Ardika menatap Jerfis dengan memasang ekspresi menyayangkan.Nada bicara kecewa meliputi ucapannya.Perasaan seperti ini membuat Jerfis sangat tersiksa.Seolah-olah Ardika sudah menjadi orang tuanya, sedangkan dirinya adalah anak yang tidak berguna, telah membuat lawan bicaranya itu sangat kecewa.Dia menatap Ardika dengan lekat, sorot matanya kembali berubah menjadi dingin.Awalnya dia mengira bocah yang satu ini hanya berlagak hebat.Namun setelah dia merenungkan kata-kata itu dengan saksama, dia mendapati ucapan Ardika memang sangat masuk akal.Dekho adalah orang yang sangat arogan. Kala itu, dia telah mencoba untuk merekrut Raja Senapan itu berkali-kali, tetapi pria tersebut tetap menanggapinya dengan sikap meremehkan.Setelahnya kalau bukan karena keluarga Dekho terus menghadapi bahaya, sedangkan dia sendiri harus menghadapi pengejaran musuh-musuhnya, tidak bisa membagi fokus untuk menjaga keluarganya, barulah dia terpaksa menjadi anak buah Jerfis, agar Keluarga Hinata melindungi
Setelah mengucapkan beberapa patah kata untuk menyanjung dirinya sendiri, Jerfis baru menatap Ardika lagi dan melanjutkan. "Ardika, selama kamu berlutut di hadapanku sekarang juga, menunjukkan kamu tunduk dan setia padaku, aku berjanji padamu.""Kedudukan yang dimiliki oleh Timnu, Lisea dan Dekho dulu, akan kamu miliki, bahkan kedudukanmu akan lebih tinggi dibandingkan mereka!""Kalau kamu berlutut sekarang, kamu akan menjadi orang kepercayaan utamaku!""Kamu telah membunuh orang-orangku, aku nggak akan mempermasalahkannya.""Kamu telah merampas sahamku dari Jefandro, aku juga nggak akan mempermasalahkannya.""Intinya, hal-hal yang sudah berlalu nggak akan kupermasalahkan lagi.""Nggak hanya itu saja, aku bahkan akan menghadiahkan Hainiken untukmu!""Menurutmu bagaimana penawaran-penawaran ini? Apa kamu tertarik?"Jerfis menatap Ardika dengan sorot mata agresif, seakan-akan Ardika sudah jatuh ke tangannya.Dia tidak percaya hati Ardika tidak tergerak.Bagaimanapun juga, walaupun sekara
Merasakan sikap Ardika sudah mulai melunak, Jerfis menjadi makin percaya diri. Dia mengangguk dan berkata sambil tersenyum, "Ardika, kamu sangat cerdas.""Ya, benar. Sebenarnya aku juga sudah bertemu dengan banyak orang sepertimu.""Orang-orang seperti kalian ini punya satu persamaan, yaitu sudah cukup kuat dan berkemampuan, satu-satunya yang kurang adalah sebuah unsur yang wajib dimiliki oleh orang sukses, yaitu latar belakang!""Ardika, aku yakin kamu juga pasti sudah merasakan kekuranganmu ini, bukan?""Terlepas dari seberapa besar kekuatanmu, seberapa licik dirimu, di mata orang lain kamu hanya seorang menantu benalu, orang kampungan yang berasal dari Kota Banyuli.""Itulah sebabnya Wilgo nggak bersedia membiarkan Rosa bersamamu.""Itulah sebabnya Vita dan yang lainnya juga hanya menjadikanmu sebagai pion, melemparmu keluar menghadapi kami untuk mengacaukan fokus kami tanpa memedulikan hidup dan matimu.""Dengan begitu, terlepas dari seberapa hebat dirimu, batasan maksimalmu juga s
"Eh, Ardika, jangan nggak tahu diri!"Jerfis yang sudah bisa bernapas kembali berkata dengan suara serak, "Aku sudah melepaskan Rosa sesuai perjanjian, apa lagi maumu?""Jangan bilang kamu benar-benar mengira aku takut mati, nggak berani menyuruh mereka menyerangmu?""Kamu sudah meremehkanku!""Aku kejam pada orang lain, tapi lebih kejam pada diriku sendiri!"Ardika mengangkat alisnya, lalu mengulurkan lengannya untuk menepuk-nepuk wajah Jerfis yang sudah nyaris tidak berbentuk itu. "Oh? Lebih kejam pada diri sendiri, ya?""Tuan Muda Jerfis, kamu adalah Tuan Muda Keluarga Hinata, lahir di sebuah keluarga terpandang dan sudah hidup nyaman sejak kecil, seseorang yang terhormat.""Sedangkan aku? Aku hanya orang kampungan yang berasal dari Kota Banyuli, nyawaku ini nggak ada artinya.""Kamu rela mati bersamaku?"Semua orang menyadari kata-kata Ardika ini adalah kata-kata ejekan.Karena seperti itulah penilaian Jerfis untuk dirinya sendiri dan Ardika dulu.Namun sekarang, seorang Tuan Muda
"Bam!"Darah spontan muncrat ke mana-mana.Jerfis mengeluarkan teriakan menyedihkan, dia merasakan kepalanya seperti sudah hampir meledak akibat benturan itu.Sosok bayangan tubuh dua orang pria ganas yang sudah hampir menerjang ke hadapan Rosa langsung berhenti, ekspresi tidak terima menghiasi wajah mereka.Namun, mereka tidak berani menyaksikan apakah Ardika akan membunuh Jerfis.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, melainkan hanya mencengkeram leher Jerfis sambil menatap Tiyur dengan ekspresi main-main.Bukankah wanita yang satu ini suka memainkan trik-trik kecil?Dia mau lihat trik apa lagi yang akan dimainkan oleh wanita itu selanjutnya.Perlahan-lahan cengkeraman Ardika pada leher Jerfis sudah kuat, Jerfis bahkan sudah tidak bisa mengeluarkan suara teriakan lagi, bola matanya juga sudah mulai berputar.Ekspresi Tiyur berubah lagi dan lagi, dia berkata dengan marah, "Minggir sana, jangan sentuh mereka lagi!"Dua orang pria ganas bersetelan jas itu melangkah mundur dengan eks
Melihat pemandangan itu, Jerfis tertawa terbahak-bahak dengan bangga. "Rosa, bukankah kamu bilang si Ardika ini lebih baik dibandingkan aku? Kalau begitu, kamu lihat saja sendiri dalam situasi seperti ini, apakah dia akan meninggalkanmu begitu saja demi dirinya sendiri.""Haha, aku paling suka melakukan hal yang menguji karakter manusia seperti ini!""Plak!"Ardika langsung melayangkan satu tamparan padanya. "Diam!"Kali ini, akibat tamparan keras dari Ardika, gigi geraham belakang Jerfis bahkan sudah copot, dia benar-benar nyaris tidak kelihatan seperti manusia lagi.Jufi berkata dengan marah, "Eh, Ardika, kalau kamu berani memukul Tuan Muda lagi, aku akan langsung menembak mati Rosa ....""Plak!"Tanpa menunggu anjing Jerfis itu selesai berbicara, Ardika kembali melayangkan satu tamparan pada Jerfis dengan punggung tangannya hingga membuat gigi geraham belakang sisi lain pria itu juga copot."Mulai sekarang, setiap satu kalimat omong kosong yang kamu ucapkan, aku akan melayangkan sat