Home / Urban / Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan / 4. Pertemuan Dengan Haedar

Share

4. Pertemuan Dengan Haedar

Author: Angdan
last update Last Updated: 2024-07-03 16:36:36

“Ibu tanyakan pada Sandria sekarang dan … bukankah perpisahan saya dengan Sandria sudah diinginkan oleh keluarga ini?”

“Sandria tidak ada salah apa pun, Bu. Dia yang salah!” sambar Ryan dari lorong kamar Sandria.

“Jika ibu ingin lebih jelas, datangi dia di kamar,” kata Hans lembut sembari melirik Ryan yang mendelik dan mengancam untuk memukulnya.

Ibu mertua berbalik badan dan menyingkirkan tubuh kekar anaknya. Dia bergegas mendatanginya di kamar, tapi Sandria muncul di hadapan ibunya sebelum berbelok ke lorong menuju kamarnya.

“Dia memang bukan suami Sandria lagi, Bu.”

“Apa? Bagaimana kalau media tahu?” Ibu mertua mengkhawatirkan nama keluarga besarnya hancur.

“Tenang saja, Bu. Sandria sedang tidak hamil, kan?”

“Tapi, kenapa dia menceraikanmu?” tanya Ibu mertua yang masih ingin tahu alasannya.

“Karena dia selingkuh.”

“Hans selingkuh?” Ibu mertua terlihat tidak percaya dengan jawabannya.

“Iya, dia selingkuh.”

“Pembohong dan pezina!” ujar Hans sembari menatap tajam dan rahang menegang.

“Hans!” sentak Ryan yang hendak menghampirinya, tetapi dihalangi oleh ibu mertua.

“Apa maksudmu bicara seperti itu?” tanya ibu mertua sambil mendekatinya.

“Tanya saja padanya, Bu.”

Sandria tersenyum miring seakan merasa benar sembari jemari sibuk dengan handphone. Dia terlihat telah menemukan sesuatu yang bisa memutar balikkan fakta.

“Jangan percaya, Bu. Dia lebih dari pria rendahan. Hans menjadi panggilan tante-tante selama ini makanya sering pulang akhir-akhir ini,” balas Sandria sembari menunjukkan foto Hans sedang berpelukan dengan seorang wanita berambut panjang dan bergelombang, terdapat tato bintang di pinggir telapak tangan sebelah kiri.

Hans melihat foto dan teringat bahwa ia pernah menjemput Sandria di sebuah Bar mewah saat mendapat panggilan masuk dari nomor yang tak dikenal.

Hans menolong wanita itu berdiri saat sempoyongan dan jatuh dalam pelukan lalu dilepaskan olehnya saat melihat wajah buruk rupanya.

“Boh—”

Tamparan keras dari ibu mertua mendarat di pipi kanannya sebelum menjelaskan sebenarnya. Ia tersenyum kecut sambil menggerakkan rahangnya dua kali.

“Berani-beraninya kamu menduakan anak saya! Kamu tidak berkaca?!”

“Suatu hari nanti semua akan terbukti.”

Hans meninggalkan mereka tanpa berpamitan. Namun, Ryan berusaha menanyakan tujuannya pergi.

“Kamu mau pergi ke mana?”

“Biarkan saja dia pergi. Dia sudah tidak berguna di rumah ini dan selalu menyusahkan Sandria!”

Penghinaan dan pengkhianatan yang terjadi padanya menjadi tujuan untuk membalas dendam sekaligus mencari dan menangkap pelaku kejahatan.

Hans mengacuhkan pertanyaan kakak iparnya yang selalu ingin tahu urusan orang lain. Ia terus melangkah dan melewati Rashid yang ditangani oleh Dokter pria berparas Tiongkok, berkacamata, mempesona dan rambut cepak lurus.

Ia melirik identitas Dokter yang menggantung di sisi kanan setelah mengambil peralatan di tasnya. Dokter yang memiliki nama Joe Christian Bautista terlihat seperti pertama kali menangani ayah mertuanya.

Hans mengendarai sepeda motor yang biasa digunakan untuk mengirim barang. Amarah yang membara telah mengelabui pikirannya sehingga mengabaikan siapa pun yang ada di belakangnya.

Ia menuju ke rumah pemberian ayahnya di perumahan Angkasa dengan kecepatan standar di malam hari.

Setengah jam berlalu, ia tiba di rumah bertingkat dua dengan desain klasik dan terdapat empat pilar, serta lampu gantung yang bertingkat tiga di terasnya.

Hans masuk ke rumah itu dan diikuti oleh Ryan tanpa sepengetahuannya. Namun, keberadaannya diketahui oleh tangan kanannya dan memerintahkan penjaga rumah untuk menyingkirkannya.

“Singkirkan dia!” seru Haedar dengan dahi mengernyit dan tatapan fokus pada layar besar.

“Ada apa?” tanya Hans bingung.

Haedar hanya menunjuk ke arah layar monitor kamera pengintai. Bola matanya membulat saat mengetahui bahwa ia telah diikuti oleh Ryan.

“Astaga, apa yang terjadi?” tanya Haedar panik saat melihat wajahnya yang lebam dan banyak darah.

“Biasa, pria.”

Haedar hanya mengangguk sekali. “Tuan muda tidak tahu kalau diikuti?” tanyanya heran.

“Aku tidak memperhatikan itu karena keadaan di rumah sangatlah kacau.”

“Apa yang terjadi?”

“Aku menceraikan Sandria karena berkhianat dan bercinta di kamar rumah, dihajar habis-habisan oleh kakak ipar karena mencurigai Rashid yang menyuntikkan cairan ke tubuhnya.”

“Cairan?”

“Aku tidak tahu itu apa, tapi aromanya menyengat sekali.”

“Nanti saya cari tahu itu.”

“Cari tahu Dokter yang bernama Joe Christian Bautista. Dia menangani Rashid yang terkapar setelah menyuntikkan cairan ke tubuhnya.”

“Sejak kapan Bapak tahu kalau saya masih ada negara ini?”

“Sejak Tuan muda menolong Sandria dan terpaksa menikahinya. Saat itu saya mencari tahu nomor handphone baru Tuan muda dan melacak keberadaannya setelah menikahinya.”

Hans terpaksa mengganti nomor handphone untuk menghapus jejaknya agar tidak berhubungan dengan ibunya dan menjaga identitasnya.

Namun, tangan kanan ayahnya selalu berhasil mendapatkan nomor handphone siapa pun dan melacak keberadaannya. Tidak heran, jika Ayah sangat menyukainya karena amanah, cerdas dan bekerja keras.

“Langsung ke inti saja, apa yang mau disampaikan.”

“Nyonya besar mendapatkan laporan keuangan perusahaan yang sangat aneh.”

“Aneh? Pemasukan dan pengeluarannya? Atau apa?” tanyanya detail.

“Nyonya besar merasa ada yang menggelapkan uang perusahaan.”

“Berapa?”

Haedar memberikan dokumen laporan keuangan dan sebuah tab untuk menunjukkan aplikasi keuangan di perusahaannya padanya. Hans memeriksa ratusan angka dan huruf di dokumen dan aplikasinya.

Penjualan dan pendapatan tampak berbeda dari laporan beberapa tahun lalu. Ia menutup dokumen laporan keuangan dan memberikan tab padanya.

“Siapa Manajer dan Direktur keuangannya?”

“Direktur keuangan bernama Galih Cahyadi dan Manajernya bernama Adnan Faiz Mustofa.”

“Adnan?” tanya Hans dengan intonasi penekanan.

Ia tidak asing dengan namanya. Apakah nama Adnan merupakan orang yang sama dilihat olehnya di kamar?

Bahkan, ia merasa pernah membaca nama yang disebutkan oleh Haedar. Ingatan saat mengirim barang ke rumah mewah dengan desain minimalis juga menyebutkan nama itu dengan wajah pria yang sama di kamar.

“Kenapa?”

“Ibu masih memimpin di perusahaan pangan?”

“Iya, Tuan muda.”

“Tempatkan saya di Admin keuangan. Jika masih ada orangnya, pindahkan dia ke Digital Marketing.”

“Kebetulan perusahaan sedang membutuhkan orang dengan posisi itu.”

“Oke. Sampaikan ke Ibu bahwa aku mulai bekerja di kantornya dan siapkan topeng manusia yang wajah dan suaranya sama sepertiku.”

“Tuan muda tidak ingin mengobati ….”

“Ingin, topeng itu saya pakai selama tiga bulan dan setelah sembuh dan kembali semula, saya bakar topeng itu.”

“Baik, Tuan muda.”

Tujuan untuk membalas dendam kepada mereka yang sudah meremehkan, merendahkan, mengkhianati dan menghina semakin berapi-api.

Ia penasaran dengan sosok Adnan yang disebutkan olehnya. Semua karyawan di sana tidak ada yang mengenal dirinya sehingga bebas berbuat apa pun, tapi tetap berhati-hati.

Namun, keraguan muncul saat akan bekerja di sana.

“Apakah ada yang mengenalku?”

“Direktur utama yang mengetahuinya. Beliau adalah teman Tuan dan Nyonya besar.”

“Siapa namanya?”

“Samsul Kresna Cahyadi.”

“Bagaimana dengan Direktur keuangan? Dia mengenalku?”

“Dia juga mengenal Tuan muda.”

“Katakan padanya untuk berpura-pura tidak mengenalku.”

“Baik, Tuan muda.”

Pembicaraan ditutup dengan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada di perusahaan pangannya demi kepentingan pribadi untuk membalas banyak orang.

Beberapa jam berlalu, tepat pukul empat pagi, nada dering panjang Hans berbunyi keras dan beberapa kali. Ia mengangkat panggilan masuk tanpa melihat namanya.

“Hans, kamu datang ke rumahku sekarang!” bentak Rashid lalu menutup panggilannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan   165. Akhir dari Segalanya

    Hans memandangi televisi yang menyuguhkan pemandangan Rashid, Ayah Adnan, Adnan, Sandria, Ryan dan ajudan Ayah Adnan tertangkap dengan kedua tangan diborgol ke belakang bersama istri Rashid yang menutupi proses penyelidikan selama ini. Otak dari kematian Raja bisnis adalah Rashid Omar Nadim karena keserakahannya sehingga mendekati istri Pak Cody Ruth untuk bisa mendapatkan kekayaannya. Tidak hanya itu, Rashid juga pemarah sehingga membunuh anak lelaki dengan cara yang sama, seperti sudah direncanakan. Beruntung, Ibu Abigail tidak tertipu dengan rayuan maut yang dilakukan olehnya karena seorang lelaki yang selalu mengingatkan dan membantu untuk menyelesaikan masalah yang tidak rampung karena permainan orang dalam pihak berwajib. Siapakah dia yang selama ini berada di sampingnya? Apakah kekasih baru atau yang lain? Kita belum tahu dan tunggu kabar selanjutnya.“Apakah bapak memberitahu rekan kerja yang membantu kita untuk menyelesaikan kasus ini?” tanya Hans datar sembari memandangi

  • Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan   164. Terbukti dan Tertangkap

    “Kekasih pengawal pribadimu,” jawab Agustinus santai.“Di mana dia sekarang?““Dia ada di halaman belakang bersama wanita itu karena aku tadi bertanya kepada pengawal lainnya.”“Suruh mereka ke sini. Aku ingin mendengarnya secara langsung.”Agustinus menyampaikan seruan dari Hans kepada pengawal yang berjaga di ruang tamu untuk meminta mereka memasuki ruangannya. Satu menit berlalu, mereka telah tiba di ruangan diskusi dengan menatap Hans dan lainnya yang bingung dan datar. “Ada apa?”“Terima kasih untuk semuanya.”“Tidak perlu khawatir, aku melakukan semua ini demi hidupku sendiri dan masa depanku kelak jika tinggal bersama dengan kekasihku.”“Apa yang kalian inginkan dariku? Aku ingin memberi hadiah untuk kalian.”“Tidak ada.”“Kalian mendapatkan pernikahan mewah di hotel mewah. Semua ditanggung olehku, jadi katakan kapan kalian menikah,” kata Hans santai.Wanita itu dan pengawal pribadi melongo saat mendengar hadiah darinya lalu bersalaman dengannya sebagai tanda terima kasih.“T

  • Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan   163. Penjabaran dari Hasil Kerja Tim

    Hans tiba di ruang diskusi di rumahnya dengan melepas jaket kulit dan diletakkan di sofa dengan tangan dan dada bagian kiri yang masih terasa nyeri dan sakit sehingga duduk perlahan.Semua rekan tim dan Haedar berada dalam ruangan itu sembari memperhatikannya yang tidak bisa dilarang ketika keinginan menggebu dalam dirinya.“Apakah anak buah dari Rashid dan Adnan masih ada dalam ruangan di rumah ini?” tanya Hans pelan.Lima pria bertato bulan dan bintang dan kepala tengkorak pernah ditangkap olehnya saat melakukan penyelidikan di sebuah gudang tua samping laboratorium mereka.“Masih ada, Tuan muda. Saya pindahkan ke ruang bawah tanah karena mereka berisik dan mengancam membunuh kami semua setelah mendengar kabar Tuan muda ditembak oleh anak dari tuannya dan menganggap mati.”“Aku dianggap mati oleh mereka?”Haedar dan seluruh rekan tim membisu saat ia menanyakan perihal kematian dirinya. Ada sesuatu yang tidak disampaikan oleh mereka kepadanya.Semua rekan tim dan Haedar dua bulan la

  • Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan   162. Kerusuhan

    “Anak dari pengusaha elektronik bebas dari jeratan hukum setelah dalam penjara dalam kasus penembakan wanita berambut pendek yang diduga wanita simpanan Rashid Omar Nadim.”Suara berita yang menggelegar berasal dari televisi merasuki telinga Hans yang mengalami koma selama dua bulan lamanya setelah kejadian penembakan di pemakaman ibunya. Hans mengalami peristiwa yang mengerikan demi mengungkapkan pelaku kejahatan penembakan dan penghilangan nyawa Raja bisnis dan anak laki-laki yang diduga tidak memiliki identitas. Hans membuka mata perlahan saat mengingat kejadian kematian ibunya yang tidak ada di sampingnya saat dibutuhkan dengan meneteskan air mata. Sesak sekali rasanya.Napas Hans terengah-engah dengan pemandangan langit kamar rumah sakit berwarna putih tanpa bersuara. Pandangan lurus ke atas dan tidak menyadari seseorang di sampingnya. “Hans.” Carlos memanggil namanya pelan. Haedar mendekati Hans dengan memegang tangan dan mengusap kepalanya sembari berkata, “Tuan muda, syuku

  • Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan   161. Kegentingan Malam hari

    “Aku tidak mendua!” bentak Rashid sambil melotot ke arah Hans.Hans dan semua rekan tim memakai kacamata hitam dan pakaian serba hitam mulai dari atasan hingga sepatu sehingga tidak mengetahui sosok yang berada di balik kacamata hitam.“Sungguh? Apakah kamu bisa membuktikannya?” tanya Hans menantang. Rashid mengalihkan pandangan dengan menggerakkan tangan di depan dada sembari meremas dan mengeluarkan banyak keringat. Semua orang terpaku pada Hans hingga kamera perusahaan media menyorotinya tanpa membuka kacamata. Rashid terdiam.Hans mengeluarkan semua foto yang sudah dicetak olehnya sebelum berbicara dengan rekan tim lalu membuang semua foto yang terdiri dari lima belas lembar di depan wajah Rashid, Istri dan wanita berambut pendek. Hans pergi dari hadapan banyak wartawan dan keluarga cemara yang sedang dipermalukan oleh kepala keluarga yang dipandang hebat dan cinta kepada keluarga. “Ma, maafkan aku. Semua ini bukan karena aku.”“Halah, hidung belang. Kamu juga bilang bahwa ak

  • Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan   160. Kematian yang Menegangkan

    “Mohon maaf, ibu Abigail sudah mengembuskan napas terakhirnya. Beliau menyerah selama operasi berjalan.” Dokter menyampaikan berita duka dengan lembut.Sontak, Hans melotot dan kaki terasa lemah untuk berdiri setelah mendengar kabar duka dari ibunya. Pandangan Hans yang sedari tadi samar menjadi buram dan mengalirkan butiran bening dengan deras di pipi. Ia tidak percaya mendengar kabar duka sebelum menangkap pelaku kejahatan. Abigail melanggar janji yang dibuat bersama dengan Hans. Tangan Hans mengepal dengan erat sembari menenangkan diri di kursi besi panjang yang dingin.Hans terpukul mendengar kepergian sang ibu yang terakhir kali sempat berdebat dan kesal dengannya. Ia tidak akan berbuat seperti itu jika mengetahui semua sakit yang dirasakan oleh Abigail.Tuhan menghukum Hans dengan cara yang sangat menyakitkan. Tidak ada hukuman yang menyakitkan, seperti yang dialami olehnya saat ini.Hans masih terduduk di kursi besi yang panjang saat banyak orang berlalu lalang di depannya. B

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status