"Itu pasti kau, kan?" tunjuk Crystal pada Ethan.
Ethan menunjuk dirinya sendiri."Aku? Apa maksudmu itu adalah aku?" tanya Ethan pura-pura tidak mengerti.Crystal mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha untuk tetap sadar. Kini ia yang sedari tadi sedang bersandar pada headboard tempat tidur, menurunkan kakinya ke lantai dan mengitari tempat tidur dengan sempoyongan sehingga ia bisa berada tepat di hadapan Ethan."Kau! Mengakulah padaku kalau kau adalah pria malam itu. Iya, kan?" tanya Crystal dengan tawa menyeringai.Ethan tersenyum tipis melihat Crystal yang terlihat mabuk berat akibat menghabiskan hampir satu botol wine. Sementara itu Ethan masih sangat sadar karena dia tadi hanya minum dua gelas wine saja."Apa yang harus kuakui?" Ethan balas tanya dengan nada tak bersalah."Sial an!!" jerit Crystal marah. "Kau masih tidak mau mengaku?"Ethan menahan tawanya melihat Cr"Kalian ini ... benar-benar sialan!" umpat Julia.Melihat reaksi Julia yang begitu marah, anak buah The Monster yang ada disana bukannya menghentikan ejekan mereka yang ada mereka semakin gencar mengganggunya."Hei, Ju! Apa maksudmu mengatakan kalau kami sialan? Apa kau tidak ingin mencoba keberuntungan bagaimana bersenang-senang dengan salah seorang dari kami? Ju, ayolah! Jangan jual mahal," kekeh seseorang dari mereka.Julia menggeram mendengar olok-olokan para pria itu pada dirinya, namun dia sangat sadar diri kalau dia tidak sedang dalam posisi bisa melawan mereka semua. Bukan hanya karena kekuatan fisik para pria itu yang ditakuti oleh Julia, namun termasuk di dalamnya adalah nafsu birahi mereka juga. Dia sebagai satu-satunya wanita yang berada dalam Nido ini sangat tahu persis apa resikonya jika dia terus menantang para pria ini juga terus berdebat dengannya. Maka satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan oleh Julia untuk saat ini hanyalah diam.Pria yang tadi berdebat mulut deng
Julia terbangun dari tidurnya ketika mendengar ramai suara terbahak-bahak di lantai bawah Nido di Aquila Nera itu. Ah, salah! Sekarang tempat ini bukanlah Nido di Aquila Nera, melainkan Nido The Monsta. Mengingat hal itu, Julia pun tanpa dia sadari menghela napas berat. Entah apa yang dipikirkan saat ini. Ia merasa hampa di dalam hatinya. Lalu merasa tidak enak dengan pemikirannya itu, Julia pun kini bangun dari tidurnya dan duduk sejenak di ranjang dengan kaki yang berjuntai di lantai. Suara gelak tawa anak buah The Monster yang sedang berkumpul di lantai bawah masih saja mengusik pendengarannya."Oh, ya Tuhan! Apa mereka pikir tempat ini adalah kasino?" gerutu Julia setengah mengumpat.Dengan tak sabar, Julia pun segera berdiri dan berjalan ke arah tangga. Perlahan ia menuruni satu persatu anak tangga tersebut. Ketika ia telah sampai di anak tangga pertengahan, ia pun menatap ke bawah, menyapu seluruh ruangan dengan pandangan matanya. Dan Julia melihat tak hanya satu, dua, atau ti
"Jadi yang menculikmu adalah Diego Bosseli bukan Ethan?" tanya Sharon sambil membelai lakukan matanya mendengar keterangan dari saudara kembarnya itu.Marlon menjawab hanya dengan anggukkan saja."Diego menculikmu tapi anaknya ... siapa namanya tadi? emh, ... An ... drew Bosseli? Apa benar begitu?" Sharon yang masih tidak percaya lagi-lagi menanyakan hal itu pada Marlon."Ya, begitulah," kali ini Marlon menjawab lagi-lagi dengan anggukan.Sharon terhenyak sehingga dia terduduk dengan masih banyak pertanyaan di kepalanya."Tapi kenapa? Untuk apa Diego menculikmu? Lalu kenapa putranya yang menyelamatkanmu? Apa ada masalah di antara mereka? Lalu kenapa mereka melibatkanmu?" Sharon memberondong Marlon dengan banyak pertanyaan yang sekiranya bisa melampiaskan rasa ingin tahunya."Kau ingat pengakuan Diego di pesta pernikahan Benigno Mensina?" Marlon malah balik bertanya pada Sharon.Sharon berpikir sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk."Tentang Ethan yang adalah putra kandungnya?" Sharo
"Marlon?!" pekik Crystal terkejut.Orang yang diserukan namanya oleh Crystal itu, lagi-lagi hanya melempar senyum menyeringai."Ya, ini aku. Kenapa kau terkejut melihatku? Apa itu karena kau merindukanku?" tanya pria itu dengan nada menyebalkan.Crystal menyipitkan matanya dan memasang ekspresi wajah jijik."Apa kau selalu seperti ini? Tidak tahu malu?" balas Crystal dengan sengit.Itu membuat Marlon menjadi tertawa."Tidak tahu malu? Tidak tahu malu seperti apa maksudmu, hmm? Bukannya kau yang tidak tahu malu? Aku sudah menolongmu dari pria yang menciba ingin menabrakmu itu, dan tadi kau dengan lantangnya mengucapkan terima kasih padaku dan ingin memberikan hadiah padaku sebagai imbalan atas pertolongan yang kuberikan karena telah menyelamatkan nyawa kamu. Tetapi lihat sekarang? Setelah kau tahu siapa dewa penolongmu, kau bukannya jadi memberikan hadiah padaku, tapi kini malah memakiku tidak tahu malu? Ckckck! Crystal Mensina memang luar biasa! Entah apa jadinya kalau aku benar-ben
Crystal masih terpaku melihat kedua orang yang tidak ia kenal siapa itu sedang berkelahi di hadapannya. Berbeda dengan Bertha yang segera cepat tanggap terhadap situasi tak menguntungkan itu. Ia segera buru-buru mendudukkan Clarissa di kursi, tepat di sebelah Crystal. Lalu iya pun mendorong kursi roda itu menjauh dari area itu."Ayo, Nyonya! Kita pergi saja dari sini. Di sini sangat berbahaya!" kata Bertha mencoba memperingatkan wanita yang dia lihat sembuh kembangnya dari sejak kecil itu."Si-siapa mereka, Bertha?" tanya Crystal dengan menggumam."Emm ... entahlah, aku tidak tahu, Nyonya Crystal. Kalau aku berpendapat sebaiknya kita pergi saja dari sini. Di sini terlalu berbahaya," kata Bertha.Wanita itu tanpa berpikir panjang lagi segera memutar balik kursi roda Crystal yang diduduki oleh sepasang ibu dan anak itu menuju ke arah rumah mereka yang berjarak sekitar 50 meter dari tempat itu."Tapi Bertha ... bagaimana dengan mereka?" tunjuk Crystal ke arah kedua orang asing yang sedan
"Mamaaaa!!!" seru Clarissa dari sisi jalan yang berseberangan dengan di mana Crystal sedang berada di kursi rodanya seperti saat ini.Crystal melambaikan tangannya untuk membalas seruan Clarissa dari samping mobil penjual es krim ituSebenarnya jalanan komplek itu tidak terlalu lebar. Seperti halnya jalanan komplek di perumahan-perumahan lain. Hanya saja Crystal memang lebih memilih untuk tidak ikut menyeberang dengan Bertha dan Clarissa yang sedang ingin membeli es krim di penjual es krim dengan mobil khusus itu. Crystal untuk menunggu di seberang jalan sambil tetap sibuk dengan ponselnya untuk mencari tahu apakah Ethan sudah aktif atau tidak.Beberapa kali Crystal menempelkan ponsel itu di telinganya dan beberapa kali pula dia harus memasang raut kecewa karena hingga saat itu pun, Ethan tetaplah tidak bisa dihubungi. Sangat menyebalkan![Nomor yang anda tuju sed ....]Crystal melepas ponsel yang menempel di telinganya dan merengut kesal."Ah, Ethan sialaaaaan! Sebenarnya apa maumu s