"Tujuanku bukan ingin keluar dari sini hidup-hidup."Ardika menggelengkan kepalanya, lalu menatap Timnu dengan tatapan sangat serius dan berkata dengan acuh tak acuh, "Melainkan membawa mayatmu dan mayat Werdi keluar dari sini.""Bukankah Organisasi Snakei meminta kalian untuk menyerahkan pelaku pembunuhan Sofian sebelum siang ini?""Aku akan mengabulkan keinginan kalian."Melihat ekspresi penuh percaya diri Ardika, Timnu mengerutkan keningnya.Dia menoleh dan melirik Lisman sekilas.Lisman segera melangkah maju dan berkata dengan suara rendah, "Kak Timnu, orang-orang kita sudah mengawasinya, nggak ada orang-orang yang mencurigakan."Di seluruh Hainiken adalah orang-orang mereka. Ardika memang hanya masuk seorang diri."Kak Timnu, bocah ini berani bersikap begitu arogan, itu artinya dia nggak menganggap serius kamu!"Lisman memelototi Ardika dengan tajam.Malam dua hari yang lalu, dia kalah telak dari Ardika. Setelah berlutut di hadapan Ardika tepat di depan banyak orang, dia baru berh
"Kamu nggak menyangka aku mengikuti alur permainan kalian, menyebabkan Sofian mati di tangan Werdi.""Saat kalian tahu aku bisa menghancurkan berlian dengan tangan kosong, ditambah lagi dengan hari ini Wilgo menarikku ke pihaknya.""Itulah sebabnya, kamu mulai panik.""Kamu takut aku benar-benar terlibat dalam persaingan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, lalu menyebabkan rencana besar majikanmu itu untuk mengendalikan cabang Provinsi Denpapan menjadi gagal.""Begitu aku di luar kendali, sebagai orang yang bertanggung jawab menjalankan instruksi dari majikan, kamu harus bertanggung jawab besar.""Karena itulah, kamu sudah nggak bisa menahan diri lagi dan mengirim orang untuk menculik Futari, memaksaku datang ke Hainiken. Kamu ingin menyingkirkan aku, yang merupakan faktor di luar kendali ini selamanya.""Tapi, kamu lupa satu hal. Bagaimana kalau serangkaian kejadian ini adalah apa yang kuinginkan?"Ardika menatap Timnu sambil tersenyum tipis.Saat ini, dia terkesan seperti sos
"Eh, Ardika, lihatlah adik iparmu itu! Jelas-jelas dia sudah ketakutan setengah mati, tapi dia tetap menyuruhmu untuk lari. Hubungan antara kalian cukup erat, ya.""Tapi kalau ingin lari sekarang juga sudah terlambat. Hari ini kamu nggak akan bisa keluar dari Hainiken lagi!"Melihat Futari sampai sudah menangis sejadi-jadinya saking ketakutannya, Werdi, Raina dan yang lainnya tertawa dengan liar.Ardika sudah membuat mereka merasakan penghinaan yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya, bahkan memotong jari mereka dan membuat mereka menjadi target Organisasi Snakei, yang hanya bisa bersembunyi di dalam Hainiken dengan gelisah. Ardika benar-benar sudah membuat hidup mereka sangat menderita.Tentu saja mereka jauh lebih senang dibandingkan siapa pun saat melihat Ardika tertimpa masalah.Mengingat Ardika tidak mungkin bisa lolos lagi, Werdi menjadi makin bangga dan arogan.Dia melangkah maju dengan langkah kaki cepat, lalu berkata dengan ekspresi arogan, "Eh, Ardika, berlutut sekarang j
Delapan orang ahli bela diri yang memiliki postur tubuh tinggi dan tegap itu juga berpencar ke segala sisi, memblokade jalan keluar Ardika.Mereka seolah-olah sudah bisa membayangkan pemandangan Ardika ditebas oleh Lisman menjadi dua bagian."Oh? Hanya begini?"Namun, tepat pada saat ini, terdengar suara acuh tak acuh Ardika.Tanpa mendongak, dia meraih sebuah bangku dengan ujung kakinya, lalu melemparkan bangku tersebut dengan kakinya."Bam ...."Bangku tersebut tampak seperti meteor. Dalam sekejap mata, bangku itu sudah bertabrakan dengan pedang dalam genggaman Lisman. Bangku itu langsung hancur berkeping-keping, pecahannya terbang ke segala arah."Pfffttt ...."Kecepatan pergerakan pecahan itu luar biasa cepat, beberapa orang ahli bela diri tersebut sama sekali tidak sempat menghindar.Ada yang kulitnya tergores hingga terkelupas dan kehilangan daya tempur.Ada pula yang tenggorokannya dan dahinya tertancap pecahan tersebut, hingga langsung tewas di tempat.Di antara delapan orang a
Timnu mengalihkan pandangannya dari jasad Lisman, lalu menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Yah, mungkin saja. Kamu memang sangat kuat.""Sayang sekali. Kalau kamu nggak memprovokasiku, mungkin kamu masih bisa menyembunyikan dan mengasah kemampuanmu tanpa menonjolkan diri selama beberapa tahun lagi . Setelah kamu benar-benar berkembang, mungkin aku juga bukan tandinganmu.""Sayang sekali, kamu nggak paham orang yang terlebih dulu menonjolkan diri, akan menghadapi serangan.""Jadi, Ardika, hari ini kamu pasti akan mati di Hainiken ...."Timnu menatap Ardika dengan sorot mata acuh tak acuh, seperti sedang menatap mayat yang sudah tak bernyawa.Di umur dua puluh tahun, Timnu sudah berkecimpung di dunia preman ibu kota provinsi.Dengan mengandalkan kekuatannya sendiri, dia berhasil mendapatkan posisinya sendiri.Dia bisa mencapai posisinya hari ini dengan menginjak-injak mayat musuh yang sudah tak terhitung jumlahnya.Bahkan di Organisasi Snakei pun, dengan mengandalkan kemampuannya sen
Timnu menarik napas dalam-dalam, berusaha keras menahan aliran darah yang bergejolak dalam tubuhnya, agar tidak terjadi kejadian memalukan dirinya memuntahkan darah.Lengannya yang tadi berbenturan dengan lengan Ardika, juga sedikit bergetar.Dia mendongak menatap Ardika, ekspresi terkejut menghiasi wajahnya.Tadi saat tinjunya membentur tinju Ardika, dia merasakan kekuatan luar biasa besar yang belum pernah dirasakannya sebelumnya menjalar memasuki tubuhnya. Gelombang kekuatan dahsyat itu nyaris membuat dirinya terpental.Kalau bukan karena dirinya segera mengurangi kekuatan tersebut melalui gesekan dengan permukaan lantai, tubuhnya pasti akan mengalami cedera serius.Walaupun demikian, saat ini wajahnya juga berubah menjadi memerah, sekujur tubuhnya juga terasa tidak enak dan diliputi kekesalan."Bagaimana mungkin?"Dia menatap Ardika dengan tatapan sedikit tidak percaya. Mungkin karena aliran darah yang bergejolak dalam dirinya, saat ini dirinya diliputi gelombang keterkejutan.Seja
"Plak ...."Saat melewati anak buah Timnu itu, pria kurus tersebut langsung mengangkat lengannya dan melayangkan tamparan ke wajahnya.Anak buah itu mengeluarkan suara teriakan menyedihkan, terpental membentur dinding dengan darah menyembur keluar dari mulutnya, lalu terjatuh ke lantai dan tidak bergerak lagi.Hanya dengan pergerakan sederhana seperti mengangkat lengan saja, satu orang sudah terbunuh.Apalagi orang tersebut adalah anak buah Timnu!Menyaksikan pemandangan itu, dua orang ahli bela diri lainnya yang sedang membuka pintu baja Hainiken langsung ketakutan setengah mati.Namun, mereka sudah membuka pintu besi lainnya, menyesal juga sudah terlambat sekarang."Bam ...."Seorang pria kerdil menerjang keluar lagi. Dengan kepalanya yang botak, dia langsung menabrak ahli bela diri Hainiken yang menghalangi jalannya itu hingga tubuh orang tersebut terpental dan mengalami patah tulang."Timnu, kamu sedang menghadapi masalah? Berani-beraninya kamu membiarkan kami keluar!""Kamu nggak
"Sayang, ini terakhir kali aku memandikanmu ....""Kita sudah menikah tiga tahun, tapi kita masih belum pernah bercinta ....""Sebelum bercerai, aku ingin memberikan malam pertamaku kepadamu ...."Ardika Mahasura duduk di dalam bak mandi, Luna Basagita yang bertubuh seksi sedang duduk di belakangnya. Kedua tangannya yang putih mulus itu sedang menggosok tubuh Ardika.Ketika air membasahi tubuh mereka, aroma yang harum pun memenuhi udara.Luna mengoleskan sabun mandi ke tubuh yang kekar itu, ketika kedua tangannya melewati otot perut Ardika, wajah Luna langsung merona.Namun, ketika melihat wajah Ardika, rasa sedih membuat air mata Luna ikut terjatuh.Saat ini, Ardika sedang memiringkan kepalanya. Wajah yang tampan itu terlihat bengong, air liur juga menetes dari sudut mulutnya. Dia benar-benar seorang idiot."Sayang, apa yang terjadi selama tiga tahun ini? Kenapa kamu menjadi seperti ini?" ucap Luna sambil terisak.Tiga tahun lalu, Ardika tiba-tiba menghilang di malam pertama mereka.D
"Plak ...."Saat melewati anak buah Timnu itu, pria kurus tersebut langsung mengangkat lengannya dan melayangkan tamparan ke wajahnya.Anak buah itu mengeluarkan suara teriakan menyedihkan, terpental membentur dinding dengan darah menyembur keluar dari mulutnya, lalu terjatuh ke lantai dan tidak bergerak lagi.Hanya dengan pergerakan sederhana seperti mengangkat lengan saja, satu orang sudah terbunuh.Apalagi orang tersebut adalah anak buah Timnu!Menyaksikan pemandangan itu, dua orang ahli bela diri lainnya yang sedang membuka pintu baja Hainiken langsung ketakutan setengah mati.Namun, mereka sudah membuka pintu besi lainnya, menyesal juga sudah terlambat sekarang."Bam ...."Seorang pria kerdil menerjang keluar lagi. Dengan kepalanya yang botak, dia langsung menabrak ahli bela diri Hainiken yang menghalangi jalannya itu hingga tubuh orang tersebut terpental dan mengalami patah tulang."Timnu, kamu sedang menghadapi masalah? Berani-beraninya kamu membiarkan kami keluar!""Kamu nggak
Timnu menarik napas dalam-dalam, berusaha keras menahan aliran darah yang bergejolak dalam tubuhnya, agar tidak terjadi kejadian memalukan dirinya memuntahkan darah.Lengannya yang tadi berbenturan dengan lengan Ardika, juga sedikit bergetar.Dia mendongak menatap Ardika, ekspresi terkejut menghiasi wajahnya.Tadi saat tinjunya membentur tinju Ardika, dia merasakan kekuatan luar biasa besar yang belum pernah dirasakannya sebelumnya menjalar memasuki tubuhnya. Gelombang kekuatan dahsyat itu nyaris membuat dirinya terpental.Kalau bukan karena dirinya segera mengurangi kekuatan tersebut melalui gesekan dengan permukaan lantai, tubuhnya pasti akan mengalami cedera serius.Walaupun demikian, saat ini wajahnya juga berubah menjadi memerah, sekujur tubuhnya juga terasa tidak enak dan diliputi kekesalan."Bagaimana mungkin?"Dia menatap Ardika dengan tatapan sedikit tidak percaya. Mungkin karena aliran darah yang bergejolak dalam dirinya, saat ini dirinya diliputi gelombang keterkejutan.Seja
Timnu mengalihkan pandangannya dari jasad Lisman, lalu menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Yah, mungkin saja. Kamu memang sangat kuat.""Sayang sekali. Kalau kamu nggak memprovokasiku, mungkin kamu masih bisa menyembunyikan dan mengasah kemampuanmu tanpa menonjolkan diri selama beberapa tahun lagi . Setelah kamu benar-benar berkembang, mungkin aku juga bukan tandinganmu.""Sayang sekali, kamu nggak paham orang yang terlebih dulu menonjolkan diri, akan menghadapi serangan.""Jadi, Ardika, hari ini kamu pasti akan mati di Hainiken ...."Timnu menatap Ardika dengan sorot mata acuh tak acuh, seperti sedang menatap mayat yang sudah tak bernyawa.Di umur dua puluh tahun, Timnu sudah berkecimpung di dunia preman ibu kota provinsi.Dengan mengandalkan kekuatannya sendiri, dia berhasil mendapatkan posisinya sendiri.Dia bisa mencapai posisinya hari ini dengan menginjak-injak mayat musuh yang sudah tak terhitung jumlahnya.Bahkan di Organisasi Snakei pun, dengan mengandalkan kemampuannya sen
Delapan orang ahli bela diri yang memiliki postur tubuh tinggi dan tegap itu juga berpencar ke segala sisi, memblokade jalan keluar Ardika.Mereka seolah-olah sudah bisa membayangkan pemandangan Ardika ditebas oleh Lisman menjadi dua bagian."Oh? Hanya begini?"Namun, tepat pada saat ini, terdengar suara acuh tak acuh Ardika.Tanpa mendongak, dia meraih sebuah bangku dengan ujung kakinya, lalu melemparkan bangku tersebut dengan kakinya."Bam ...."Bangku tersebut tampak seperti meteor. Dalam sekejap mata, bangku itu sudah bertabrakan dengan pedang dalam genggaman Lisman. Bangku itu langsung hancur berkeping-keping, pecahannya terbang ke segala arah."Pfffttt ...."Kecepatan pergerakan pecahan itu luar biasa cepat, beberapa orang ahli bela diri tersebut sama sekali tidak sempat menghindar.Ada yang kulitnya tergores hingga terkelupas dan kehilangan daya tempur.Ada pula yang tenggorokannya dan dahinya tertancap pecahan tersebut, hingga langsung tewas di tempat.Di antara delapan orang a
"Eh, Ardika, lihatlah adik iparmu itu! Jelas-jelas dia sudah ketakutan setengah mati, tapi dia tetap menyuruhmu untuk lari. Hubungan antara kalian cukup erat, ya.""Tapi kalau ingin lari sekarang juga sudah terlambat. Hari ini kamu nggak akan bisa keluar dari Hainiken lagi!"Melihat Futari sampai sudah menangis sejadi-jadinya saking ketakutannya, Werdi, Raina dan yang lainnya tertawa dengan liar.Ardika sudah membuat mereka merasakan penghinaan yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya, bahkan memotong jari mereka dan membuat mereka menjadi target Organisasi Snakei, yang hanya bisa bersembunyi di dalam Hainiken dengan gelisah. Ardika benar-benar sudah membuat hidup mereka sangat menderita.Tentu saja mereka jauh lebih senang dibandingkan siapa pun saat melihat Ardika tertimpa masalah.Mengingat Ardika tidak mungkin bisa lolos lagi, Werdi menjadi makin bangga dan arogan.Dia melangkah maju dengan langkah kaki cepat, lalu berkata dengan ekspresi arogan, "Eh, Ardika, berlutut sekarang j
"Kamu nggak menyangka aku mengikuti alur permainan kalian, menyebabkan Sofian mati di tangan Werdi.""Saat kalian tahu aku bisa menghancurkan berlian dengan tangan kosong, ditambah lagi dengan hari ini Wilgo menarikku ke pihaknya.""Itulah sebabnya, kamu mulai panik.""Kamu takut aku benar-benar terlibat dalam persaingan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, lalu menyebabkan rencana besar majikanmu itu untuk mengendalikan cabang Provinsi Denpapan menjadi gagal.""Begitu aku di luar kendali, sebagai orang yang bertanggung jawab menjalankan instruksi dari majikan, kamu harus bertanggung jawab besar.""Karena itulah, kamu sudah nggak bisa menahan diri lagi dan mengirim orang untuk menculik Futari, memaksaku datang ke Hainiken. Kamu ingin menyingkirkan aku, yang merupakan faktor di luar kendali ini selamanya.""Tapi, kamu lupa satu hal. Bagaimana kalau serangkaian kejadian ini adalah apa yang kuinginkan?"Ardika menatap Timnu sambil tersenyum tipis.Saat ini, dia terkesan seperti sos
"Tujuanku bukan ingin keluar dari sini hidup-hidup."Ardika menggelengkan kepalanya, lalu menatap Timnu dengan tatapan sangat serius dan berkata dengan acuh tak acuh, "Melainkan membawa mayatmu dan mayat Werdi keluar dari sini.""Bukankah Organisasi Snakei meminta kalian untuk menyerahkan pelaku pembunuhan Sofian sebelum siang ini?""Aku akan mengabulkan keinginan kalian."Melihat ekspresi penuh percaya diri Ardika, Timnu mengerutkan keningnya.Dia menoleh dan melirik Lisman sekilas.Lisman segera melangkah maju dan berkata dengan suara rendah, "Kak Timnu, orang-orang kita sudah mengawasinya, nggak ada orang-orang yang mencurigakan."Di seluruh Hainiken adalah orang-orang mereka. Ardika memang hanya masuk seorang diri."Kak Timnu, bocah ini berani bersikap begitu arogan, itu artinya dia nggak menganggap serius kamu!"Lisman memelototi Ardika dengan tajam.Malam dua hari yang lalu, dia kalah telak dari Ardika. Setelah berlutut di hadapan Ardika tepat di depan banyak orang, dia baru berh
"Uh ... uh ...."Ketiga orang pembunuh itu menutupi tenggorokan mereka dengan tidak percaya. Dengan diliputi perasaan tidak terima, tubuh mereka terkulai tak berdaya di lantai.Sementara itu, Ardika sama sekali tidak terluka, juga tidak ternodai oleh noda darah.Dia langsung menendang ketiga mayat itu, lalu menggunakan tisu untuk menyeka tangannya. Kemudian, dia turun ke lantai satu dengan santai."Bam!"Ardika menendang pintu baja di lantai satu hingga terbuka.Aula yang besar dan luas dengan pencahayaan redup terlihat di depan mata Ardika.Di antaranya, ada banyak pintu baja lainnya yang menuju ke arah yang berbeda.Dalam sekejap, Ardika bisa merasakan aura jahat menyelimuti seluruh tempat itu.Seakan-akan di balik pintu-pintu baja tersebut adalah kandang-kandang.Setiap kandang itu mengurung seekor binatang buas Kota Jewo! Selama kandang itu dibuka, maka binatang buas tersebut akan memilih dan melahap targetnya!"Plok ... plok ... plok ...."Terdengar suara tepukan tangan yang tidak
Ardika tidak menyadari keberadaan para nona dan tuan muda yang datang untuk menyaksikan pertunjukan itu.Biarpun dia menyadari keberadaan mereka, dia juga tidak akan memedulikan serangga-serangga yang hanya bisa bersembunyi dalam kegelapan itu.Dengan langkah mantap, dia berjalan memasuki pintu utama Hainiken yang terbuka lebar itu. Seorang pelayan yang membawa sebuah nampan berjalan menghampirinya."Tuan, untuk sementara waktu ini Hainiken berhenti beroperasi. Tuan datang kemari ada keperluan apa, ya?""Aku datang mencari Timnu."Ardika melirik pelayan yang rambutnya diikat satu dan kulitnya putih mulus itu sekilas, lalu mengambil segelas minuman yang telah dilengkapi dengan sedotan kertas di nampan pelayan tersebut."Ternyata Tuan Ardika, ya."Pelayan itu membungkukkan badannya, lalu mengulurkan lengan panjangnya dan berkata, "Pak Timnu berada di lantai tiga bawah tanah. Silakan lewat sini, aku akan membawa Tuan ke bawah."Ardika mengangguk, lalu berjalan menuju ke arah lift dengan l