Share

Bab 6. Mulai

Malam harinya, Saras tampak mempersiapkan diri untuk pergi ke acara makan malam.

Dia sedang duduk menyisir rambutnya lagi, di depan cermin rias.

"Mas, Saras diajak mama sebentar," ucapnya menyadari Gilang yang hanya diam dan bengong melihat ke arah dirinya.

Perempuan itu tak menyadari bahwa sebenarnya sang suami tengah meneliti lebih lanjut “penglihatannya”.

"Pergi? Ikuuutt ... aku ikuuutt, ya?"

Akhirnya, Gilang mencoba untuk merengek agar diajak pergi. Dia merasa tidak tenang saat mendengar perkataan Saras, yang akan pergi karena ajakan mamanya.

Saras terdiam sebentar memperhatikan suaminya.

Karena wajah Gilang yang memelas, Saras tidak tega membiarkan Gilang sendirian di rumah. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya.

"Aku, bicara sama mama dulu ya? Mas Gilang, ganti baju dulu!"

Gilang cepat menganggukkan kepalanya saat Saras pamit. Dia harus bisa bersandiwara, supaya Saras tidak meninggalkan dirinya sendiri di rumah.

Begitu juga dengan Saras.

Dia harus bisa menyakinkan mamanya, agar bisa membawa Gilang dalam acara pesta dan makan malam yang akan mereka hadiri.

Saras tidak mau jika Gilang, akan kembali merengek.

"Boleh ya, Ma?" tanyanya–memastikan.

Diana berdecih kesal. "Tapi, suami bodohmu itu akan mengacaukan acara. Mama, tidak mau jika dia membuat kekacauan di pesta nanti!"

"Tapi, bisa saja Mas Gilang justru akan membuat kekacauan di rumah. Apalagi, tidak ada kita yang akan menenangkan dirinya."

Mendengar alasan anaknya, yang bisa saja akan terjadi–Diana akhirnya setuju.

Dia tentunya tidak mau jika rumahnya menjadi berantakan karena ulah dari menantunya yang bodoh!

"Ck! Dasar tidak berguna!” gumam Diana pada dirinya sendiri, “Tapi, tak apa. Biar nanti diatasi Surya jika dia bikin ulah waktu makan malam."

Dibanding Saras membatalkannya, wanita itu terpaksa menyetujui.

Mengetahui itu, Saras kembali ke kamar untuk menemui Gilang.

Dia akan membantu suaminya bersiap-siap.

Perjalanan dari rumah ke tempat acara, membutuhkan sekitar 45 menit.

Dan ternyata, Diana mengajak Saras pergi ke sebuah pesta yang diadakan di restoran dengan room private.

Pesta ini diadakan Surya bersama dengan temannya, Mario–pengusaha yang rencananya akan dijodohkan dengan Saras dalam waktu dekat.

Di pesta yang diatur seperti pertemuan secara tidak sengaja ini, ternyata Mario mengajak dua temannya yang lain.

"Hai, selamat malam dan selamat datang semuanya!"

Mario menyapa dengan ramah. Terlihat rapi dengan setelan jas yang terlihat mahal, seolah menunjukkan bahwa dia seseorang yang sukses dalam pekerjaannya. Dia tampaknya mencoba untuk style gaya elegan khas eksekutif muda yang sukses.

"Hai, Sayang!"

Di sisi lain, Diana berjalan terlebih dahulu untuk memeluk kekasihnya sebelum menyalami tangan Mario.

Tak lama, wanita itu kemudian memperkenalkan Mario pada Saras.

Surya dan Diana berusaha untuk terlihat natural, seakan-akan tidak merencanakan pertemuan mereka. Sedangkan Gilang, hanya mengekor di belakang Saras dengan memperhatikan keadaan.

"Ini putriku, Tuan Mario. Namanya, Saras." Diana menyebutkan nama anaknya. Lalu, ia mempersilahkan mereka untuk bersalaman sebagai bagian dari perkenalan.

"Hai, saya Mario. Senang berkenalan dengan Nona cantik."

Pria itu langsung menyebutkan namanya begitu dikenalkan. Dia juga tersenyum penuh arti, dengan tatapan matanya yang tidak biasa. Sedangkan Saras, hanya tersenyum tipis dengan menganggukkan kepalanya tanpa menyambut uluran tangan Mario untuknya.

Melihat hal tersebut, Gilang tersenyum sendiri.

Dia merasa senang dengan sikap istrinya yang tidak mudah terpesona dengan ketampanan dan pesona dari pria yang ada di depannya saat ini.

"Dia siapa?" tanya Mario menyadari keberadaan suami Saras.

"Dia–"

"Dia hanya saudara! Tapi karena tidak ada yang menjaga di rumah, terpaksa saya mengajaknya!" potong Diana cepat.

Saras mengerutkan keningnya mendengar jawaban mamanya yang memotongnya terlebih dahulu.

Mengapa mamanya berbohong?

Di sisi lain, Gilang mulai mengerti. Tapi, dia tetap pura-pura tidak tahu dengan memiringkan kepalanya, khas orang-orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.

"Sudah-sudah! Kamu berbincang saja dengan Tuan Mario. Biar Mama saja yang jagain Gilang!"

Setelah selesai berkata demikian, Diana mendorong pelan tubuh Saras agar lebih dekat dengan Mario.

Lalu, mama dari Saras itu menarik tangan Gilang supaya ikut bersama dengannya dan tidak mengganggu Saras yang sedang bersama dengan Mario.

"Eh …?" Tatap perempuan itu bingung.

Menyadari itu, Mario tersenyum miring. "Hai, tenang saja. Ini hanya sebentar dan restoran ini sudah di-booking. Jadi, sepi dan gak mungkin saudara kamu tadi kesasar. Apalagi, ada Surya dan mama kamu, yang jagain," ucapnya–mencoba untuk menenangkan Saras.

Hanya saja, diam-diam dia tersenyum miring. 'Wah! Gue, nggak nyangka kalau ternyata Saras secantik dan seseksi ini. Gue pikir penampilan seorang staff kantor atau akunting itu ngebosenin!' batin Mario kagum.

Seketika, Mario memiliki rencana yang sebenarnya tidak direncanakan sebelumnya. Dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Saras, meskipun harus meminta tolong pada waiters restoran menaruh obat tidur bersama dengan obat perangsang di dalam minuman Saras–nanti!

Untungnya, kedua jenis obat tersebut memang selalu tersedia di dalam dompetnya Mario!

"Maaf, bisa minta tolong bawakan satu gelas jus dan satu gelas air mineral?" tanya pria itu dengan mendekat pada salah satu waiters.

"Tentu. Mau disajikan di sini atau dibawa ke meja, Tuan?" tanya waiters tersebut.

"Sajikan saja, di sini. Oh ya, satu lagi. Bisakah kamu menambahkan sedikit gula pada jus?" pinta Mario lagi.

"Baik, Tuan. Akan saya catatkan pesanannya. Apakah ada pesanan lain?"

Mario tersenyum. "Hm, ada. Tapi, ini agak rahasia. Kamu harus menambahkan dua obat ini di gelas jus yang saya pesan tadi. Bisa?" Suaranya sangat pelan.

Tak lama, dia memberikan dua bungkus plastik berukuran kecil.

Waiters tentu saja kaget saat mendengar permintaan tersebut, apalagi dengan benda yang disodorkan padanya.

"Maaf, Tuan. Saya, tidak bisa melakukan itu." Waiters, menolak dengan tangan gemetar.

"Tolong jangan khawatir, ini hanya sekedar permainan dan bercanda saja. Semua sudah tahu, dan ... ya, kamu pasti tahulah bagaimana perkembangan permainan yang seru dan trend itu seperti ini sekarang," ujar Mario memberikan alasan.

Waiters pun terpaksa mengangguk mengiyakan meskipun sebenarnya masih ragu.

Hanya saja, karena Mario menyelipkan beberapa lembar uang merah ke tangannya, waiters tampak tersenyum sumringah.

"Baik, Tuan. Jika tidak ada pesanan lain, saya akan segera mengirim pesanan Anda ke dapur."

Akhirnya, waiters tersebut setuju dengan sogokan beberapa lembar uang merah, yang saat ini ada di dalam genggaman tangannya.

"Hanya itu, terima kasih," ucap Mario kemudian berlalu dan berjalan menuju meja yang ditempati Saras.

Hanya saja, secara tidak sengaja, Gilang yang sedang pergi ke kamar kecil menyenggol waiters tadi.

Dia terkejut saat dapat penglihatan dengan semua aktivitas waiters, yang sedang memasukkan sesuatu pada gelas jus.

"Sial!" maki Gilang ketika melihat bayangan Mario dan waiters saat berbincang-bincang barusan.

Ia merasa gambaran beberapa hari lalu—benar adanya.

'Bagaimana bisa dia melakukan sesuatu yang begitu jahat pada Saras?' batin Gilang dengan perasaan yang berkecamuk, ‘tak akan kubiarkan.’

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status