Home / Urban / Menantu Sampah Pura-pura Bodoh / Bab 5. Penglihatan Baru

Share

Bab 5. Penglihatan Baru

last update Last Updated: 2023-07-13 09:37:11

Kini Saras membantu Gilang memakai kaos setelah selesai mandi.

Secara tidak sengaja, Gilang justru menyentuh tangan istrinya.

Mendadak kepala Gilang berdenyut kemudian mendapat sebuah penglihatan atau gambaran tentang keadaan Saras yang tidak sadarkan diri di sebuah kamar hotel.

'Apa ini?' tanya Gilang dalam hati.

Ada seorang pria yang tidak dikenalnya, berada di dalam kamar yang sama dengan Saras.

Gilang bingung dengan penglihatannya ini, karena biasanya forecast yang dia miliki tidak bisa melihat masa depan. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dialaminya.

Bagaimana mungkin ia bisa melihat gambaran masa depan Saras dengan begitu jelas?

Apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya di kamar hotel itu?

Semua pertanyaan dari hasil penglihatannya ini menghantui pikirannya, membuat Gilang akhirnya tidak bisa tidur semalaman.

'Bukan grafik? Kenapa tiba-tiba saja aku bisa melihat bagaimana keadaan di masa depan?' batin Gilang bertanya.

'Tapi, kenapa Saras dengan pria lain? Siapa dia? Atau, itu adalah kekasihnya Saras?'

Berbagai macam pertanyaan yang berhubungan dengan penglihatannya, tiba-tiba membuat Gilang penasaran.

Dia berpikir bahwa pria tersebut adalah kekasih dari Saras. Akhirnya hingga malam sudah larut, bahkan hampir pagi, matanya belum juga terpejam.

Gilang bergerak ke arah ranjang istrinya. Selama menikah, mereka berdua memang tidur satu kamar tapi berbeda tempat tidur. Jadi ada dua ranjang di kamar ini.

Dengan intens, Gilang memandangi wajah Saras.

Istrinya ini belum pernah disentuhnya sama sekali, sebagaimana seorang suami pada istri pada umumnya. Bukannya tidak mau atau tidak ada nafsu, tapi Gilang berpikir jika Saras akan keberatan dengan keinginannya sebagai seorang suami. Apalagi sandiwaranya yang belum bisa dibukanya pada siapapun.

Gilang belum siap dengan terbongkarnya rahasia dirinya yang pura-pura bodoh.

Dia juga belum yakin jika Saras mau menerimanya dengan tulus sebagai seorang suami yang sebenarnya, tanpa embel-embel terpaksa demi mamanya yang banyak hutang.

Tangan Gilang ingin menyentuh wajah Saras, tapi ia kembali teringat dengan penglihatannya tadi, di saat menyentuh tangan istrinya.

Dia mengurungkan niatnya karena ada ketakutan jika apa yang melintas di pikirannya kembali hadir.

"Hahhh ..."

Gilang hanya bisa membuang nafas panjang, kemudian kembali ke tempat tidurnya sendiri. Setelahnya, ia berusaha keras untuk memejamkan mata agar bisa segera tidur. Mencoba untuk abai dengan segala sesuatu yang sedari tadi dipikirkannya.

***

"Mas. Mas Gilang di rumah baik-baik? Saras mau kerja dulu."

Di pagi hari, Saras tampak sudah siap menuju kantor.

Melihat itu, Gilang menganggukkan kepala mengiyakan–seperti biasa.

"Jangan buat mama marah lagi. Aku tidak mau kejadian kemarin terulang lagi!" nasehat Saras mengingatkan supaya suaminya tidak berulah.

Seperti anak kecil, Gilang menggeleng-gelengkan kepalanya–menampilkan wajah tanpa dosa.

"Gilang gak salah, Saras. Gilang tidak rewel," katanya, membela diri.

"Iya, aku tahu. Makanya, tidak usah dekat-dekat dengan mama atau pacarnya itu! Nanti malam, aku ajak ke acara pesta temannya mama."

Gilang memiringkan kepalanya saat mendengar perkataan Saras tentang pesta yang akan mereka hadirin nanti malam.

'Pesta? Pesta apa, ya?' tanya Gilang dalam hati.

Tapi sayangnya, Saras tidak melanjutkan penjelasannya sehingga Gilang tidak tahu apa yang dimaksud dengan pesta nanti malam. Tapi ia berpikir bahwa, kemungkinan besar ini ada hubungannya dengan penglihatannya semalam, saat dia menyentuh tangannya Saras.

'Apa ini akan terjadi? Jika benar, aku akan mencegahnya!' tekad Gilang yang ingin merubah segala kemungkinan yang akan terjadi.

Tak lama kemudian, Saras pergi ke kantor. Gilang sendiri masih berada di dalam kamar, melakukan aktivitasnya seperti biasa setelah pintu kamar dikunci dari dalam.

Gilang memeriksa laporan Ryan, yang biasa diperiksa di jam-jam kantor agar Saras tidak mengetahui aktivitasnya yang sebenarnya.

Setelah selesai, Gilang memberikan instruksi untuk Ryan melalui email balasan.

Tok tok tok!

"Gilang! Keluar, kamu!"

Gilang terkejut saat pintu kamar diketuk dengan kasar, bersamaan dengan suara Diana yang memanggilnya.

Dengan malas, ia pun membuka pintu setelah menutup email yang berhubungan dengan Ryan.

Ceklek!

"Dasar pemalas! Ayo kerja, sana!" bentak Diana memerintah.

"Apa, Ma?" tanya Gilang pura-pura tidak mengerti maksud mama mertuanya.

"Kerja apa kek, yang bisa menghasilkan uang! Mau ngemis, ngamen atau ngerampok sana! Bisanya tidur, makan saja. Enak banget kamu jadi suami anakku!"

Diana mengomel tiada henti, mencerca menantunya.

"Kamu pikir, uang pemberian keluargamu yang 25 juta sebulan itu cukup untuk kehidupanmu di sini? Kurang banyak, tolol!" maki Diana lagi, dengan menunjuk ke dahi Gilang dengan geram.

'Aku tahu, kamu menggunakan uang itu untuk keperluanmu sendiri. Kamu juga masih meminta uang kepada Saras untuk bersenang-senang dengan berondong tidak berguna itu!’ geram Gilang dalam hati. Tapi, ia sendiri belum bisa berbuat apa-apa.

Ada sesuatu yang harus dilakukan untuk melindungi dirinya sendiri dari seseorang.

Drrrt!

Omelan Diana berhenti saat ponselnya berdering. Tampaknya, ada seseorang yang menghubunginya.

"Kamu, ngepel sana! Awas jika tidak bersih!" ancam Diana dengan melenggang pergi– lalu menerima panggilan telepon.

"Iya, Sayang. Aku masih ada di rumah, kok."

Gilang menggelengkan kepala melihat kelakuan sang mertua. Terlebih, ia masih bisa mendengar suara Diana yang sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana.

Dia yakin jika yang sedang berbicara dengan mama mertuanya itu adalah Surya, kekasih muda Diana, yang sama jahatnya.

Tapi, perasaan Gilang tidak enak. Dia ingin mengetahui pembicaraan mama mertuanya tersebut, karena sepertinya ada sesuatu yang dirasakan.

"Apa ini ada hubungannya dengan pesta nanti malam? Apa ada hubungannya juga dengan penglihatanku?" gumam Gilang bertanya pada diri sendiri.

Untuk mengetahui semua jawabannya, akhirnya Gilang mengikuti mama mertuanya, tapi dengan berpura-pura mengambil alat pel. Dia akan mengepel lantai tak jauh dari tempat mama mertuanya berada, supaya bisa mendengar pembicaraan Diana melalui telepon.

"Iya, Sayang. Tenang saja, Saras sudah setuju kok!"

Dan benar saja, Gilang kembali mendengar suara mamanya yang masih berbincang dengan Surya di telepon. Tapi, kali ini dengan menyebut nama istrinya.

Jadi, mau tidak mau, Gilang harus mempertajam telinganya.

"Semua sudah diatur. Kamu tinggal bilang sama Mario untuk mempersiapkan diri. Saras pasti patuh sama aku, seperti biasanya."

Mata Gilang menyipit. 'Apa maksudnya? Rencana apa?' tanyanya dalam hati.

Gilang semakin yakin, jika apa yang direncanakan Diana ada hubungannya dengan penglihatannya semalam.

Dia harus bisa melakukan sesuatu untuk mencegah kejadian yang ada di dalam penglihatannya.

“Awas saja jika sampai Saras kenapa-kenapa!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 133. Tidak bisa diremehkan

    "Hai, tekan dada bagian jantungnya!" seru penjaga, pada napi yang berikan bantuan pertama."Egh! Eh, tetap gak bisa, pak!" teriak napi tersebut, merasa putus asa.Napi-napi lainnya berusaha memberikan pertolongan pertama pada Mario, tetapi sayangnya, kondisinya sudah terlalu parah.Meskipun upaya mereka lakukan sebaik mungkin, Mario akhirnya meregang nyawa dalam keadaan yang menyedihkan. Suasana sel berubah menjadi hening dan penuh duka cita.Pagi harinya, berita kematian Mario telah menyebar ke seluruh lapas. Para napi terkejut dan bingung dengan kejadian tersebut. Beberapa berbisik-bisik dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Gak nyangka," kata napi yang memiliki kamar di seberangnya Mario."Tapi, apakah tidak ada yang mencurigakan sebelumnya?" tanya yang lain."Apa? Sepertinya tidak ada. Mario, bersikap seperti biasanya tidak ada yang terlihat aneh." Napi yang kebetulan satu ruangan dengan Mario, memberikan jawaban.Beberapa dari mereka mencoba mendekati Rico, yang

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 132. Rencana Tersembunyi

    "Hai, Bos Mario. Saya mendengar Anda cukup terkenal di dunia ini," sapa Rico, yang mencoba mendekati Mario."Heh, siapa yang memberi tahu tentang itu, bocah?" sahut Mario dengan nada sombong."Oh, banyak orang di sini. Mereka bilang Anda punya reputasi yang hebat," terang Rico yang mulai berakting.Kekasih Diana itu memang sengaja menyanjung Mario, agar pria itu percaya padanya. Dengan demikian, ia bisa dengan mudah melakukan rencana yang sudah dibuat oleh Gilang untuknya.Gilang harus berhati-hati, karena rencananya melibatkan tindakan ilegal dan berbahaya. Langkah ini bisa memiliki konsekuensi serius, termasuk hukuman pidana bagi Gilang sendiri jika dia ketahuan terlibat dalam rencana tersebut.Tapi Gilang juga yakin jika Rico mampu melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan untuk balas dendam pada Mario."Hm, tergantung perspektif orang sih. Bagaimana denganmu, bocah? Bagaimana kau bisa di sini?" Mario bertanya pada Rico."Hahaha ... Sama seperti banyak dari kita di sini, terjebak

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 131. Harus mau

    "Mama!" Setu Saras, melihat keadaan mamanya yang tidak sadarkan diri."Sayang?" Rico ikutan panik.Situasi semakin rumit. Rico yang memberikan keputusan penting dalam hubungan percintaannya, membuat Diana terkejut dan akhirnya kehilangan kesadaran.Gilang dan Saras saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua sangat terpukul dengan kondisi Diana yang seperti ini, namun mereka tetap berusaha untuk menangani situasi dengan bijak.Mereka segera memanggil bantuan dan berusaha meredakan keadaan. Semua ini tidak mudah, tetapi mereka harus bersikap tenang dan bijaksana untuk menghadapi masalah ini.Setelah beberapa saat, Diana akhirnya sadar. Gilang dan Saras masih berusaha menjaga ketenangan."Mama Diana? Mama Diana?" panggil Gilang, mencoba menyadarkan Mama mertuanya."Ma, bangun, Ma!" lirih suara Saras, dengan menekan-nekan telapak tangan mamanya."Kita bawa ke rumah sakit, saja!" ajak Gilang, mengingat kondisi Diana.Saras hanya mengangguk lemah, masih terlihat terpukul

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 130. Sebaiknya Berpisah

    "Hai, sayang. Uluh-uluh ... Mama kangen sama kamu dan Rafi," ungkap Diana, Begitu tiba di rumah Gilang. Wanita itu datang keesokan harinya, setelah mendapatkan undangan dari Gilang kemarin. Diana dan kekasihnya datang ke rumah Gilang, sesuai dengan permintaan dari Gilang."Apa kabar, Ma? Bagaimana keadaan, Mama? Sudah benar-benar sehat?" tanya Saras."Emh ... Mama__""Ma, urusan dengan keluarga korban bagaimana? Mereka tidak mempermasalahkan lagi, kan?"Saras langsung mengajukan beberapa pertanyaan secara bersamaan, tidak memberikan kesempatan pada mamanya untuk menjawabnya satu persatu terlebih dahulu."Mari, kita duduk dulu! Aku juga ingin berbincang-bincang dengan kalian berdua," terang Gilang, mengajak kedua orang yang baru saja datang untuk duduk di ruang tamu."Tentang apa?" Kekasih Diana mengajukan pertanyaan - seperti merasakan tidak nyaman."Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berbincang-bincang saja," terang Gilang menjelaskan agar Rico tidak curiga.Diana melirik ke arah Sa

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 129. Ternyata Musuh

    "Sayang, mmmhhh ... aku ingin mencari tahu lebih mengenai kekasih muda mama. Aku merasa curiga dengan niatnya mau bersama dengan mama," terang Gilang."Ya, mas. Mungkin sebaiknya kita mencari tahu lebih lanjut agar tidak ada masalah di kemudian hari," jawab Saras, yang tidak pernah setuju dengan kelakuan mamanya.Mereka kemudian bekerja sama untuk mencari informasi mengenai kekasih muda Diana, untuk memastikan bahwa tidak ada yang akan merugikan mama mertuanya dalam hubungan tersebut.Mereka berhasil mengumpulkan beberapa informasi tentang kekasih muda Diana. Ternyata, pria tersebut memang seorang model yang cukup sukses. Namun, Gilang masih merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Sayang, aku masih merasa curiga. Mungkin sebaiknya aku bicara langsung dengan mama Diana, atau bagaimana ya?" Gilang meminta pendapat isterinya."Iya, mas. Aku rasa itu adalah langkah yang baik," ujar Saras setelah berpikir.Gilang kemudian menghubungi Diana dan meminta untuk bertemu dengan kekasih mudan

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 128. Curiga

    "Saat ini tim sedang melakukan riset pasar potensial, Mas. Kami akan segera menyusun strategi untuk memasuki pasar baru." Akhirnya Ryan memberikan jawaban."Bagus, Ryan. Pastikan kita memiliki rencana yang matang sebelum melangkah lebih jauh," puji Gilang dengan menepuk Bunda asistennya tersebut."Saya akan memastikan semuanya terencana dengan baik, Mas." Ryan mengangguk patuh.Begitulah Ryan, yang selalu melakukan tugas dari Gilang tanpa banyak protes. Ia akan berusaha untuk melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.Gilang juga tidak pernah ragu, apalagi kecewa dengan kinerja Ryan selama ini. Asistennya itu adalah orang yang sangat setia dan jujur. Jadi, tentunya Gilang selalu bisa menjadikan Ryan sebagai andalannya."Bagus, Ryan. Teruskan kerja kerasmu. Kita harus terus berkembang dan menghadapi setiap tantangan dengan baik." Gilang berbicara dengan nada bangga."Tentu, Mas. Saya dan tim, siap untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini." Ryan menggangguk - memastikan.Gilang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status