"Apa tiga tahun yang lalu ... capo dei Capi pernah menginap di hotel Monalisa di kota B?" tanya Crystal dengan nada setengah lirih pada wanita yang kata Jordy adalah tangan kanan capo dei capi itu.
Madam Yvonne, menatap Crystal sejenak sebelum ia menatap Ethan dan kembali menatap Crystal secara bergantian.Ethan yang mendengar Crystal menanyakan itu, menelan salivanya. Bagaimana Crystal bisa ingay tentang hal itu?"Kenapa kau menanyakan itu?" tanya Madam Yvonne balik, alih-alih menjawab pertanyaan Crystal."Ada sesuatu yang ingin kupastikan jika memang benar capo dei capi pernah menginap di hotel Monalisa di kota B, 3 tahun yang lalu. Tolong jawab saja, apa benar capo dei capi pernah menginap di sana?" Crystal mengulangi pertanyaannya pada Madam Yvonne.Madam Yvonne tersenyum miring."Kenapa kau berpikir kalau aku akan mau menjawab pertanyaanmu itu? Capo bukanlah orang sembarangan. Segala aktivitasnya bahkan identitasnya tak sem"Ya Tuhan, wanita itu sangat nenjengkelkan sekali!" "Kau kenapa, Ju?" tanya Jack yang berada di kemudi mobil yang sedang melaju ke arah tengah kota.Julia di kursi belakang kemudi sedang sibuk membuka kotak makeup, dan mulai membersihkan tiap bagian sudut wajahnya. Sculpture makeup yang diaplikasikannya di wajahnya sendiri demi menghasilkan tampilan lain sebagai Madam Yvonne. Perlahan Julia mulai melepas berbagai ornamen yang membuat banyak perubahan di wajahnya. Salah satunya adalah perekat mirip selotip yang membuat ilusi wajahnya lebih tirus dan dagu lebih lancip. Begitu dengan penambahan sedikit ornamen di area bridge hidung yang membuat hidung mancungnya menjadi terlihat berbentuk sedikit hawk namun tetap menampilkan wajah yang cantik dengan versi yang berbeda dengan aslinya."Hei, siapa yang kau bilang menjengkelkan? Crystal? Istrinya Capo?" tanya remaja berusia 18 belas tahunan itu."Menurutmu siapa lagi? Astaga sangat menjengkel
Triiing!! Lift yang membawa Ethan dan Crystal dari lantai bawah menuju ke lantai atas akhirnya berhenti. Pintu pun terbuka."Kau yakin akan menghabiskan semua makanan ini, Crys?" tanya Ethan yang kedua tangannya dipenuhi makanan dan membawa dua gelas kopi di tangannya."Ya, tentu saja! Aku akan menunggumu selama kamu bekerja. Jadi aku membutuhkan banyak cemilan," kata Crystal.Ethan masih tak habis pikir akan ide Crystal yang berniat untuk menunggunya sampai selesai bekerja. Tetapi wanita itu selalu keras dalam pendiriannya. Mana mau dia pulang, meski Ethan telah menyuruhnya berkali-kali."Kau butuh banyak cemilan? Apa kau tidak takut gemuk?" tanya Ethan.Crystal nampak berpikir beberapa saat, lalu dia pun bertanya dengan polosnya."Kau sendiri bagaimana? Apa kau lebih suka aku yang seperti ini? Atau menurutmu aku lebih baik dan cantik jika kurus? Kau tidak menyukai wanita dengan postur tubuh sedikit gemuk?" selidik C
Suasana ruang rapat itu kini hening sesaat setelah Benigno mengundurkan diri untuk meninggalkan rapat terlebih dahulu karena masih ada urusan lain. Semua mata kini tertuju pada Ethan. Mereka yang posisi jabatannya berada di bawah Ethan tentu cukup senang dengan berita itu. Bukannya apa-apa menurut penilaian mereka Ethan sebagai pemimpin masih jauh lebih baik dan ramah dibandingkan Ricardo yang memiliki jabatan CEO, namun cukup arogan itu.Tetapi tidak demikian halnya dengan orang-orang di sana yang jabatannya masih lebih tinggi dibandingkan jabatan yang Ethan miliki sebagai General Manager. Para direksi seperti CEO dan direktur-direktur tiap departemen terlihat tidak begitu senang dengan pengumuman yang diberikan oleh Benigno tadi. "Ya Tuhan, bagaimana mungkin seorang direksi harus menurut pada perkataan dari General Manager?" keluh direktur dari Departemen Personalia."Kalau begitu kenapa bukan dia saja yang jadi Presiden direktur jika kata-k
"Ke-kenapa kau menanyakan itu?" tanya Ethan sambil menelan salivanya.Crystal menghembuskan napasnya frustasi. Entah ini perasaannya atau bukan, tetapi yang jelas ia merasa ada yang salah pada malam tiga tahun yang lalu. Entah bagaimana Crystal mengatakannya, tetapi sepenggal demi sepenggal ingatan tentang malam itu kini hilang dan timbul di pikirannya. Tidak semuanya jelas, tetapi sekarang Crystal merasa kalau saat itu orang yang menghabiskan malam bersamanya bukanlah Alessandro melainkan orang yang berbeda. Apakah dia capo dei capi? Ya Tuhan ... bagaimana ini?Crystal memijat keningnya."Ti-tidak. Tidak apa-apa," jawab Crystal gugup sambil mengusap tengkuknya."Kau yakin?" tanya Ethan.Ia melihat perubahan wajah Crystal yang terlihat pias seperti sedang tidak enak badan itu.Crystal mengangguk."Aku tidak apa-apa."Ethan menatap tajam Crystal."Apa maksud pertanyaanmu tadi?" tanya Ethan.
"Jadi Jordy ini yang mengeluarkan pelurunya dari dalam perutmu?" tanya Julia ketika ia memeriksa kondisi luka akibat tembakan peluru di perut Ethan."Ya, sepertinya itu belum masuk ke dalam perut. Proyektil pelurunya terjebak di dalam jaringan otot perut. Aku melihat sendiri ia mengeluarkannya," cerita Ethan.Julia pun manggut-manggut mendengar cerita Ethan. "Lumayan bagus juga kemampuannya menangani pengangkatan peluru itu. Sepertinya semua prosesnya dilakukannya sesuai prosedur. Apa dia seorang dokter yang 'belok'?" tanya Julia sambil melakukan gerak penyerta.Belok dalam dunia mafia berarti menyimpang, yang artinya dia yang harusnya memiliki kehidupan yang baik-baik saja, malah memilih jalan masuk ke dunia hitam dengan alasan pribadi. Entah itu karena uang, atau memiliki dendam dengan kelompok tertentu. Atau ada hal-hal lain seperti Julia yang memilih masuk ke dalam organisasi mafia, hanya karena ia tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini.
"Ethan! Ada apa?!" Julia terkejut melihat Ethan yang tadi memeluknya dan tiba-tiba lari begitu mendengar suara mobil seseorang yang digas dan melaju pergi meninggalkan kawasan bengkel. Entah mobil siapa. Itu sebabnya Julia menyusul Ethan ke depan. Namun tak ada siapapun di depan bengkel. Kosong. Bahkan bengkel saja sedang tidak ada pelanggan. Tidak ada Jack juga."Dimana Jack?" maki Ethan dengan kesal."Aku tidak tahu. Kau tahu sendiri aku dari tadi ada di dalam bersamamu," jawab Julia sambil mengangkat bahunya.Baru saja mereka membahas Jack, tiba-tiba saja pria beranjak dewasa itu terlihat sedang mendorong motor Vincent White Shadow milik Agustinus dari kejauhan. Hal itu membuat Ethan menjadi semakin lebih kesal saja."Kau dari mana?" hardik Ethan begitu Jack tiba di depan bengkel dengan nafas terengah-engah.Jack mengatur nafasnya satu-satu."Maaf, Ethan. Tadi ... tadi .... aku sangat ingin mencoba mengen
Crystal sedang berada di balkon depan rumah bersama Clarissa ketika ia mendengar suara laju motor tua dari kejauhan. Semakin lama suara motor tua itu terdengar semakin mendekat hingga akhirnya motor itu berhenti tepat di depan rumah besar milik ayahnya itu. Tampak pengemudinya turun dari motor dan membuka helmnya. Ah, ternyata bajingan sialan itu! umpat Crystal dalam hati. Kemudian orang yang dibonceng oleh Ethan beringsut maju ke depan, menggantikan posisi Ethan duduk di bagian kemudi. Lalu Ethan pun memberikan helem itu pada orang tua itu."Terima kasih sudah mengantarku, Agustinus!" ucap Ethan.Tampak pria tua bernama Agustinus itu melayangkan pandang sejenak ke arah rumah besar milik Benigno Mensina itu. Bos yang memiliki banyak perusahaan dan group The Black Roses yang melegenda itu. Ini pertama kalinya ia ke sini, dan langsung takjub melihat kemegahan rumah sang Grande Capo itu."Kau benar-benar menantunya Tuan Benigno?
Apa maksud kata-katamu itu, Crys?" tanya Ethan setelah ia mendengar kata-kata Crystal baru saja."Kau sepertinya sangat mencintai perempuan itu, kan? Pergi saja. Aku tidak akan coba-coba menahanmu lagi!" kata Crystal sambil berusaha mengambil Clarissa dari gendongan Ethan.Ethan menepis tangan Crystal yang ingin meraih Clarissa."Apa maksudmu? Maksudku sudah jelas. Sangat jelas!" tegas Crystal.Ia pun melirik Clarissa sejenak dan berharap anak itu tidak melihatnya saat ia mengatakan kata-kata itu."Clarissa bukan putrinya Alessandro," kata Crystal dengan suara yang lirih.Ethan membalikkan tubuh Clarissa hingga posisi itu menghadap ke arah belakangnya. Ethan tidak mau Kalau sampai Clarissa mendengar perdebatan mereka berdua."Apa maksudmu berkata seperti itu, Crys?" tanya Ethan dengan suara yang tak kalah pelan, hingga memungkinkan Clarissa yang menyandarkan kepalanya di pundak Ethan tidak akan mendengarnya.Cry
"Kami sudah cari tahu, Capo. Mungkin informasi ini akan sedikit mengejutkan Capo," kata anak buah yang ditanyai oleh Ethan itu.Ethan mengernyitkan keningnya sejenak."Mengejutkan? Oh, ya? Memangnya apa itu? Coba jelaskan padaku. Siapa sebenarnya Marlon Huston itu," perintah Ethan penasaran."Marlon Huston adalah seorang mafia di Brooklyn, New York City. Ibunya adalah seorang wanita yang berkebangsaan Amerika Serikat, sementara ayahnya berkebangsaan Italia. Dia dan Sharon adalah saudara kembar yang lahir dan menghabiskan masa kanak-kanaknya di Sisilia. Setelah mereka remaja oleh orang tuanya mereka pun dibawa ke Brooklyn karena kasus Diego Bosseli tertangkap oleh polisi dan dipenjara," kata anak buah Ethan melaporkan.Benar kata anak buahnya itu. Dia terkejut mendengar nama Diego Bosseli terseret dalam kasus ini."Murillo, sepertinya memang benar kau membuatku terkejut. Jadi, sekarang Katakan padaku, apa hubungannya Diego Bosseli dengan ini semua?" tanya Ethan lagi pada anak buahnya y
"Itu dia!" tunjuk salah seorang bodyguard yang berjaga di depan Mensina Casino.Ya, pandangan mereka saat ini sedang tertuju pada Ethan yang baru saja keluar dari mobil Lamborghini Aven tador yang baru saja terparkir ditempat parkir khusus direksi.Ethan melangkahkan kaki mendekat pada dua orang bodyguard itu. Keduanya langsung mencegat Ethan. Tadinya Ethan pikir kedua bodyguard itu melakukan itu adalah untuk memeriksanya sesuai prosedur sebelum ia diperkenankan untuk masuk ke dalam.Ethan mengangkat tangannya, tetapi kedua pria itu sama sekali tidak mempedulikannya. "Tuan Ethan, anda dilarang oleh Tuan Benigno untuk datang ke sini. Katanya anda sudah dalam proses pemutusan hubungan kerja. Tuan Benigno melarang Anda untuk bekerja lagi di kasino," kata salah seorang bodyguard.Ethan terhenyak, terpaku sejenak lantas tertawa."Oh, ya? Tidak boleh kenapa? Memangnya punya masalah apa di kasino ini?" tanya Ethan."Entahlah, kami kurang mengerti tentang hal itu, Tuan Ethan. Tapi yang pasti
"Apa kau sudah gila? Kenapa kau bersikap seperti itu, Marlon. Kau sangat gegabah. Kalau begini caranya, bagaimana kita bisa menjalankan misi balas dendam padanya. Kau bahkan sudah memberi tahu lebih dulu kalau kau adalah musuhnya alih-alih kau menyiapkan rencana dengan matang. Sebenarnya ada apa denganmu?" Marlon hanya bisa mendengarkan ocehan Sharon yang terlihat kesal itu dengan wajah menahan geram."Marlon!!!" jerit Sharon dengan kesal. "Kenapa kau bersikap menyebalkan seperti ini?!"Perlahan Marlon merapikan meja tamu yang tadi sempat menjadi media bagi dirinya dan Ethan untuk saling menyerang."Diamlah, Sharon. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Setidaknya aku tidak akan bersembunyi dalam identitas seperti dia yang hanya seorang pengecut!" "Tapi kau terlalu gegabah. Dia bukan orang yang bisa kau anggap remeh. Bagaimana pun dia adalah Capo dei Capi yang di tangannya ada kekuasaan tak hanya di Sisilia tapi juga mewakili Italia. Jika dia sudah bergerak mengerahkan organisasiny
"Marlon, sebenarnya apa maksudmu?" geram Ethan.Kalau bukan karena Clarissa ada di pangkuannya saat ini, Ethan sudah pasti akan mencengkram leher Marlon dan membenturkan nya ke tembok detik itu juga."Kau tahu apa maksudku. Ethan, jangan sok suci!" maki Marlon."Aku sungguh tidak mengerti maksudmu. Jelaskan apa yang ingin kau katakan. Jangan bermain tebak kata denganku!" "Hahaha .... capo dei capi, ketua dari semua ketua. Kau merasa dirimu seperti tanpa dosa heh? Lalu, kau datang ke sini dengan maksud mengintimidasiku tanpa alasan?""Tanpa alasan katamu? Aku justru sangat punya alasan untuk mendatangimu ke sini. Kau tahu banyak tentang aku dari mana, hmm? Dan ... kau sendiri mengantar istriku ke Mare Nostrum Hotel. Marlon, sebenarnya siapa dirimu?" tanya Ethan dengan nada penuh penekanan.Marlon tertawa terkekeh mendengar pertanyaan Ethan itu. "Mungkin kau terlalu banyak musuh hingga kau menjadi paranoid terhadap semua orang. Apa aku benar, Tuan Trovatelli?""Katakan sejujurnya, se
Dari balkon rumah Huston, Marlon sedang menatap tetangga berseberangan rumah dengannya itu. Ada Ethan dan Clarissa yang sudah berada di pagar kayu rumah dengan suasana homey itu. Terlihat Ethan menatap tajam Marlon tanpa kedip sambil menggendong Clarissa. Pandangan matanya seakan menuding dan ingin menyerang pria itu hidup-hidup. Marlon melihat Ethan sedang berbicara pada Clarissa dan juga menunjuknya. Agaknya Marlon bisa melihat dari gesture Ethan kalau dia sedang ingin berkunjung ke rumah mereka.Sharon yang kebetulan saat itu sedang berada di rumah, mencari Marlon di balkon karena ada yang ingin dia tanyakan perihal kematian baby sitter Clarissa. Ia baru saja melihat berita di televisi kalau telah terjadi pembunuhan di Mare Nostrum Hotel."Marlon, apa kau ....""Sepertinya kita akan kedatangan tamu, Sharon. Persiapkan dirimu," kekeh Marlon bahkan sebelum adiknya itu selesai mengucapkan apa yang ingin dia katakan."Tamu?" Sharon mengernyitkan dahinya tak mengerti. Lalu ia pun me
"Kau benar-benar menempatkan bodyguard di rumah kita?" tanya Crystal tak percaya. Bagaimana tidak? Setelah mereka memutuskan untuk pulang hari itu juga dari Mare Nostrum Hotel, begitu sampai di Golden Time Residence, pemandangan pertama yang ia lihat adalah adanya tiga orang yang berjaga di teras rumah."Aku sudah bilang padamu, Crys. Mereka itu bukanlah bodyguard. Mereka hanya teman-temanku," jawab Ethan."Teman-teman bagaimana maksudmu? Maksudmu mereka ini anak buahmu?" tanya Crystal dengan tanpa basa-basi."Crys, sebaiknya kita bicarakan ini lagi nanti di dalam," kata Ethan.Meski ia adalah bos dari para anak buahnya itu, tetapi dengan sikap Crystal yang seperti keberatan dengan kehadiran mereka berada di rumah ini, Ethan pun sedikit banyak merasa tak enak hati pada anak-anak buahnya."Nyonya benar. Kami adalah anak buah dari Capo Ethan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya jika Nyonya merasa terganggu dengan kehadiran kami di sini. Tetapi kami benar-benar harus menjaga Capo dan ke
"Apa maksudmu tidak mau meninggalkan Crystal? Kau pikir hanya karena kau tidak mau lantas aku tidak bisa memisahkan kalian? Kau telah banyak membohongi Crystal. Aku rasa alasan itu cukup bagi hakim untuk meloloskan permohonan cerai putriku padamu." Benigno tidak mau kalah membalas menantunya itu."Papa!! Apa maksud Papa? Siapa yang bilang aku ingin berpisah dari Ethan! Tidak! Tidak sama sekali. Aku sudah bilang tadi, Ethan adalah ayah dari putriku, Papa. Dia ayah dari cucunya Papa! Kenapa Papa tidak mengerti?" sela Crystal."Crys! Kau Papa asuh dan besarkan selama ini hanya seorang diri bukan berarti Papa berharap kau akan menjadi anak yang pembangkang seperti ini. Kau tidak ingin siapa yang ada di masa sulitmu saat kau mengandung Clarissa? Ok, Papa tidak akan menanyakan bagaimana prosesnya hingga kau dan Ethan terjebak dalam situasi yang membuat kau mengandung Clarissa dan bagaimana bisa jadi Alessandro yang bertanggung jawab atas semuanya. Baiklah kita abaikan masalah itu dahulu, k
Di luar kamar hotel itu, Ethan sedang mendengarkan pembicaraan Crystal dan Benigno dengan seksama. Ia tadi ingin masuk namun melihat Jordy sedang berada luar, ia bisa menyimpulkan sendiri kalau di dalam kamar ada Benigno, mertuanya."Kau bercanda? Bagaimana bisa Ethan adalah ayah kandung dari Clarissa? Apa ini adalah akal-akalanmu agar Papa tidak menyuruh kau dan Ethan untuk bercerai?" tanya Benigno curiga."Tidak, Papa. Itu adalah sebenarnya yang terjadi. Papa bisa menyuruh Ethan untuk melakukan lagi tes paternitas antara Clarissa dan Ethan," kata Crystal dengan sendu.Benigno yang tadi berdiri sampai duduk terhenyak di atas ranjang."Tetap saja! Kau harus ikut ke rumah Papa, suruh Ethan menyelesaikan lebih dahulu urusannya dengan kematian Anna ini. Papa tidak mau kalau sampai terbawa-bawa dalam kasus ini," kata Benigno."Aku akan membereskan masalah ini dengan meminimalkan keterlibatan Papa dalam hal ini."Ethan tiba-tiba saja muncul dan masuk ke dalam kamar bergambar 909 itu. Ben
"Papa!!!" seru Crystal saat melihat Benigno datang bersama Jordy.Wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu langsung menghambur ke pelukan Benigno. Bagaimana tidak Crystal tak melakukan itu. Baginya Benigno adalah segala yang dia punya. Meski sekarang sudah ada Ethan, namun ketika dia ditimpa masalah seperti ini, pelukan sang ayah adalah satu diantara yang paling bisa membuat dia merasa nyaman.Benigno membalas pelukan putrinya itu. Crystal memang adalah putrinya yang menyebalkan. Namun tetap saja statusnya sebagai ayah ketika melihat putrinya terluka atau mendapat masalah, dia tidak bisa tinggal diam."Kau dan Clarissa tak apa-apa, Crys?" tanya Benigno.Crystal menggelengkan kepalanya. Perlahan dia melepaskan pelukannya."Papa kenapa ada di sini? Siapa yang memberi tahu? Bukannya harusnya saat ini Papa sedang berada bersama Arabella?" tanya Crystal sendu.Ia menghapus setitik air mata yang menggantung di pelupuk matanya."Kau ini bodoh atau apa? Apa ada yang lebih penting bagi seora