"Ya ampun, Jerfis, kamu nggak perlu sesungkan itu denganku.""Perlu kamu ingat, cepat atau lambat kita akan menjadi keluarga. Lagi pula, aku juga sudah lama menganggapmu seperti putraku sendiri," kata Betty sambil terkekeh pelan. Makin lama melihat Jerfis, dia merasa makin puas.Namun, saat dia tertawa, bekas tamparan Ardika di wajahnya ikut ketarik, membuatnya tersentak kesakitan.Senyuman yang menghiasi wajah Betty langsung menghilang tanpa meninggalkan jejak. Sebaliknya, dia malah tampak kesal."Bibi Betty, ada apa? Apa kamu masih merasa nggak enak badan?"Melihat pemandangan itu, Jerfis kembali menanyakan kondisi Betty dengan penuh perhatian.Hanya saja, samar-samar terlihat sorot mata main-main di matanya.Walaupun Betty sudah menggunakan bedak yang tebal untuk menutupi bekas tamparan itu, tetapi dengan penglihatannya yang tajam, saat bertemu dengan wanita ini saja, dia sudah mendapati bekas tamparan samar di wajah wanita ini.Hanya saja, sebelumnya demi menjaga harga dirinya, Bet
Sebelumnya Muktar dan Yanti pernah mengikuti Rivani ke Kota Banyuli. Ardika sudah pernah bertemu mereka.Dua orang ahli bela diri ini bahkan sampai dikirim oleh Rivani untuk melindungi Jesika. Sepertinya situasinya benar-benar berbahaya.Karena itulah, Ardika berkata, "Baiklah, setelah kamu bertemu mereka, langsung berangkat ke ibu kota provinsi. Aku akan melindungimu."Jesika adalah seorang wanita yang sangat cerdas, tentu saja dia juga tahu masalah yang dihadapi oleh Keluarga Siantar kali ini bukanlah masalah kecil.Dia langsung setuju. "Terima kasih, Pak Ardika. Jam empat sore aku akan tiba di ibu kota provinsi."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Ardika berpikir sejenak, dia merasa dia perlu pergi menjemput Jesika secara pribadi.Sekarang Rivani terjebak di Kediaman Keluarga Siantar, aksesnya dengan dunia luar terputus. Bahkan untuk menelepon pun, dia harus melakukannya secara diam-diam.Selain itu, dia segera mengirim Muktar dan Yanti untuk melindungi Jesika. Sepertinya situasi
Ardika buru-buru mengambil ponselnya dan melihat riwayat panggilan telepon. Saat dia melihat nama "Rivani", dia baru menghela napas lega."Ini adalah ibu asistenku di Kota Banyuli itu, nggak tahu ada apa dia meneleponku."Ardika juga sedikit kebingungan. Dia tidak mengerti untuk apa ibu Jesika meneleponnya. Namun, setelah kembali ke kamarnya, dia tetap memutuskan untuk menghubungi wanita itu."Bibi, aku Ardika ...."Tanpa menunggu lama, panggilan telepon itu sudah terhubung.Baru saja Ardika mulai berbicara, dia sudah disela oleh Rivani."Jangan memanggilku Bibi!"Di ujung telepon, Rivani mencibir dan berkata, "Bagus, bagus, Ardika. Kamu mengabaikan putriku begitu saja, malah pergi ke ibu kota provinsi untuk memelihara wanita lain.""Kenapa? Apa putriku nggak cukup cantik dan baik?""Atau karena status dan kedudukan putri Keluarga Siantar terlalu rendah, nggak pantas untuk seorang tokoh besar seperti kamu?"Sebelumnya, hanya dengan satu panggilan telepon saja Ardika sudah bisa memanggi
Mendengar ucapan Ardika ini, Rosa terkejut setengah mati. Dia buru-buru menyilangkan tangannya di depan dadanya, membuat gerakan waspada.Membiarkan Ardika menciumnya sekali adalah batas toleransinya.Adapun mengenai melakukan hal itu, dia bukanlah tipe wanita murahan seperti itu.Melihat Rosa bersikap seperti bersiap untuk menghadapi musuh besar, takut setengah mati dilahap oleh dirinya, Ardika hanya menggelengkan kepalanya sembari menyalakan kembali mesin mobil."Jadi, jangan bicara sembarangan."Dia tahu mengapa Rosa bisa berbicara seperti itu.Saat ini, wanita yang satu ini sangat tidak berdaya, sangat merasa tidak aman. Itulah sebabnya, wanita ini menganggap dirinya sebagai sandaran, berharap Ardika bisa membantunya menuntut keadilan dengan tulus.Namun, Ardika bukan tipe orang yang akan memanfaatkan situasi sulit orang lain.Selain itu, sebelumnya Amanda dan Doni sudah salah paham pada dirinya dan Rosa. Dengan mulut bocor Amanda, wanita itu pasti sudah mengarang cerita tentang di
"Ardika, kamu benar. Kalau itu bisa membantunya menggapai tujuannya, ayahku nggak akan memedulikanku."Rosa berbicara dengan ekspresi diliputi sedikit kesedihan.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, apa yang akan kamu lakukan sekarang?""Aku nggak tahu."Rosa menggelengkan kepalanya, sorot mata kebingungan tampak jelas di mata indahnya.Dia sudah mengetahui semua kebenaran ini, lalu apa?Dengan kekuatan yang dimilikinya saat ini, dia tidak bisa mengubah apa pun.Bahkan ibunya juga masih di bawah kendali orang lain, dia sama sekali tidak berdaya untuk melawan.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau kamu ingin menuntut keadilan untuk ibumu, bagaimana kalau kamu mempertimbangkan untuk mengikutiku menempuh jalan berbahaya ini, membuat mimpi indah Wilgo hancur, juga membuat Betty dan Jerfis membayar harga atas kejadian hari ini."Awalnya dia tidak keberatan Rosa mendekatinya memang karena berencana untuk memanfaatkan wanita ini.Dia ingin memanfaatkan Rosa sebagai celah
Hingga permukaan air sepenuhnya tenang kembali dan tidak ada kemungkinan orang di dalamnya bisa hidup kembali, Ardika baru membuang rokoknya, lalu kembali ke dalam mobil.Mesin mobil kembali dinyalakan, lalu melaju kembali ke jalan semula.Tadi pergerakan memutar arah secara paksa telah menyebabkan alat mengurangi guncangan rusak parah, hingga menyebabkan laju mobil agak terguncang. Namun, Ardika tidak peduli. Selama dia melajukan mobil dengan sedikit lebih lambat, tetap bisa bertahan kembali ke kota.Namun, Rosa yang tadinya dalam kondisi melamun, tersadar kembali oleh guncangan itu."Apa mereka mati begitu saja?"Secara naluriah, dia menoleh ke belakang. Dia bahkan ingin meminta Ardika untuk memberhentikan mobil.Ardika tahu terlepas dari seberapa banyak penderitaan yang telah dialami wanita ini di rumah, tetapi tetap saja dia tumbuh di lingkungan yang serba berkecukupan, kehidupannya jauh lebih baik dibandingkan sebagian besar orang.Situasi seperti sekarang ini sangat jelas membuat
Hanya sekitar dua puluh menit kemudian, Ardika sudah tiba di dekat Waduk Sibere, yang biasanya perjalanannya memakan waktu satu jam.Sementara itu, pengemudi dari kedua mobil tersebut sangat jelas juga memiliki keterampilan berkendara yang luar biasa. Saat mengejar Ardika, mereka tetap memperhatikan apakah dia mengubah jalur atau tidak, bahkan di bawah laju kecepatan tinggi, mereka tetap memaksakan untuk mempertahankan jarak di antara mobil dalam kisaran 300 meter.Bagi mobil, 300 meter hanyalah jarak sekali menginjak pedal gas."Lalu lintas di depan sana sudah nggak padat, mereka akan makin mudah mengejar kita!"Saat ini, Rosa buka suara untuk mengingatkan Ardika.Dia sangat familier dengan situasi jalanan di area dekat sini, jalan di depan sana sudah terhubung ke kota lainnya.Karena jalan ini sudah tua, biasanya lalu lintas di sini cukup sepi. Banyak orang yang sedang bersiap untuk mengikuti ujian berkendara yang berlatih mengendarai mobil di jalan ini.Seolah-olah memiliki pemikira
"Brum ...."Seiring dengan Ardika menginjak pedalnya, mobil tersebut langsung mengeluarkan suara deru mesin mobil yang keras.Saat ini, mobil tersebut berubah menjadi seperti seekor naga hitam yang tengah melintasi kerumunan mobil-mobil lainnya.Dalam sekejap mata saja, Ardika sudah melakukan beberapa kali belokan tajam seperti sedang mengendarai mobil balap.Pergerakan berbahaya ini tentu saja menyebabkan situasi lalu lintas menjadi kacau balau. Saat itu juga, suara injakan pedal rem mendadak dan suara klakson menyelimuti tempat tersebut.Namun, dua buah Ford Raptor yang tengah mengejar di belakang sama sekali tidak terpengaruh.Melihat keberadaan mereka sudah diketahui oleh Ardika, mereka juga tidak bersembunyi-sembunyi lagi. Mereka juga segera meningkatkan laju mobil mereka, melewati kerumunan mobil-mobil lainnya, menerjang menuju ke arah mobil Ardika.Menghadapi hal ini, Ardika sama sekali tidak terkejut.Kalau pengendara yang dikirim untuk mengejarnya bisa disingkirkan semudah itu
"Aku benar-benar nggak menyangka pergerakan ibu tirimu itu cukup cepat juga. Benar-benar nggak takut mati, ya!"Walaupun senyuman tampak mengembang di wajah Ardika, tetapi niat membunuh yang kuat terlihat di matanya.Bahkan sebaris giginya yang terlihat putih dan bersih itu, seolah-olah juga terkesan agak menyeramkan.Awalnya Rosa kurang memahami maksud Ardika, hanya saja begitu dia mengikuti arah pandang Ardika dan melihat ke kaca spion, dia langsung menyadari sesuatu.Di arah belakang mereka, ada dua buah mobil Ford Ranger Raptor bermodel dominan yang tengah melaju melewati kerumunan mobil-mobil lainnya dan menerjang ke arah mobil mereka dengan kecepatan tinggi!Jarak antara mobil mereka dengan mobil tersebut sangatlah dekat, hanya berjarak beberapa buah mobil saja.Rosa bahkan bisa melihat orang di dalam mobil Ford Ranger Raptor yang berjarak paling dekat dengan mereka sedang menatap mereka dengan lekat tanpa ekspresi."Mereka menargetkan kita?"Ekspresi Rosa langsung berubah.Hanya