"Mama!" Setu Saras, melihat keadaan mamanya yang tidak sadarkan diri."Sayang?" Rico ikutan panik.Situasi semakin rumit. Rico yang memberikan keputusan penting dalam hubungan percintaannya, membuat Diana terkejut dan akhirnya kehilangan kesadaran.Gilang dan Saras saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua sangat terpukul dengan kondisi Diana yang seperti ini, namun mereka tetap berusaha untuk menangani situasi dengan bijak.Mereka segera memanggil bantuan dan berusaha meredakan keadaan. Semua ini tidak mudah, tetapi mereka harus bersikap tenang dan bijaksana untuk menghadapi masalah ini.Setelah beberapa saat, Diana akhirnya sadar. Gilang dan Saras masih berusaha menjaga ketenangan."Mama Diana? Mama Diana?" panggil Gilang, mencoba menyadarkan Mama mertuanya."Ma, bangun, Ma!" lirih suara Saras, dengan menekan-nekan telapak tangan mamanya."Kita bawa ke rumah sakit, saja!" ajak Gilang, mengingat kondisi Diana.Saras hanya mengangguk lemah, masih terlihat terpukul
"Hai, Bos Mario. Saya mendengar Anda cukup terkenal di dunia ini," sapa Rico, yang mencoba mendekati Mario."Heh, siapa yang memberi tahu tentang itu, bocah?" sahut Mario dengan nada sombong."Oh, banyak orang di sini. Mereka bilang Anda punya reputasi yang hebat," terang Rico yang mulai berakting.Kekasih Diana itu memang sengaja menyanjung Mario, agar pria itu percaya padanya. Dengan demikian, ia bisa dengan mudah melakukan rencana yang sudah dibuat oleh Gilang untuknya.Gilang harus berhati-hati, karena rencananya melibatkan tindakan ilegal dan berbahaya. Langkah ini bisa memiliki konsekuensi serius, termasuk hukuman pidana bagi Gilang sendiri jika dia ketahuan terlibat dalam rencana tersebut.Tapi Gilang juga yakin jika Rico mampu melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan untuk balas dendam pada Mario."Hm, tergantung perspektif orang sih. Bagaimana denganmu, bocah? Bagaimana kau bisa di sini?" Mario bertanya pada Rico."Hahaha ... Sama seperti banyak dari kita di sini, terjebak
"Hai, tekan dada bagian jantungnya!" seru penjaga, pada napi yang berikan bantuan pertama."Egh! Eh, tetap gak bisa, pak!" teriak napi tersebut, merasa putus asa.Napi-napi lainnya berusaha memberikan pertolongan pertama pada Mario, tetapi sayangnya, kondisinya sudah terlalu parah.Meskipun upaya mereka lakukan sebaik mungkin, Mario akhirnya meregang nyawa dalam keadaan yang menyedihkan. Suasana sel berubah menjadi hening dan penuh duka cita.Pagi harinya, berita kematian Mario telah menyebar ke seluruh lapas. Para napi terkejut dan bingung dengan kejadian tersebut. Beberapa berbisik-bisik dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Gak nyangka," kata napi yang memiliki kamar di seberangnya Mario."Tapi, apakah tidak ada yang mencurigakan sebelumnya?" tanya yang lain."Apa? Sepertinya tidak ada. Mario, bersikap seperti biasanya tidak ada yang terlihat aneh." Napi yang kebetulan satu ruangan dengan Mario, memberikan jawaban.Beberapa dari mereka mencoba mendekati Rico, yang
"Dasar tidak waras! Apa yang bisa Kamu berikan untuk putriku?!"Abra Gumilang hanya diam membisu usai mendapatkan hardikan dari ibu mertuanya.Sepertinya, wanita di hadapannya ini sudah tak bisa menahan kekesalannya yang dipendam sebulan ini. Setelah Gilang menikahi Saras, wanita itu pikir Keluarga Gumilang akan terus memberikan dana padanya dan bukan hanya menghapus utang-utangnya selama ini. Sayangnya, ia tak tahu bahwa menantunya ini benar-benar sesuai “gosip yang beredar”.Gilang tampak pemalas dan bodoh. Ia tidak menunjukkan minat yang besar dalam hal pekerjaan atau pendidikan. Seolah … dia memiliki “dunianya” sendiri."Jawab, Gilang! Setidaknya, Kamu bekerja dan menafkahi Saras, layaknya seorang suami yang baik!" tambah wanita paruh baya di hadapannya."Gilang sudah kerja kok, Ma," sahut pria itu membela diri. Namun, wajahnya tampak datar.Hal ini jelas membuat Diana semakin geram."Kerja apa? Cuma makan dan tidur saja di rumah! Kamu tidak bisa membantu apa-apa! Bahkan, pintu ka
Diana mengangguk setuju, kemudian pria muda tersebut menyulut rokok dengan santainya."Hisap!" perintah pria tersebut dengan memaksa Gilang untuk menghisap rokok yang baru saja ia nyalakan.Gilang patuh, tapi tak lama kemudian..."Uhuk uhuk uhuk!"Gilang terbatuk karena tidak terbiasa dengan asap rokok.Dia memang tidak pernah merokok, karena tidak tahan dengan asap nikotin yang terkandung di dalam rokok tersebut."Hahaha..."Diana dan kekasihnya tertawa lepas.Tidak ada rasa kasihan di wajah mereka berdua, bahkan Diana juga diam saja di saat pria muda tersebut menjadikan punggung tangan Gilang sebagai asbak."Argh ..." pekik Gilang kesakitan.Rokok yang masih menyala itu mati saat ditekan ke punggung tangan Gilang. Kini, punggung tangannya melepuh karena terbakar."Hahaha ... Ternyata memang mengasyikkan, melihatnya kesakitan dan menderita seperti itu. Kau hebat, Surya."Diana tampak puas, seakan-akan melihat sebuah pertunjukan sirkus."Bagaimana jika kita mandikan dia dengan air kra
"Saras! Kamu jangan melawan Mama. Justru, pernikahan yang berikutnya ini akan membuatmu bahagia. Dia seorang pengusaha muda, bukan sampah seperti suamimu ini!" bentak Diana penuh emosi.Telunjuknya bahkan mengarah ke Gilang.Namun, tak seperti yang diharapkan–Saras justru tampak menggeleng lemah. "Apalagi motif yang Mama berikan atas pernikahan kali ini? Apa Mama punya utang lagi?"Ia seketika mengingat semua yang sudah dilakukan mamanya saat rencana pernikahan dirinya dengan Gilang. Dia sudah mengorbankan perasaan dan menekan egonya sendiri demi mamanya. Tapi, kini dengan entengnya, mamanya justru membuatnya semakin merasa terluka dengan membuat rencana pernikahan lagi. Apakah mamanya pikir dia ini objek yang bisa ditukar dengan uang?Plakkk!Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipi putih Saras."Dasar anak tidak tahu diuntung! Apa kamu pikir, biaya hidup itu murah?" tanya sang mama memaki.Gilang menahan amarahnya. Wajahnya merah padam. Hanya saja, itu semua tak terlihat karena te
Sementara itu, di teras depan, Surya kembali bertanya pada Diana–mengenai rencana mereka selanjutnya, "Bagaimana?""Sebaiknya kamu pulang saja dulu, ya? Aku akan membujuk Saras lagi supaya menyetujuinya."Diana tampak berpikir keras. Sepertinya, ia harus menggunakan cara yang sama, yaitu memaksa Saras untuk segera menikah dengan Mario."Tapi, jangan lupa nanti suruh calon menantuku itu mentransfer uang ke rekeningku, ya! Aku butuh uang untuk perawatan bulan ini." Diana berkata lagi.CupSurya segera mengecup bibir kekasihnya itu. "Tenang saja, Sayang. Mario pasti memberimu uang yang banyak, apalagi dia itu kan seorang pengusaha yang sukses. Aku saja mengajukan kerjasama dengannya untuk proyek yang akan datang."Diana tersenyum lebar mendengar perkataan kekasihnya, kemudian mencium bibir Surya yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 bulan terakhir ini.Kini keduanya saling berciuman tanpa rasa malu, padahal berada di teras depan rumah yang tentunya bisa dilihat dari jalanan depan.Tapi
Kini Saras membantu Gilang memakai kaos setelah selesai mandi.Secara tidak sengaja, Gilang justru menyentuh tangan istrinya.Mendadak kepala Gilang berdenyut kemudian mendapat sebuah penglihatan atau gambaran tentang keadaan Saras yang tidak sadarkan diri di sebuah kamar hotel.'Apa ini?' tanya Gilang dalam hati.Ada seorang pria yang tidak dikenalnya, berada di dalam kamar yang sama dengan Saras.Gilang bingung dengan penglihatannya ini, karena biasanya forecast yang dia miliki tidak bisa melihat masa depan. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dialaminya.Bagaimana mungkin ia bisa melihat gambaran masa depan Saras dengan begitu jelas?Apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya di kamar hotel itu?Semua pertanyaan dari hasil penglihatannya ini menghantui pikirannya, membuat Gilang akhirnya tidak bisa tidur semalaman.'Bukan grafik? Kenapa tiba-tiba saja aku bisa melihat bagaimana keadaan di masa depan?' batin Gilang bertanya.'Tapi, kenapa Saras dengan pria lain? Siapa dia? At