"Apa kamar pengantin sudah selesai diatur?"Melihat sosok bayangan Wilgo sudah tidak terlihat lagi, Jerfis langsung menegakkan badannya dan bertanya tanpa menoleh ke belakang.Wanita dengan ekspresi agak dingin di belakang Jerfis itu, sebelumnya Rosa sudah tahu wanita itu bernama Tiyur Fahmadi. Sesuai dugaannya, dulu wanita tersebut adalah wakil Lisea.Sekarang Lisea sudah tewas, dia langsung menempati posisi Lisea menjadi asisten pribadi Jerfis.Selain itu, wanita itu juga seorang petarung.Saat ini, tidak terlihat gejolak emosi apa pun di wajahnya. Dia berkata dengan nada bicara datar, "Tuan Muda, para wanita anggota Keluarga Gozali sudah membantu mendekorasi kamar pengantin di sebelah, dijamin Tuan Muda dan Nyonya akan melewati malam yang nggak terlupakan malam ini.""Kamar pengantin?"Rosa tercengang, raut wajahnya tampak sangat muram.Demi menjilat Jerfis, Keluarga Gozali benar-benar habis-habisan. Mereka tidak hanya memancing Jerfis ke Kediaman Keluarga Gozali, bahkan para wanita
"Huh, jangan bicara omong kosong padaku!"Widoko mendengus dingin dan berkata, "Atas dasar apa Keluarga Xedar Kota Gamiga memberi muka pada seorang menantu benalu?""Menurutku, kamu hanya berakting dengan orang luar dengan tujuan untuk memindahkan aset Grup Gozam perlahan-lahan hingga pada akhirnya menguras habis aset perusahaan!""Sekarang, dengar baik-baik.""Aku nggak peduli cara apa pun yang kamu gunakan, kamu harus mengambil kembali saham yang telah kamu berikan padanya, lalu serahkan kembali ke tangan ayahmu.""Sebelum kamu melakukan hal ini, urusan ibumu nggak perlu dibicarakan.""Kalau kamu berani menolakku, percaya atau nggak dengan satu panggilan telepon saja, aku sudah bisa memutus biaya pengobatan sanatorium ibumu. Saat itu tiba, yang akan kamu lihat hanya mayat!"Widoko melontarkan kata-kata itu dengan tajam, ekspresi dingin dan tak berperasaan terlukis jelas di wajahnya.Ekspresi Rosa langsung berubah menjadi pucat pasi. Dia membelalakkan matanya, menatap lawan bicaranya
"Ya, benar!" jawab Rosa tanpa ragu. Dia enggan memberikan sedikit pun kesempatan pada Jerfis."Kamu merasa aku nggak bisa dibandingkan dengan Ardika si menantu benalu itu?""Nggak bisa!"Rosa tetap menjawab tanpa ragu."Baiklah."Jerfis mengangguk. Dia menatap Rosa dengan lekat dan berkata, "Walau kamu menolakku seperti ini, aku mendapati diriku makin menyukaimu."Berbicara sampai di sini, wajah Jerfis mulai memerah seperti menggila. Dia tersenyum dan berkata, "Rosa, kamu nggak mengerti. Sejak aku kecil hingga dewasa, aku selalu mendapatkan apa yang kuinginkan.""Bagiku, makin kamu nggak menyukaiku, aku akan makin gencar untuk mendapatkanmu!""Tapi, aku ini adalah tipe orang yang melakukan apa pun secara terstruktur. Karena aku sudah bilang ada tujuan kedatanganku ke Kediaman Keluarga Gozali, maka satu per satu diselesaikan.""Mengenai pernikahan kita, nggak perlu terburu-buru. Sekarang kita tangani dulu urusan ibu mertuaku.""Benar, 'kan, Ayah?"Jerfis mengalihkan pandangannya ke arah
Ekspresi dan nada bicara Jerfis sangat santai.Namun, aura menakutkan samar yang terpancar dari tubuhnya membuat para tetua Keluarga Gozali yang berada di dalam ruangan itu sedikit bergidik ngeri, tidak berani buka suara.Bagi orang biasa ibu kota provinsi, gelar tujuh tuan muda ibu kota provinsi sangat mengintimidasi."Hmm, bagus."Widoko, Tuan Besar Keluarga Gozali yang duduk di kursi utama, saat ini mengamati Jerfis dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dengan sedikit menyipitkan matanya. Usai mengamati pemuda itu sejenak, dia mengangguk perlahan.Dia sangat puas dengan calon cucu menantu yang satu ini.Dia bisa melihat adanya ambisi yang besar dalam diri Jerfis.Kalau Rosa menikah dengan pria seperti itu, kemungkinan besar akan membawa kejayaan selama puluhan tahun bagi Keluarga Gozali."Jerfis, tutup mulutmu! Siapa yang ingin menikah denganmu?!"Wajah cantik Rosa sudah diselimuti dengan ekspresi dingin. "Jangan panggil sembarangan! Ayah dan ibuku nggak ada hubungan apa pun dengan
Seiring dengan terdengarnya suara ini, tiba-tiba muncul puluhan orang pria bersetelan jas dengan postur tubuh kekar di depan pintu ruangan.Orang-orang ini langsung memasuki ruangan. Begitu memasuki ruangan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mereka langsung menyebar di sekeliling ruangan tersebut, mengepung tepat ini. Pada saat bersamaan, mereka juga memblokade semua akses masuk dan akses keluar.Menyaksikan adegan dadakan ini, ekspresi Rosa langsung sedikit berubah.Namun yang membuat hatinya mencelus adalah, orang-orang Keluarga Gozali lainnya termasuk kakeknya tampak sangat tenang, seolah-olah adegan ini sudah dalam dugaan mereka.Dalam sekejap, suasana di ruang tamu Keluarga Gozali yang tadinya masih terbilang agak "harmonis" itu, kini berubah menjadi benar-benar mencekam.Siapa pun yang ingin keluar, harus membayar harga yang sangat mahal.Rosa langsung berbalik, melihat ke arah pintu.Saat dia mendengar suara itu, sebenarnya dia sudah tahu siapa orang tersebut.Benar saja, Jerf
Para tetua termasuk Widoko menatap Rosa dengan sorot mata dingin.Tidak mendapatkan tanggapan apa pun dari para tetua, Rosa tetap berdiri di tempat dalam posisi sedikit membungkukkan badannya.Sekarang ini dia sudah memegang kekuasaan absolut atas Grup Gozam.Dia adalah pimpinan sekaligus presdir perusahaan. Kalau hanya melihat identitas tanpa mempertimbangkan senioritas, bahkan para tetua Keluarga Gozali ini pun seharusnya bersikap penuh hormat padanya.Namun, Rosa sendiri sudah menyadari kepulangannya ke Kediaman Keluarga Gozali hari ini pasti tidak akan rileks.Jadi, dia sudah mempersiapkan mentalnya.Melihat tak kunjung ada tanggapan dari para tetua, Rosa menarik napas dalam-dalam, lalu mengangkat kepalanya dan menatap Wilgo dengan lekat."Ayah ...."Melihat Wilgo juga tidak berbicara, akhirnya Rosa buka suara. "Karena para tetua Keluarga Gozali sudah berada di sini untuk menjadi saksi, maka juga seharusnya Ayah memenuhi perjanjian, memberikan sebuah penjelasan padaku, bukan?""Bag