"Massimo!! Tolong!! Tolong aku!" Massimo menajamkan indera pendengarannya ketika ia mendengar suara Crystal seperti berteriak dari arah belakang rumah Benigno."Suara siapa itu? Itu suara nyonya Crystal, kan?" tanya Massimo pada anak buah Benigno yang akan menutup pintu pagar rumah megah itu."Kau salah dengar!" jawab anak buah Benigno itu sambil melanjutkan niatnya untuk menutup pintu pagar."Massssimoo!! Tolong aku?!! Kau mendengarku?" Massimo kembali menatap anak buah Benigno itu dengan pandangan menuduh. Salah dengar katanya? Salah dengar apa? Jelas-jelas itu adalah suaranya Crystal. Memang tidak terlalu nyaring, sebab posisi kamar Crystal berada di lantai dua dengan balkon menghadap samping dan belakang rumah."Itu suara nyonya Crystal," kata Massimo.Anak buah Benigno itu buru-buru merapatkan pintu pagar mendengar kembali suara anak perempuan majikannya itu. Tetapi belum sempat ia mengunci kembali pagar itu, Massimo menahan pagar itu dengan kakinya sehingga yang tadinya pagar
Marlon sedang berbicara dengan Benigno di ruang keluarga saat matanya menangkap bayangan seseorang sedang bergerak mengendap di lantai dua."Tunggu, Papa Ben. Apa aku boleh naik ke lantai dua?" tanyanya setengah berbisik.Benigno pun mengernyitkan keningnya, heran kenapa Marlon ingin ke lantai dua. Padahal semisal ia ingin ke toilet pun di lantai bawah juga ada toilet. Telah dua jam Marlon bertandang ke rumahnya atas undangannya sebagai tuan rumah. Mereka juga telah makan siang bertiga, dia, Marlon, dan Arabella dengan mengabaikan teriakan Crystal yang dikurung di kamarnya di lantai dua. Dari ruang tamu, ke ruang makan hingga kini mereka berada di ruang santai keluarga yang dapat melihat dengan jelas ke arah tangga dan koridor atas lantai dua. Itu sebab Benigno heran mengapa di tengah-tengah perbincangan mereka, Marlon tiba-tiba menyela dan minta ijinnya untuk ke lantai atas."Boleh?" tanya pria itu lagi, menanyakan izin dari Benigno.Benigno pun akhirnya mengangguk, sebab Marlon pu
Benigno sebenarnya heran terhadap apa yang didengarnya dari mulut Marlon. Untuk apa dia ingin membawa orang yang disuruh Ethan untuk menjaga Clarissa dan Crystal?"Papa Ben?" Marlon mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Benigno yang terlihat bingung setelah ia mengucapkan permintaannya."Hmm?""Bagaimana? Apa aku bisa membawa orang ini?" "Terserah padamu saja," jawab Benigno bimbang.Mendengar jawaban Benigno, Marlon pun segera berpaling lagi pada Massimo. "Kau dengar? Kau ikutlah denganku?" perintahnya sambil menekan lebih keras revolver itu ke jidat Massimo.Massimo tersenyum miring. "Ikut denganmu?" gumamnya dengan nada mencibir. "Ya, kenapa? Kau tidak mau? Memangnya kau punya pilihan?" Marlon dengan senyum mengejek membalas cibiran dari Massimo itu."Tentu aku punya!" jawab Massimo dengan senyum penuh arti.Lalu tanpa terduga oleh Marlon dan Benigno, pria itu pun dengan gerak cepat menangkap pergelangan Marlon dan dengan kuat ia mengarahkan senjata revolver itu ke arah
Benigno sebenarnya heran terhadap apa yang didengarnya dari mulut Marlon. Untuk apa dia ingin membawa orang yang disuruh Ethan untuk menjaga Clarissa dan Crystal?"Papa Ben?" Marlon mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Benigno yang terlihat bingung setelah ia mengucapkan permintaannya."Hmm?""Bagaimana? Apa aku bisa membawa orang ini?" "Terserah padamu saja," jawab Benigno bimbang.Mendengar jawaban Benigno, Marlon pun segera berpaling lagi pada Massimo. "Kau dengar? Kau ikutlah denganku?" perintahnya sambil menekan lebih keras revolver itu ke jidat Massimo.Massimo tersenyum miring. "Ikut denganmu?" gumamnya dengan nada mencibir. "Ya, kenapa? Kau tidak mau? Memangnya kau punya pilihan?" Marlon dengan senyum mengejek membalas cibiran dari Massimo itu."Tentu aku punya!" jawab Massimo dengan senyum penuh arti.Lalu tanpa terduga oleh Marlon dan Benigno, pria itu pun dengan gerak cepat menangkap pergelangan Marlon dan dengan kuat ia mengarahkan senjata revolver itu ke arah
"Ethan Trovatelli, bersediakah saudara mengasihi dan menghormati istri saudara sepanjang hidup? Selalu setia padanya dalam suka dan duka, dalam kecukupan dan kekurangan, serta dalam sehat atau pun sakit?""Ya, saya bersedia,"jawab Ethan.Sebaliknya sang mempelai wanita di balik veil transparan yang menutupi kepalanya, ia memutar bola matanya dengan malas. Ini bukan pernikahan yang diinginkan olehnya, tentu saja. Namun pada akhirnya dia pun terpaksa mengucapkan janji yang sama."Mulai saat ini kalian resmi menjadi pasangan suami istri. Apa yang dipersatukan oleh Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia".Sekarang tibalah giliran Ethan akan mencium Crystal, di depan para tamu undangan. Ethan menyingkap veil putih yang menutupi wajah istrinya itu, lalu ia pun mendekatkan wajahnya ke arah bibir Crystal."Jangan berani-berani mencoba melakukannya," ancamnya dengan bisikan lirih pada pria yang baru saja resmi menikahinya itu.Ethan tersenyum. Dia tahu Crystal tidak menginginkannya, tetapi
Pria yang diteriaki itu tersentak dari keterkejutannya mendengar teriakan Ethan. Spontan ia menoleh pada Ethan yang kini hanya berjarak beberapa meter darinya. Tak ingin merasa malu karena salah satu anak buahnya tumbang oleh lemparan piring pria itu, Andrew Bosseli tertawa terkekeh dengan nada meremehkan."Wah, pengantin pria sepertinya sangat marah sekali. Ingin menjadi hero di depan Crystal, heh?" kekehnya. "Baiklah, akan kukabulkan. Jadilah hero untuk istri tersayangmu itu!"Usai mengatakan itu, Andrew lagi-lagi memberi isyarat dengan dagunya agar sniper yang satunya menyerang Crystal. Sniper itu pun mengangkat senjatanya.Ethan yang melihat hal itu langsung berlari secepat angin ke arah sniper itu. Dan ....BUUGGHH!!!!Belum sempat pelatuk itu ditarik, sebuah tendangan dari Ethan mendarat di rahang sniper itu. Sniper itu tumbang dan masih sempat mencoba untuk bangkit, namun satu tendangan lagi dari Ethan di kepalanya cukup membuat pria itu kehilangan tenaga untuk bangkit."Arggg
"Kau sangat berisik, apa perlu aku membungkammu dengan cara yang berbeda? Hum?" kata Ethan sambil menatap tajam wanita yang kini menginjaknya seakan ia adalah orang yang sangat tak ada harganya."Oh, ya? Kau berani?" tantang Crystal tak gentar.Ethan kini menatap liar Crystal dari telapak kaki hingg ke satu titik di tubuh Crystal tanpa berkedip. Jangan lupakan tangannya yang kini telah berhasil menggenggam betis indah wanita itu.Crystal terkesiap dan berusaha melepas kakinya dari genggaman Ethan."Lepaskan!!" perintah Crystal dengan marah."Kau sudah menggodaku sampai seperti ini, bagaimana mungkin aku bisa melepaskanmu dengan mudah, Nyonya Trovatelli?" "Aku tidak menggodamu, Bodoh! Lepaskan kakiku!" Ethan kini dengan usilnya malah mengusap-usap kaki Crystal hingga lutut hingga membuat Crystal berusaha untuk menarik-narik kakinya dari genggaman tangan Ethan.Bukan salah Ethan jika Crystal yang memancingnya. Ethan kini malah memiringkan tubuhnya. Dengan setengah duduk ia malah memel
"Lalu, kalau begitu apa yang harus kukerjakan?" tanya Ethan."Jordy!" panggil Beniqno pada anak buahnya. "Ya, Bos!" Jordy segera mendekat."Aku menyuruhmu untuk menjelaskan pada Ethan tentang seluk beluk kasino kita yang berada di dekat pelabuhan! Mulai sekarang kau harus membimbing dia agar bisa menjadi penggantiku memimpin The Black Roses, pimpinan mafia terhebat sepanjang masa!" kata Benigno dengan penuh kebanggaan.Ethan terlihat menganga. Bukannya apa-apa, mertuanya bilang dia akan dibimbing untuk menjadi mafia terhebat sepanjang masa. Yang benar ..."Maaf, Papa Ben! Bolehkah aku menolak? Aku rasa aku lebih cocok menjadi seorang mekanik," tolak Ethan dengan hati-hati."Kau tidak boleh menolak! Aku menikahkanmu dengan putriku Crystal bukan agar kau bebas melakukan pekerjaan tak berguna itu! Cukup sekali aku memiliki menantu tak berguna. Jangan menjadi Alessandro kedua! Selain itu kalau bukan kau yang akan meneruskan kepemimpinan The Black Roses, lalu siapa lagi?"Ethan sampai men
Benigno sebenarnya heran terhadap apa yang didengarnya dari mulut Marlon. Untuk apa dia ingin membawa orang yang disuruh Ethan untuk menjaga Clarissa dan Crystal?"Papa Ben?" Marlon mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Benigno yang terlihat bingung setelah ia mengucapkan permintaannya."Hmm?""Bagaimana? Apa aku bisa membawa orang ini?" "Terserah padamu saja," jawab Benigno bimbang.Mendengar jawaban Benigno, Marlon pun segera berpaling lagi pada Massimo. "Kau dengar? Kau ikutlah denganku?" perintahnya sambil menekan lebih keras revolver itu ke jidat Massimo.Massimo tersenyum miring. "Ikut denganmu?" gumamnya dengan nada mencibir. "Ya, kenapa? Kau tidak mau? Memangnya kau punya pilihan?" Marlon dengan senyum mengejek membalas cibiran dari Massimo itu."Tentu aku punya!" jawab Massimo dengan senyum penuh arti.Lalu tanpa terduga oleh Marlon dan Benigno, pria itu pun dengan gerak cepat menangkap pergelangan Marlon dan dengan kuat ia mengarahkan senjata revolver itu ke arah
Benigno sebenarnya heran terhadap apa yang didengarnya dari mulut Marlon. Untuk apa dia ingin membawa orang yang disuruh Ethan untuk menjaga Clarissa dan Crystal?"Papa Ben?" Marlon mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Benigno yang terlihat bingung setelah ia mengucapkan permintaannya."Hmm?""Bagaimana? Apa aku bisa membawa orang ini?" "Terserah padamu saja," jawab Benigno bimbang.Mendengar jawaban Benigno, Marlon pun segera berpaling lagi pada Massimo. "Kau dengar? Kau ikutlah denganku?" perintahnya sambil menekan lebih keras revolver itu ke jidat Massimo.Massimo tersenyum miring. "Ikut denganmu?" gumamnya dengan nada mencibir. "Ya, kenapa? Kau tidak mau? Memangnya kau punya pilihan?" Marlon dengan senyum mengejek membalas cibiran dari Massimo itu."Tentu aku punya!" jawab Massimo dengan senyum penuh arti.Lalu tanpa terduga oleh Marlon dan Benigno, pria itu pun dengan gerak cepat menangkap pergelangan Marlon dan dengan kuat ia mengarahkan senjata revolver itu ke arah
Marlon sedang berbicara dengan Benigno di ruang keluarga saat matanya menangkap bayangan seseorang sedang bergerak mengendap di lantai dua."Tunggu, Papa Ben. Apa aku boleh naik ke lantai dua?" tanyanya setengah berbisik.Benigno pun mengernyitkan keningnya, heran kenapa Marlon ingin ke lantai dua. Padahal semisal ia ingin ke toilet pun di lantai bawah juga ada toilet. Telah dua jam Marlon bertandang ke rumahnya atas undangannya sebagai tuan rumah. Mereka juga telah makan siang bertiga, dia, Marlon, dan Arabella dengan mengabaikan teriakan Crystal yang dikurung di kamarnya di lantai dua. Dari ruang tamu, ke ruang makan hingga kini mereka berada di ruang santai keluarga yang dapat melihat dengan jelas ke arah tangga dan koridor atas lantai dua. Itu sebab Benigno heran mengapa di tengah-tengah perbincangan mereka, Marlon tiba-tiba menyela dan minta ijinnya untuk ke lantai atas."Boleh?" tanya pria itu lagi, menanyakan izin dari Benigno.Benigno pun akhirnya mengangguk, sebab Marlon pu
"Massimo!! Tolong!! Tolong aku!" Massimo menajamkan indera pendengarannya ketika ia mendengar suara Crystal seperti berteriak dari arah belakang rumah Benigno."Suara siapa itu? Itu suara nyonya Crystal, kan?" tanya Massimo pada anak buah Benigno yang akan menutup pintu pagar rumah megah itu."Kau salah dengar!" jawab anak buah Benigno itu sambil melanjutkan niatnya untuk menutup pintu pagar."Massssimoo!! Tolong aku?!! Kau mendengarku?" Massimo kembali menatap anak buah Benigno itu dengan pandangan menuduh. Salah dengar katanya? Salah dengar apa? Jelas-jelas itu adalah suaranya Crystal. Memang tidak terlalu nyaring, sebab posisi kamar Crystal berada di lantai dua dengan balkon menghadap samping dan belakang rumah."Itu suara nyonya Crystal," kata Massimo.Anak buah Benigno itu buru-buru merapatkan pintu pagar mendengar kembali suara anak perempuan majikannya itu. Tetapi belum sempat ia mengunci kembali pagar itu, Massimo menahan pagar itu dengan kakinya sehingga yang tadinya pagar
Massimo melihat pada jam tangannya, lalu pandangan pun beralih ke dalam pekarangan rumah Benigno Mensina. Rasanya sudah dua jam Crystal dan Clarissa berada di dalam sana dan sampai saat ini sepertinya belum ada tanda-tanda wanita itu akan keluar dari kediaman ayahnya itu.Apakah istri bosnya itu masih lama di dalam? Sebenarnya berapa lama lagi Massimo akan menunggu? Bagaimana kalau Crystal masih lama, atau sampai malam belum mau pulang juga? Atau bahkan sampai memutuskan untuk menginap di sana? Apa Massimo harus menunggunya dengan hanya duduk di atas sepeda motor seperti ini? Ck! Sungguh menyebalkan istri bosnya ini. Bagaimana bisa capo dei capo tahan dengan wanita seperti itu? Tak henti-hentinya Massimo mengumpat dalam hati. Andai Crystal bukanlah istrinya Ethan, sudah pasti Massimo akan meninggalkan saja wanita itu.Di dalam kamar, Crystal pun sedari tadi tak hentinya berpikir keras agar ia bisa keluar dari kamarnya. Dia telah berteriak-teriak memanggil-manggil Bertha dan bebera
Crystal yang sudah akan melangkahkan kakinya kembali membalikkan badannya saat mendengar seruan dari Benigno. "Ya?" Ia menatap ayahnya tak percaya."Papa bilang, siapa yang mengizinkan kau pergi dari sini?"Crystal mengedip-ngedipkan matanya tak mengerti."Apa maksud Papa berkata seperti itu? Kenapa aku butuh izin untuk keluar dari sini? Aku ingin pulang. Terus terang saja, sebenarnya tadi aku tidak diizinkan oleh Ethan datang kemari. Tetapi karena na aku sangat ingin berbicara dengan papa tentang hubungan keluarga kita, aku sampai memelas-melas minta izin padanya agar memperbolehkan aku datang ke sini. Tetapi Papa lihat ini? Sepertinya hubungan kita tidak dapat dibicarakan lagi. Dan aku tidak mau berpisah dari suamiku. Aku akan ikut dengannya kemanapun dia pergi," kata Crystal.Benigno tertawa kecil, sebelum kemudian akhirnya dia memasang wajah datar dan serius."Aku tidak butuh izin dari siapa pun untuk menahan putriku tetap tinggal bersamaku. Crys, Papa tidak mengizinkan kau untuk
"Crys, apa kau tak bisa berbicara sedikit lebih sopan lagi?" tanya Benigno menjawab perkataan putrinya itu."Untuk apa? Untuk apa aku berbicara lebih sopan pada orang yang berniat merusak hubunganku dengan suamiku. Dan maaf ... Tuan Marlon, apa kau tak punya wanita lain untuk bisa kau kencani sehingga kau harus mendekati ayahku agar bisa menikahi wanita yang telah bersuami? Sungguh kau orang yang seperti itu? Atau apa kau memiliki gangguan disfungsi seksual sehingga kau tidak memiliki kemampuan untuk mendekati wanita lain?" tuduh Crystal dengan nada mengejek."Crystal, aku rasa kau salah paham padaku. Aku sama sekali tidak berniat merusak hubunganmu dengan Ethan. Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Bukan hanya kau, tetapi aku juga tidak begitu terlalu mengingatmu. Kita sebagai tetangga pun hampir tidak pernah bertegur sapa dan aku sangat tahu dengan jelas kalau kau adalah istri dari Ethan dan memiliki seorang putri, jadi tidak mungkin aku berniat seperti yang kau tuduhkan," k
Belum Bertha menjawab pertanyaan Crystal itu, dari arah tangga telah terdengar suara Benigno dan Arabella yang sedang menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Rupanya saat Arabella ingin memanggilkan Benigno tadi, suaminya itu telah siap sedia menyambut tamu istimewa yang mereka undang untuk makan siang.Saat melihat Crystal, Benigno sempat termangu karena putrinya itu ternyata ada di rumahnya tanpa diundang."Sayang, Ben .... aku hampir lupa mengatakan padamu, kalau ada Crystal yang berada datang ke sini. Dia sepertinya sangat dekat sekali dengan ayahnya hingga kamu belum mengatakan apa pun padanya dia seperti telah punya kontak batin untuk datang kemari. Apa ini yang dikatakan jodoh, Ben?" Arabella sambil bergelayut manja di lengan Benigno, tak lupa pula untuk memprovokasi suaminya itu dengan putri semata wayangnya. Sebenarnya Arabella tidak punya niat buruk apa-apa mengatakan itu. Ia hanya ingin mengganggu Crystal saja. Ingin melihatnya marah-marah seperti saat wanita itu itu mas
Crystal tiba di rumah ayahnya, Benigno Mensina diantar oleh Massimo setelah ia mendapat izin dari Ethan. Begitu sampai di depan rumah ia pun segera turun dari sepeda motor matic yang dibawa oleh anak buah suaminya itu. Tak lupa pula ia menurunkan Clarissa."Kau pergilah sekarang, aku sudah berada di depan rumah ayahku saat ini. Jadi kau tak perlu lagi repot-repot menjagaku. Aku akan aman disini," kata Crystal."Tidak bisa begitu, Nyonya. Aku ditugaskan oleh Capo menjaga keselamatan Nyonya dan Clarissa," kata Massimo lagi."Ya Tuhan, sebenarnya apa maumu? Apa yang kukatakan tadi kurang jelas? Aku bilang ini adalah rumah ayahku. Kau tidak lihat ada berapa orang bodyguard ayahku yang berjaga di sana? Mereka semua yang akan menjagaku di sana!" kaya Crystal dengan kesal."Tetap saja aku harus ikut ke dalam, Nyonya. Tugasku adalah untuk mematuhi perintah dari Capo. Memastikan Nyonya selamat sampai kembali lagi ke rumah di Golden Time Residence," kata Massimo."Astaga, kau benar-benar menye