"Ya, tentu. Kak Luna, sebentar lagi kamu juga akan tahu."Irvy mengedipkan matanya dengan penuh arti.Saat ini, hadiah Irvy dan Jefandro sudah selesai dicatat.Pembawa acara berkata, "Irvy, cucu perempuan bersama Jefandro, cucu menantu, menghadiahkan sebuah lukisan kuno bernilai 4 miliar!""Satu akar fo-ti berusia seratus tahun!""Dan sebuah gelang giok yang telah diberkati oleh biksu dari Kuil Mudita yang secara khusus diundang oleh Jefandro. Semoga Tuan Besar dan Nyonya Besar panjang umur dan sehat selalu!""Plok ... plok ... plok ...."Begitu pembawa acara selesai berbicara, suara tepuk tangan yang meriah langsung menyelimuti seluruh tempat tersebut.Irvy dan Jefandro menghadiahkan tiga hadiah, nilai masing-masing dari hadiah tersebut telah melampaui hadiah-hadiah yang sebelumnya diberikan oleh para tamu undangan lainnya.Terutama akar fo-ti yang berusia seratus tahun dan gelang giok yang telah diberkati oleh biksu dari Kuil Mudita. Kedua hadiah ini tidak bisa dinilai dengan uang.H
Luna sekeluarga diatur ke tempat duduk yang mengarah ke sudut, hal ini membuat Desi sangat kesal."Kenapa? Bahkan Amanda sekeluarga juga duduk di barisan depan, kenapa kita sekeluarga duduk di barisan belakang begini? Luna adalah pemimpin cabang Keluarga Bangsawan Basagita Suraba. Di antara para tamu undangan yang hadir, selain segelintir orang seperti Wiandro, Rafael dan yang lainnya, ada berapa banyak orang lagi yang bisa menandinginya?"Jacky menghela napas dan berkata, "Amanda sekeluarga bisa duduk di barisan depan karena Doni adalah orang kepercayaan ayah Ferdi dari tim tempur Provinsi Denpapan, ditambah lagi Kak Gindra dan yang lainnya harus melayani orang-orang dari tim tempur seperti Rafael, Ginto dan yang lainnya, bertugas untuk memeriahkan suasana.""Selain itu, tadi Ardika salah bicara, telah menyinggung Nyonya Besar, membuat Nyonya Besar sangat malu. Kamu bersabarlah sedikit, ya. Lagi pula, hanya makan saja, bukan masalah besar."Sejak Luna menjadi pemimpin cabang Keluarga
"Ah?"Tidak hanya Sandiro yang melewatkan Ardika yang tercengang, orang-orang Keluarga Liwanto juga tercengang.Sandiro segera tersadar kembali. Dia tersenyum canggung dan berkata, "Pak, ini adalah suami Luna sekaligus adik iparku, Ardika.""Halo, Pak Wiandro."Ardika mengangguk pelan.Wiandro menelan air liurnya dengan susah payah. Sambil tersenyum canggung, dia mengangguk. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menanggapi Ardika.Kesan yang diberikan oleh Ardika padanya sangat mendalam.Hingga saat ini, dia masih ingat hari pertama Ardika tiba di ibu kota provinsi dengan duduk kereta api cepat. Saat keluar dari stasiun, tiba-tiba terdengar alarm tanda bahaya. Kemudian, hasil pemeriksaan menunjukkan ada banyak pecahan peluru di dalam tubuh Ardika.Selain itu, hal yang paling penting lagi adalah, saat itu ada dua orang prajurit tim tempur Provinsi Denpapan yang datang secara khusus untuk menemui dan memberi hormat pada Ardika. Mereka juga memberitahunya pemuda ini adalah atasan l
Saat ini, senyum di wajah Gilea langsung menghilang tanpa meninggalkan jejak.Namun, setelah melirik Luna sejenak, lalu melirik Sandiro, Jefandro dan yang lainnya sejenak, pada akhirnya dia menekan amarah yang bergejolak dalam hatinya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Hmm, itu juga cukup baik."Nada bicaranya sangat datar, jelas dia sangat kecewa pada Ardika."Ibu, jangan marah. Nanti aku pasti akan menyuruhnya pergi bekerja. Sebenarnya saat di Kota Banyuli, dia juga ada bekerja. Jangan harap dia bisa mengandalkan keluarga kami begitu saja!"Desi segera maju untuk menenangkan ibunya.Gilea mengucapkan "hmm" singkat, tetapi sikapnya berubah menjadi jauh lebih dingin.Sangat jelas, dia sangat tidak puas melihat putrinya sekeluarga menerima seorang menantu yang tidak berusaha untuk maju seperti Ardika.Namun, dia tidak ingin merusak suasana perjamuan keluarga hari ini hanya karena seorang Ardika."Nenek, ini adalah pacarku, Jefandro. Dia berasal dari Keluarga Hinata. Dia sedang menguru
"Ibu, coba Ibu lihat siapa yang datang."Amanda membawa Desi sekeluarga menghampiri Gilea."Ibu, maafkan putri Ibu yang nggak berbakti ini. Setelah bertahun-tahun berlalu, aku baru datang mengunjungi Ibu!"Sambil menutupi mulutnya, Desi langsung menangis. Mata Jacky juga tampak sedikit memerah.Kala itu, seluruh Keluarga Liwanto tidak setuju Desi bersamanya, hanya Gilea yang menentang pendapat semua orang dan menetapkan pernikahan mereka. Jadi, dia selalu mengingat hal ini dan berterima kasih pada ibu mertuanya.Hanya saja, karena tekanan dari Keluarga Liwanto, selama bertahun-tahun ini mereka tidak bisa bertemu dengan Gilea.Adapun mengenai Jifar, dia memalingkan wajahnya, sangat jelas masih tidak menyukai Desi sekeluarga."Di mana cucu perempuanku?"Sambil memeluk Desi dan menangis selama beberapa saat, Gilea baru menyeka air matanya dan menanyakan keberadaan cucunya."Halo, Nenek!"Luna segera maju untuk menyapa neneknya, jelas terkesan agak canggung. Dia sudah tidak bertemu Gilea s
Sorot mata semua orang tampak berbinar, mereka semua sangat ingin melihat secara langsung kegagahan para prajurit Pasukan Naga Terbang.Mendengar ucapan orang-orang, hati Gindra juga tergerak. Dia mengalihkan pandangannya ke arah putranya dan berkata, "Sandiro, masih ada waktu sebelum perjamuan keluarga dimulai. Bisakah kamu mengundang seorang prajurit Pasukan Naga Terbang untuk datang bertamu?"Hati Sandiro diliputi sedikit keraguan. Beberapa saat kemudian, dia memaksakan diri untuk menyetujui permintaan ayahnya. "Baiklah, aku coba."Dia sama sekali tidak yakin bisa berhasil mengundang prajurit Pasukan Naga Terbang untuk datang bertamu.Bagaimanapun juga, sekarang dia bahkan masih belum termasuk anggota resmi Pasukan Naga Terbang, juga tidak menjalin hubungan apa pun dengan beberapa orang prajurit tersebut. Mereka belum tentu memberinya muka.Namun, tentu saja Sandiro tidak mengucapkan kata-kata ini. Bagaimanapun juga, hari ini adalah hari yang bahagia, juga hari di mana dirinya menja