi. Tentu ini adalah sebuah penghinaan besar.Semua orang pun terkejut. Mereka penasaran karena tiba-tiba pria itu berteriak kencang dengan wajah tampak pucat. Bahkan Margareth diam-diam berjalan pelan untuk berdiri lebih dekat dengan Marcel. “Tidak! Ini tidak adil untukku–” Belum sempat selesai Marcel protes, Anton terlebih dahulu menyelanya, “Kalau begitu kamu lebih memilih perusahaan WNE Group berhenti bekerja sama dengan Prince Group. Benar begitu, Marcel?”Mendengar itu seketika wajah Marcel merah padam, tetapi saat ini dia sama sekali tak berdaya. Dia tidak ingin terkena amukan Ferdi, juga tak ingin jatuh miskin karena sumber kekayaan terbesarnya dari perusahaan WNE Group.“Bagaimana, Marcel?”Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Marcel. Dia berusaha menahan emosinya dan berkata, “Maafkan saya, Pak. Saya berja
Mendengar itu, amarah Marcel tentu semakin bergejolak. Awalnya dia ingin mendamprat Raja, tetapi akhirnya dia memiliki rancana lain. Dia adalah orang terhormat, tentu dia tidak akan membiarkan pria rendahan seperti Raja mempermainkannya.Marcel pun berbalik badan dan mengambil pel lantai di sudut ruangan. Dia lalu mengedarkan pandangan ke semua orang, “Dengarkan aku. Bagi siapa saja yang membantuku malam ini, aku akan berikan uang 25 juta. Tolong bersihkan lantai itu.”Marcel berkata demikian karena dia tahu kalau menolak perintah Raja, dia bisa dilaporkan lagi oleh pria itu. Namun, dia juga tak sudi menjatuhkan harga dirinya untuk kesekian kalinya di hadapan semua orang.Leni yang seorang mata duitan langsung cepat tanggap, “Biar aku saja. Di rumah aku sudah terbiasa mengepel lantai.”Marcel tersenyum puas, “Bagus, bagus, bagus.”“Kenapa kamu masih berpura-pura melakukan sosial eksperimen lagi?” sindir Raja. Dia lalu melanjutkan ucapannya. “Bukankah Bu Farah sudah memperingatimu?” di
Ketika pesta hampir selesai, Raja menemui Farah di luar ruangan VVIP. “Dimana Rizal? Aku tidak melihatnya sama sekali,” kata Raja. Rizal adalah sahabat satu shiffnya sebelum dia masih bekerja sebagai pelayan di sini. “Dia izin kerja karena mendadak penyakit asma istrinya kambuh dan dibawa ke rumah sakit umum, Pak.” jawab Farah. Raja kasihan mendengarnya. Selama dia menjadi karyawan bagian pelayan restoran di hotel The King Star, hanya Rizal sahabat yang paling dekat dengannya. Sahabatnya itu beberapa waktu yang lalu berjasa dengan mengabarinya kalau keluarga Nugraha tengah mengadakan pertemuan dengan Marcel di ruangan VVIP. “Kalau begitu pindahkan istrinya Rizal ke RS Prince Group agar mendapatkan perawatan terbaik. Biaya perawatannya ditanggung atas nama hotel,” titah Raja begitu serius. “Satu lagi, naikkan pangkat Rizal satu tingkat. Dia layak mendapatkannya.” Raja bukan hanya sekedar membalas kebaikan Rizal. Sahabatnya itu memang memiliki kemampuan dan tanggung jawab dalam b
Raja memutar badan dan mendapati Alexander yang sudah berdiri di hadapannya.Kedua alis Raja bertaut, “Ada keperluan apa, Alex? Tidak bisakah kamu menghubungiku?” dia yakin ada hal yang sangat penting yang membuat pria itu menemuinya di larut malam. Wajah Alexander tampak muram, “Pak Banara.”“Ada apa dengannya?” Raja bertanya dengan ekspresi datar, walau sebenarnya dia mencemaskan keselamatan Banara.“Kesehatan Pak Banara semakin menurun,” jawab Alexander sembari menyodorkan sebuah tablet. “lihat ini, Pak.”Raja mengambil tablet itu, beberapa saat kemudian muncul sebuah video rekaman yang menunjukkan seorang pria tua yang terduduk di ranjang rumah sakit.Di layar terpampang Darmendhara berusaha tersenyum, walau wajahnya terlihat pucat menahan sakit, “Apa kabar, Anakku? Ayah harap kamu baik-baik saja dimanapun kamu berada. Bertahun-tahun Ayah mengutus Alex untuk mencarimu. Ayah ingin meminta maaf atas semua kebodohan yang pernah Ayah lakukan. Ayah tahu pasti kamu marah besar sama Aya
Ayyara sekuat tenaga untuk tidak menumpahkan air mata, walau kalimat itu terdengar sangat menyakitkan. Sementara, Margareth juga menyayangkan, karena ucapan Radit bisa mengundang masalah.Radit baru menyadari kalau dia berbuat kesalahan ketika melihat ekspresi wajah Nugraha tampak benar-benar marah.Radit mendadak gelagapan, “Anu, Kek. Tadi–”Terduduk di ranjang pasing, Nugraha menatap tajam pada Radit, “Cukup, Radit! Ayyara adalah cucu Kakek. Dia bagian dari keluarga kita! Bukankah kamu sudah tahu itu?”“Iya, Kek. Tadi–” Radit tidak bisa membela diri karena Nugraha lagi-lagi memotongnya. “Semakin hari kelakuan kamu kayak binatang!” bentak Nugraha dengan penuh emosi. “sekarang cepat minta maaf!” tegasnya.Radit tak bisa membantah, begitu pun dengan Margareth yang memilih untuk berdiam diri. Dalam posisi membelakangi Kakeknya, Radit menatap Ayyara, “Tolong maafkan aku, Ayya. Aku sangat menyesal. Aku bodoh, seharusnya aku nggak mengucapkan begitu.”Ucapan Radit sekilas terdengar tulus
“Kalau iya, Kenapa?” tanya Nugraha, membuat Margareth dan Radit sekilas membelalakkan mata. Namun, beberapa detik kemudian Margareth dan Radit tertawa karena menganggap Nugraha sedang bercanda.“Haha, akkhir-akhir ini selera humor Kakek lagi meningkat,” ucap Radit sembari menahan tawa. “orang seperti Raja mah bisanya cuma jadi ob.”“Ob sih mendingan, lah sekarang dia malah keluyuran nggak jelas … oh atau suamimu lagi ngerampok ya? Lumayan, bisa beli kalung seharga 1,1 triliun lagi,” sindir Margareth.Mendengar itu, Nugraha kembali teringat dengan cerita Raja dan Ayyara kemarin. Dia masih penasaran, lebih ke arah curiga pada menantunya itu.Karena ingin memastikan, Nugraha berujung bertanya, “Apa maksudmu? Jangan ngawor kamu, Raja tidak mungkin ngerampok.” dia membela menantunya, sekaligus memancing Margareth untuk bercerita lebih.“Gini loh, Pa. Raja punya kalung seharga 1,1 triliun. Katanya sih dapat dari klien-nya karena kerjanya bagus,” jelas Margaret sembari sesekali menatap sini
Security itu terkesiap karena Urip justru menyambut ramah kedatangan seorang maling. Raja senang dengan sikap Urip, “Aku Ra …” dia tidak meneruskan ucapannya, karena tiba-tiba Urip menarik tangannya saat hendak dijabat. Bahkan sikap sopan yang barusan Urip tunjukkan, mendadak berganti dengan tatapan sinis, “Menantu keluarga Nugraha, 'kan? … Begitu nggak bergunanya kamu sampai-sampai mau maling di sini. Aku akan melaporkan kelakuanmu biar mereka tahu pekerjaan kamu di luar rumah.” Urip adalah teman Bahri, dan mengetahui banyak hal mengenai menantu keluarga Nugraha itu. Raja pikir Urip adalah orang baik, tetapi sikapnya sama saja dengan security itu yang menghina dan menuduhnya seorang maling. Security itu terkekeh mendengarnya, “Dia tadi memaksa saya untuk bertemu dengan Bapak,” ucapnya sembari menatap Raja dengan tatapan mengejek. “katanya sih mau beli satu rumah.” “Nggak tahu diri kamu! Tapi lumayan juga trik yang kamu pakai. Berapa lama kamu berlatih untuk menjadi seorang malin