Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 2407 Membayar Dengan Darah

Share

Bab 2407 Membayar Dengan Darah

Author: Sarjana
"Jadi, awalnya pemikiran ibuku juga sama dengan pemikiran Alendo, sama-sama ingin meminjam kekuatan Keluarga Darma untuk menghadapi Raja Neraka."

"Hanya saja, tanpa butuh waktu lama kamu sudah berhasil membujuk ibuku."

"Sementara itu, demi berebut keuntungan, Alendo lebih memilih untuk memaksaku menikah dengan Judian daripada membiarkan ibuku menjadi penyelamat keluarga."

Berbicara sampai di sini, Jesika menunjukkan ekspresi getir dan berkata, "Hanya saja, aku bisa memahami pemikiran Alendo untuk membantu keluarga menangani bahaya ini, tapi aku nggak bisa terima kalau dia bersikeras memaksaku untuk menikah dengan Judian."

"Saat aku masih kecil, jelas-jelas hubunganku dengan kakak sepupuku ini masih terbilang cukup baik."

"Siapa sangka sekarang dia bisa berubah menjadi begitu asing, menjadikanku sebagai korban untuk kepentingan keluarga tanpa berbelas kasihan ...."

Perasaan dikhianati dan dimanfaatkan oleh keluarga ini sangatlah tidak nyaman.

Bahkan Jesika yang pertahanan mentalnya suda
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adi Defatima
oiiiii penulis anjing kapan tamat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2407 Membayar Dengan Darah

    "Jadi, awalnya pemikiran ibuku juga sama dengan pemikiran Alendo, sama-sama ingin meminjam kekuatan Keluarga Darma untuk menghadapi Raja Neraka.""Hanya saja, tanpa butuh waktu lama kamu sudah berhasil membujuk ibuku.""Sementara itu, demi berebut keuntungan, Alendo lebih memilih untuk memaksaku menikah dengan Judian daripada membiarkan ibuku menjadi penyelamat keluarga."Berbicara sampai di sini, Jesika menunjukkan ekspresi getir dan berkata, "Hanya saja, aku bisa memahami pemikiran Alendo untuk membantu keluarga menangani bahaya ini, tapi aku nggak bisa terima kalau dia bersikeras memaksaku untuk menikah dengan Judian.""Saat aku masih kecil, jelas-jelas hubunganku dengan kakak sepupuku ini masih terbilang cukup baik.""Siapa sangka sekarang dia bisa berubah menjadi begitu asing, menjadikanku sebagai korban untuk kepentingan keluarga tanpa berbelas kasihan ...."Perasaan dikhianati dan dimanfaatkan oleh keluarga ini sangatlah tidak nyaman.Bahkan Jesika yang pertahanan mentalnya suda

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2406 Menempati Peringkat Belakang

    Setelah tertawa canggung sejenak, Ardika berpura-pura menegurnya, "Jelas-jelas kamu sudah tahu, malah bertanya lagi!""Walau biasanya hubungan kita hanya atasan dan bawahan, hanya karena kamu bekerja untukku dengan sepenuh hati, membiarkanku menjadi bos yang lepas tanggung jawab dengan tenang, aku nggak menganggapmu semata-mata sebagai bawahanku.""Kalau hari ini terjadi sesuatu padamu, aku akan menyesal seumur hidupku!"Selesai berbicara, Ardika langsung mengubah topik pembicaraan. "Coba kamu ceritakan dulu padaku masalah keluargamu. Sebenarnya apa yang terjadi?""Jelas-jelas aku sudah meminta Dewi Racun untuk mengikuti ibumu pulang ke Kediaman Keluarga Siantar. Mengapa bisa ada masalah seperti ini lagi?"Merasakan Ardika jelas sedang menghindar, kilatan kekecewaan melintasi mata Jesika.Namun, berhubung situasi keluarganya sedang kacau balau, dia segera menyingkirkan hal-hal yang mengganggu itu dari benaknya."Pak Ardika, sebenarnya aku juga nggak begitu mengerti mengenai apa yang te

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2405 Apa Hubungan Kita

    Setelah merenung sejenak, Jesika berkata, "Pak Ardika, dia benar. Ibuku memang berasal dari Keluarga Bangsawan Jaidim.""Tapi kamu juga tahu bahkan keluarga bangsawan seperti Keluarga Bangsawan Jaidim, mereka juga bukannya bersatu padu dan harmonis. Selain itu, ibuku juga ada sedikit konflik dengan mereka.""Walau aku sendiri juga nggak tahu jelas masalah-masalah generasi tua, aku tahu bahkan setelah ayahku sudah meninggal, ibuku mengurus keluarga dan bisnis dengan susah payah sendirian, dia juga nggak pernah meminta bantuan mereka."Kusnadir Siantar, ayah Jesika meninggal di usia yang masih muda.Selama bertahun-tahun ini, sambil membesarkan putrinya, Rivani harus menghadapi berbagai urusan dalam keluarga sebesar itu. Sungguh tidak mudah baginya."Tuan Ardika, jangan bunuh aku! Aku berbicara jujur!"Setelah mencerna kata-kata Jesika, Jidon yang merasakan jiwanya seperti sudah meninggalkan raganya itu pun langsung berteriak dengan suara melengking. Dia sangat takut detik berikutnya pel

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2404 Keluarga Bangsawan Jaidim

    "Eh, Ardika, aku akan bertarung melawanmu mati-matian!"Jidon sudah kehilangan akal sehatnya. Usai berteriak dengan penuh amarah, dia bersusah payah menerjang ke depan. Akan tetapi, dia ingin meraih senjata api yang bertumpuk di tanah itu, berniat untuk menembak mati Ardika.Bagaimana mungkin Ardika memberinya kesempatan itu? Dia kembali menembak.Kekuatan Elang Gurun luar biasa besar, membuat lengan Jidon yang baru terulur itu langsung meledak dan retak. Saking kesakitannya, sekujur tubuh Jidon berkedut, sampai-sampai dia berguling-guling kesakitan di tanah.Menyaksikan pemandangan mengenaskan itu, beberapa orang anak buahnya yang masih berdiri di sekeliling tempat itu pun gugup setengah mati. Kemudian, mereka semua langsung berlutut di tanah, tidak berani melakukan pergerakan apa pun.Hingga suara teriakan menyedihkan Jidon makin lemah makin merendah, suara acuh tak acuh Ardika baru kembali terdengar. "Menurutmu, kalau aku ingin membunuhmu, apa kamu masih bisa bertahan hidup hingga s

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2403 Bertindak Tanpa Ragu

    Ardika kembali melayangkan sebuah tamparan ke wajah Jidon yang sebelumnya telah ditampar olehnya, lalu berkata dengan santai, "Apa yang membuatmu salah paham mengira aku akan membiarkanmu membawanya pergi?""Kamu ...."Jidon membelalak kaget.Dia tidak menyangka setelah dia menyebutkan nama Alendo, bocah di hadapannya ini bukan hanya tidak mengikuti alur pembicaraannya dan melepaskannya pergi, sebaliknya malah langsung melawannya, bahkan melakukan tindakan seperti ini untuk mempermalukannya.Merasakan rasa sakit luar biasa yang menjalar di wajahnya, Jidon menggertakkan giginya dengan kesal.Sementara itu, pada saat ini Yanti juga ikut berkata dengan tajam, "Eh, Ardika, cepat lepaskan Pak Jidon!""Biarpun kamu sedikit pandai bertarung, tapi tetap saja kamu hanya seorang menantu benalu rendahan! Identitasmu itu sudah menjadi penentu batas kemampuanmu!""Siapa yang memberimu keberanian berbicara seperti itu pada Pak Jidon, apalagi kamu bahkan berani memukulnya!""Kalau kamu nggak ingin me

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2402 Sikap Berubah-Ubah

    "Tuan Ardika, namaku Jidon. Aku adalah seorang anak buah yang patuh dan selalu mendengarkan perintah majikanku.""Kali ini ada beberapa orang anggota inti Keluarga Siantar yang mati. Semua bukti yang ada mengarah pada ibu Nona Jesika. Jadi, untuk menyelidiki hal ini dengan jelas, Keluarga Siantar baru mengambil tindakan mengurung Nyonya serta mengirimku ke Kota Banyuli untuk mengawasi Nona Jesika.""Semua ini adalah perintah dari Tuan Muda Alendo, aku hanya menjalani perintah saja. Kalau nggak, kalaupun aku diberi 100 nyali, aku juga nggak akan berani bersikap nggak hormat pada Nona!""Alendo?"Saat menyebutkan nama itu, Ardika seperti hanyut dalam pemikirannya sendiri."Tuan Ardika juga pernah mendengar nama Tuan Muda Alendo?"Hati Jidon langsung diliputi perasaan gembira. Dia buru-buru berkata, "Ya, benar. Dia adalah Alendo, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi yang terkenal itu!""Kali ini Keluarga Siantar tertimpa masalah, Tuan Muda Alendo langsung kembali untuk mengen

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2401 Satu Orang Menumbangkan Semuanya

    Hati para pria kekar yang berada di sekeliling tempat itu, termasuk Yanti yang tergeletak di tanah bergejolak, mereka terkejut bukan main.Orang yang satu ini benar-benar terlalu kuat.Begitu datang, dia langsung menunjukkan kekuatannya yang luar biasa, meredam api kepercayaan diri mereka semua.Melihat sosok bayangan Ardika yang melangkah melewati tubuhnya, Yanti bersusah payah mengangkat kepalanya, lalu berteriak dengan histeris tanpa berpikir banyak, "Pak Jidon, ini adalah Ardika! Jesika datang kemari untuk mencari perlindungannya!""Bahkan Muktar juga bukan tandingannya, Rivani juga ingin mengandalkannya untuk membalikkan keadaan!""Selain itu, dia juga bisa memanggil Dewi Racun, yang menempati peringkat kedua dalam daftar peringkat pembunuh hanya dengan satu panggilan telepon!""Cepat, cepat bunuh dia!""Kalau nggak, hari ini nyawa kita semua akan melayang di sini ...."Jidon juga adalah tipe orang yang kejam. Tanpa banyak bicara lagi, dia langsung mengangkat senjata apinya, membi

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2400 Ardika Sudah Tiba

    "Tentu saja, aku paling suka meniduri wanita sepertimu.""Menundukkan wanita sepertimu, bisa membuatku merasa sangat bangga!"Saat berbicara, Jidon langsung melangkah maju, mengulurkan lengan besar dan kasarnya itu untuk menyentuh wajah Jesika."Apa yang ingin kamu lakukan?!"Jesika segera melangkah mundur, diliputi perasaan terkejut sekaligus marah."Aku ingin melakukan apa? Tentu saja ingin memainkanmu!"Jidon berkata dengan tajam, "Jangan coba-coba untuk menghindar! Kalau kamu menghindar lagi, aku akan langsung memerintahkan anak buahku untuk membunuh Muktar!"Mendengar ucapannya, beberapa orang anak buahnya langsung mengeluarkan pistol dan membidik Muktar yang tergeletak di tanah.Jesika langsung mematung di tempat. Raut wajahnya tampak pucat pasi, sorot mata putus asa memenuhi matanya."Hahaha ...."Melihat Jesika seolah-olah sudah pasrah, Jidon tertawa liar dengan lancang. Kemudian, pergerakan tangannya makin cepat."Aku jamin kalau tangan kotormu itu sampai menyentuh wajahnya, n

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2399 Jesika Menyerang

    "Nona, hati-hati!"Raut wajah Muktar langsung berubah drastis. Secara naluriah, tubuhnya langsung melesat untuk melindungi Jesika. Pada saat bersamaan, dia juga melemparkan sebuah batu.Batu tersebut mengenai pergelangan tangan Jidon. Hanya membuat pria itu merasa kesakitan sejenak dan arah bidikannya sedikit melenceng saja."Bam ...."Peluru tersebut mengenai bagian perut Muktar. Setelah berteriak dengan menyedihkan, dia langsung terjatuh ke tanah dan kehilangan daya tempurnya."Sial! Tua bangka, kamu cukup hebat juga, ya!"Dengan ekspresi masam menghiasi wajahnya, Jidon mengusap-usap pergelangan tangannya dan berkata dengan tajam, "Tapi, juga sebatas itu saja.""Terlepas dari seberapa hebat kemampuanmu dalam bertarung, memangnya kenapa? Apa bisa lebih cepat dibandingkan peluru?""Seorang ahli bela diri yang dipekerjakan khusus oleh Keluarga Siantar, tapi aku juga hanya membutuhkan satu peluru saja untuk mengalahkanmu!"Saat berbicara, Jidon melangkah maju dan menginjak bagian perut M

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status