MasukTerlepas dari kenyataan bahwa Calvin Reed telah menjadi sosok paling ditakuti dan disegani oleh para Dewa Perang kelas dunia, ada satu hal yang membuat hidupnya jauh dari kata 'cukup'. Calvin belum menemukan sosok wanita yang dulu pernah menyelamatkan nyawanya. Perjalanan menemukan sosok wanita tersebut sekaligus mengantarkan Calvin pada penemuan sebuah konspirasi besar yang menyangkut hidupnya. Calvin, Sang Raja dari para Dewa Perang itu pun mulai bertindak menyingkap satu demi satu konspirasi yang selama ini terselubung rapat.
Lihat lebih banyakDi sebuah kamar Deluxe Executive di Majestic Height Hotel, pada pagi hari...
Calvin Reed sedang menikmati mimpi indah ketika tiba-tiba merasakan pipinya ditampar. Ia tersentak bangun dan terkejut mendapati seorang wanita cantik dengan ekspresi marah yang luar biasa, berteriak kepadanya.
“Bajingan! Keparat! Dasar kau laki-laki kurang ajar!”
Calvin menelan ludah, mengabaikan perih di pipinya. Perhatiannya terlalu terpaku pada pemandangan di depannya hingga darahnya mengalir deras.
"Heh, dasar gadis cabul! Tutupi dulu dadamu baru mengoceh!"
"Argh! Sial! Kau sengaja melihatnya, ya?!" Wanita yang baru saja menampar Calvin itu menjerit setelah menyadari bahwa sejak tadi ia telah membiarkan dadanya berguncang-guncang tepat di depan mata pria itu.
"Aku? Sengaja melihat? Justru kau yang sengaja memamerkannya!" balas Calvin sambil turun dari ranjang dan mengenakan pakaiannya.
"Brengsek kau! Apa yang sudah kau lakukan padaku?!"
"Maaf? Justru kau yang menyeretku ke sini, lupa atau pura-pura lupa?" Calvin mengangkat sebelah alisnya.
Wanita itu terkejut mendengar ucapan Calvin. "Aku? Menyeretmu ke sini?!" serunya, seakan mempertanyakan pikirannya sendiri.
Calvin mengerutkan kening. "Kau mabuk berat di rooftop hotel tadi malam. Kita bertemu, lalu kau memintaku mengantarmu ke kamar, lalu—"
"Diam!" Wanita itu membentak, sementara ingatan tentang kejadian semalam menyeruak ke kepalanya. Wajahnya langsung memerah, kali ini bukan karena amarah, tapi malu.
"Arrgh!!! Dosa besar apa yang telah kulakukan?!" jeritnya frustasi.
Calvin meliriknya lalu menyeringai nakal. "Hai, kau punya kondisi unik. Uhm… Bisa kusebut juga sebagai, penyakit langka. Begitu minum alkohol, libidomu langsung melonjak drastis. Kau tak sadar? Kabar baiknya, aku bisa menyembuhkan penyakit itu."
Wanita itu terperangah dan terdiam. Tak ada seorang pun yang tahu rahasia itu, jadi bagaimana mungkin pria asing ini bisa mengetahuinya dengan mudah?
"Omong kosong! Kau pikir aku akan tertipu oleh tipu muslihat murahanmu?!"
"Aku serius. Aku bisa menyembuhkan kondisimu, tentu saja, kalau kau mau."
"Cih? Jangan harap aku akan tertipu olehmu, dasar mesum! Pembohong!"
Dengan kesal, wanita itu meraih tasnya di meja, mengambil setumpuk uang, lalu melemparkannya ke ranjang.
"Ambil uang ini dan lupakan pertemuan kita! Jangan sampai satu orang pun tahu kita pernah bertemu!"
"Kau menyuapku dengan jumlah sekecil ini?" Calvin mencibir.
"Jumlah kecil?! Itu lebih dari cukup! Jangan serakah!" dengus wanita itu dengan wajah kesal.
Calvin hanya tertawa kecil. Tanpa banyak bicara, ia berbalik dan berjalan menuju pintu. Namun, sebelum benar-benar keluar, ia menoleh dengan senyum lebar dan bergumam, "Aku tak butuh uang kompensasimu. Lagipula, permainan ranjangmu cukup liar dan... memuaskan!"
"BAJINGAN MESUM!!!" Wanita itu menjerit marah, tapi Calvin sudah melangkah keluar dari kamar, meninggalkan dirinya yang masih mendidih dalam amarah dan malu.
Di saat yang sama, ponsel Calvin bergetar.
'William Jones?' gumamnya setelah melihat nama penelepon.
"Halo."
“Hallo, Tuan Reed. Kami telah tiba di lobby Majestic Height Hotel. Raja Selatan, Kaisar Naga Langit, dan Ksatria Malam telah menunggu anda di Zenith Zest Restaurant. Mereka telah mendengar kedatangan anda di Maplewood City dan ingin memberi anda hadiah penyambutan.”
“Baik, aku akan segera turun ke lobby,” jawab Calvin Reed lalu menutup sambungan telepon.
Saat itu di lobby hotel, Majestic Height Hotel tengah dikejutkan dengan kemunculan mobil super mewah di depan lobby hotel mereka. Beberapa pria berjas hitam tampak berdiri berhadap-hadapan di samping mobil itu seolah sedang menunggu kedatangan seseorang dari dalam hotel.
Para karyawan Mejestic Height menelan ludah karena itu artinya, telah ada tamu super istimewa yang telah menginap di Majestic Height namun mereka luput memberi sambutan yang layak.
Sebelum keadaan menjadi buruk, para pegawai hotel segera memasang karpet merah melintang dari dalam hotel hingga ke bawah pintu mobil mewah itu demi memberi penyambutan kepada tamu istimewa mereka.
Tak hanya itu, sebanyak lima puluh lebih pegawai Majesctic Hotel kini juga telah berbaris rapi di sisi kanan dan kiri karpet merah, mereka berniat menundukkan badan serendah mungkin demi meminta maaf kepada tamu istimewa yang telah luput mereka istimewakan.
Namun, di saat para pegawai Majestic Hotel sedang bersiap-siap menanti kedatangan sosok tamu berpengaruh yang identitasnya belum mereka ketahui, mereka justru dikejutkan dengan kemunculan pemuda berpenampilan sederhana yang berjalan santai menginjak karpet merah.
Salah seorang pegawai senior dengan wajah marah berjalan menghampiri pemuda itu, satu tangannya terangkat ke atas dan bersiap untuk memberi tamparan.
Namun, beberapa detik sebelum penamparan itu terjadi, terdengar teriakan keras dari depan lobby hotel.
“Beri hormat kepada Tuan Reed!”
“Masuklah, Xavier,” balas Calvin dari dalam.“Dan kalian berdua,” ujar Calvin kepada Dahlia dan Jill. “Simpan senjata racun kalian. Xavier bukanlah orang bisa kalian serang menggunakan racun.”Xavier adalah tangan kanan dari Eldran King. Dan itu cukup membuat Calvin memahami mengapa William tak berkutik di hadapan sosok ini. Pria ini memiliki julukan Raja Neraka di antara para War God, berurusan dengannya sama saja mengambil tiket berangkat ke neraka.Krek…Pintu kamar belakang terbuka bersamaan dengan lampu seluruh vila menyala kembali. Sosok Xavier muncul dari balik pintu dengan mengenakan pakaian serba hitam. Xavier menunduk dalam, memberi hormat kepada Calvin Reed.“Maaf karena telah membuat sedikit kekacauan di tempat anda, Mr. Reed,” ucap Xavier dengan nada datar, membuat Dahlia dan Jill sulit menebak apakah Xavier berada di pihak Calvin atau musuh.“Bagaimana keadaan William?” tanya Calvin tak kalah datarnya.Xavier menarik napas dalam. “Dia hanya kehilangan kesadaran. Jika tub
Beberapa saat berselang, lampu kamar belakang padam seketika. Gelap total menelan ruangan, seolah semua cahaya ditarik keluar begitu saja. Yang tersisa hanya suara napas tiga orang yang terjebak di dalamnya. Napas Dahlia tercekat dan terburu, terdengar jelas di keheningan. Jemarinya mencengkeram botol racun hingga buku-buku jarinya memutih, rasa dingin dari kaca botol meresap ke kulitnya. Jill berdiri di dekat pintu, bahunya kaku, otot-ototnya tegang seperti busur yang ditarik terlalu lama. Di balik genggamannya yang rapat, botol racun lain bersembunyi, siap digunakan kapan saja.Waktu berjalan lambat. Lima menit yang dijanjikan William terasa seperti penantian tanpa akhir. Setiap detik menyeret seperti menit, dan setiap menit terasa seperti satu jam penuh siksaan.Tiba-tiba terdengar letupan.DORR!Suara itu memecah udara, tajam dan menusuk. Kaca dari arah ruang tamu pecah, serpihannya berderak jatuh menghantam lantai marmer, menimbulkan gema getir. Bau debu halus ikut terbawa bersa
Matahari sudah semakin menanjak, sinarnya menembus tirai tipis Regal Ridge Villa. Calvin Reed duduk bersandar di sofa, wajahnya pucat. Efek New Moon kian nyata. Tubuhnya bergetar tipis, seperti orang yang sedang berjuang keras melawan maut. Meski matanya tetap terbuka, sorotnya tak lagi setajam biasanya.Di sisi sofa, Lucius Black mulai siuman. Kedua tangannya terborgol di belakang kursi besi, tubuhnya diikat erat dengan tali tambahan di dada dan kakinya. Kursi itu sengaja diposisikan menghadap William Jones yang berdiri tegap, wajahnya dingin bagai batu.Lucius tersenyum samar, bibirnya masih berlumur darah. “Begini caranya kalian memperlakukan tamu?” tanyanya dengan nada meremehkan. “Aku kira Dewa Perang punya tangan kanan yang lebih pantas. Ternyata hanya anak kecil dengan wajah kotor.”William hanya menatap lurus, tidak terpancing. Sorot matanya tajam, seolah menembus kebanggaan kosong Lucius.Lucius mendengus geli. “Jangan menatapku seperti itu. Kau bahkan tak punya kuasa menentu
Tubuh Lucius Black tergeletak di lantai, napasnya berat dan tak beraturan. Bau samar serbuk racun masih menggantung di udara. Jill Maxim berdiri terpaku, jantungnya berdegup kencang.Calvin Reed mundur perlahan, bahunya goyah, lalu dipapah oleh Dahlia hingga kembali duduk di sofa. Keringat dingin menetes dari pelipisnya, wajahnya pucat. Meski matanya tetap tajam, jelas tubuhnya berada dalam kondisi lemah.Dahlia menoleh pada Jill. “Jangan terlalu dekat dengan serbuk tadi,” katanya tegas. “Itu racun. Calvin memberikannya padaku sebelumnya, berjaga-jaga untuk situasi seperti ini.”Mata Jill membelalak. Dalam sekejap, perasaan malu menusuk dadanya. Ia sempat meragukan Calvin, mengira pria itu menyerah begitu saja dan tak memiliki rencana cadangan. Kini ia sadar, Calvin sudah mempersiapkan jalan keluar sejak awal. Ia menggenggam erat tangannya, menahan rasa bersalah.“Calvin, apa yang harus kulakukan terharap orang ini? Haruskah aku membunuhnya selagi ia lemah?” tanya Jill berharap ia bis
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.