"Sesuatu yang besar? Tadi malam? Apa maksudnya itu?" tanya Ethan pura-pura tidak tahu.Andrew memasang senyum sinis pada Ethan."Owh, ayolah! Jangan berpura-pura padaku. Aku tahu kau sangat peduli pada ayah mertuamu, Benigno Mensina. Dan kau ingin membantunya diam-diam dengan menangkap perampok itu. Aku benar, kan?" kata Andrew dengan nada berbisik meskipun sebenarnya bisikannya itu masih bisa didengar oleh orang-orang yang ada di sana.Ethan melirik pada orang-orang yang sedang berada di sana. Sebagian dari mereka lagi-lagi penasaran pada apa yang sedang di dibicarakan oleh Ethan dan tamu yang baru datang itu. Dan apa kata orang itu tadi? Dia tahu siapa pelakunya? Kalau benar dia tahu siapa pelaku perampokan itu, bukankah itu akan menjadi suatu yang sangat menarik untuk diketahui? Terlebih-lebih bagi seorang Ricardo. Rasanya apapun yang berhubungan dengan Ethan, selama itu adalah hal yang yang berkonotasi negatif dan berpotensi untuk membuat pria itu ditendang dari kasino ini, selam
"Ben, menantumu telah menghianatimu!""Apa? Apa maksudmu?" tanya Benigno tak mengerti.Ethan yang sedari tadi mendiamkan saja Andrew mengatakan segala macam hal di telepon kepada Benigno, kini mulai hilang kesabaran. Ethan berniat ingin merebut ponsel itu, tetapi sayangnya oleh Andrew mengelak, iya menjauhkan diri dari jangkauan Ethan."Eits! Santai, Bro! Ethan, kau kenapa?"Lagi, Ethan berusaha mengambil ponsel Crystal dari tangan Andrew."Andrew, apa yang sedang kau katakan kepada mertuaku? Kau ingin memprovokasi aku dan Papa Ben?" tuduh Ethan tak sabar."Memprovokasi apa? Aku benar kan?""Apanya yang benar? Kau sebelum bicara tolong dipikirlah terlebih dahulu!" kesal Ethan.Di seberang sana Benigno mendengar perdebatan antara Andrew dan Ethan."Hei, sebenarnya apa yang terjadi? Andrew, katakan dengan jelas apa maksudmu kalau Ethan sudah mengkhianatiku?""Begini, Ben. Apa kau tidak punya anak buah atau siapa pun untuk bisa kau cari tahu apa yang terjadi di Palermo tadi malam? Oh ...
" .... temanmu yang bernama Paulo itu ada ditanganku. Kau kenal dia?" Ethan yang telah berbalik badan dengan Crystal yang sedang menggamit lengannya kemudian kini menghentikan langkah kakinya. Oh, ternyata anak buahnya Alfonso itu telah membawa Paulo pada Andrew, batin Ethan.Andrew yang melihat Ethan menghentikan langkahnya semakin yakin kalau Ethan mengenal Paulo, pria yang dibawa oleh Jacob padanya."Paulo, siapa?" bisik Crystal pada Ethan.Ethan tidak menjawab, melainkan menoleh pada Andrew."Paulo siapa?" tanyanya balik."Jangan berpura-pura padaku, Ethan. Aku tahu kalau kau sebenarnya mengenalnya. Kalau kalau ingin tahu bagaimana kondisinya, biar aku beri tahu padamu. Kondisinya tidak baik. Sepertinya dia mengalami penyiksaan dan penganiayaan sebelum dibawa padaku. Kau tidak ingin menyelamatkannya? Atau kau ingin meminta bantuan pada Capo dei Capi lebih dulu?" kekeh Andrew.Ethan berjalan mendekati Andrew."Andrew, aku benar-benar tidak tahu apa yang kau katakan. Tetapi aku me
"Tak bisakah kau memanggilku ayah sekali saja?"Ethan yang mendengar pertanyaan itu diucapkan oleh Diego Bosseli padanya tiba-tiba saja terdiam. Tangannya sedikit mengepal dan gigi gemeretak menahan geram."Ayah? Siapa yang kau maksud ayah? Dirimu? Dan kau berharap aku memanggilmu seperti itu? Tuan Bosseli, aku sudah pernah mengatakan padamu, jangan pernah menganggap aku atau Alessandro adalah putramu. Bukankah kau yang telah mencampakkan aku, ibuku dan kakakku? Bahkan saat aku masih dalam kandungan ibuku. Saat kakakku Alessandro masih sangat butuh-butuhnya figur seorang ayah. Dan yang paling menyedihkan adalah kau dan demone del cielo juga adalah penyebab dirinya tewas, anak kandungmu sendiri! Setelah semua itu, kau masih ingin kupanggil ayah?" Amarah dalam diri Ethan begitu meletup-letup seakan ingin keluar membuncah dari dalam dirinya. Dan Diego Bosseli hanya bisa menahan napas, rasanya sulit meraup oksigen kala kenyataan pahit itu dibeberkan kembali oleh darah dagingnya sendiri.
Benigno termangu setelah beberapa saat sambungan telepon antara dia dan putrinya Crystal terputus setelah ia berbicara dengan Andrew Bosseli tentunya.Kata-kata Andrew itu masih terngiang-ngiang di telinganya. Semua yang dijabarkan oleh Andrew tentang kecurigaannya terhadap Ethan dan capo dei capi itu membuatnya antara percaya dan tidak percaya."Tuan Ben, apa kita berangkat sekarang?" teguran Jordy membuatnya tersadar dari lamunannya."Ah, ya! Sebelumnya kita datangi dulu Arabella, Jordy. Aku mengkhawatirkannya," kata Benigno sambil berdiri dari tempat duduknya."Baik, Tuan." Jordy pun berjalan mengikuti Benigno menuju mobil yang sudah siap berangkat dari tadi. Benigno tanpa perlu dibukakan pintu mobil pun langsung masuk dan duduk di kursi depan, samping kemudi."Jadi kita ke Via Denaro sekarang, Capo?" tanya Jordy."Hem." jawab singkat dari Benigno.Lalu mobil yang disetir oleh Jordy itupun melaju di jalanan kota C menuju ke Via Denaro, tempat orang tua angkat Arabella berada.Di p
"Arabella mengandung?" gumam Benigno.Pria berusia jelang kepala enam itu terperangah mendengar kata-kata Margaretha.Margaretha mengangguk."Arabel, kenapa kau tak mengatakan apa-apa padaku?" tanya Benigno pada Arabella yang sedang duduk sambil memalingkan wajahnya."Memangnya apa yang harus kukatakan?" tanya Arabella. "Meski aku mengatakannya memangnya akan ada yang berubah? Anakku tetap saja tak pantas menyandang nama belakang Mensina."Arabella terlihat sedih mendengar ucapannya sendiri."Hei, kenapa kau berkata seperti itu?""Karena memang begitulah adanya. Aku ini bukan perempuan baik-baik, Ben. Mana mungkin aku berani menuntutmu untuk mengakui anak ini, hmmm? Crystal pasti akan membunuhku. Aku yakin itu!" "Crystal tidak seburuk itu, Arabella. Yah, walaupun untuk beberapa hal aku sepakat kalau sering kali memang kata-katanya terlalu kasar padamu. Aku sebagai ayahnya meminta maaf padamu. Aku tidak bisa mendidiknya dengan baik. Kau tahu sendiri dia ditinggalkan oleh ibunya ketika
"Apa maksud anak itu, Arabel?" tanya Benigno pada kekasih sekaligus calon istrinya itu.Arabella memutar keras otaknya untuk berpikir."Organisasi Ethan apa yang dimaksud oleh gadis itu?" tanya Benigno.Arabella mengangkat pundaknya."Entahlah. Aku pikir anak itu mungkin hanya salah paham pada Ethan," kata Arabella berdalih.Ia telah berjanji tidak akan mengatakan rahasia besar Ethan kepada siapa pun, meski itu kepada Benigno."Salah paham bagaimana?" desak Benigno. Dan mau tidak mau sambil berjalan menuju ke bawah, ke tempat mobil Benigno diparkir, Arabella pun terpaksa menceritakan kejadian saat Ethan mengantarnya beberapa waktu yang lalu. "Jadi Ethan berkelahi dengan orang-orang yang menganggu anak itu dengan ayahnya?" tanya Benigno.Arabella mengangguk."Ya, begitulah. Mungkin itu sebabnya Diana mengira kalau Ethan juga memiliki organisasi mafia. Ya, itu dikarenakan orang-orang yang dilawan Ethan waktu itu adalah orang-orang dari kelompok mafia juga," kata Arabella memberi tahu.
Crystal melempar tasnya ke ranjang dengan hati dongkol. Jangan ditanya bagaimana kesalnya dia saat ini. Mengetahui kalau ayahnya membawa lagi Arabella ke rumah ini, itu saja sudah menjadi satu alasan bagi Crystal untuk marah-marah.Apalagi dengan berita terrrr ... terrr .... menggelikan sekaligus mengesalkan seperti ini, Crystal pun auto jengkel, dongkol yang tak bisa diungkapkannya seperti saat ini."Bagaimana bisa? Bagaimana bisa?" kesalnya sambil bersungut-sungut. Ethan yang menyusul masuk ke kamar mereka yang berada di lantai dua itu, hanya bisa melihat dan mendengar Crystal uring-uringan tak jelas. Wanita itu berjalan mondar-mandir di sepanjang kamar sambil menggerutu dan mengomel. "Ya Tuhan, ini tidak mungkin!!" ratap Crystal seperti seseorang yang baru saja mendapat musibah terbesar dalam hidupnya.Ethan berusaha tidak mempedulikan tingkah laku istrinya itu. Sebab Ethan tahu, jika dia mengajak Crystal untuk berbicara apalagi mencoba membujuknya alhasil itu adalah sesuatu yang
"Kami sudah cari tahu, Capo. Mungkin informasi ini akan sedikit mengejutkan Capo," kata anak buah yang ditanyai oleh Ethan itu.Ethan mengernyitkan keningnya sejenak."Mengejutkan? Oh, ya? Memangnya apa itu? Coba jelaskan padaku. Siapa sebenarnya Marlon Huston itu," perintah Ethan penasaran."Marlon Huston adalah seorang mafia di Brooklyn, New York City. Ibunya adalah seorang wanita yang berkebangsaan Amerika Serikat, sementara ayahnya berkebangsaan Italia. Dia dan Sharon adalah saudara kembar yang lahir dan menghabiskan masa kanak-kanaknya di Sisilia. Setelah mereka remaja oleh orang tuanya mereka pun dibawa ke Brooklyn karena kasus Diego Bosseli tertangkap oleh polisi dan dipenjara," kata anak buah Ethan melaporkan.Benar kata anak buahnya itu. Dia terkejut mendengar nama Diego Bosseli terseret dalam kasus ini."Murillo, sepertinya memang benar kau membuatku terkejut. Jadi, sekarang Katakan padaku, apa hubungannya Diego Bosseli dengan ini semua?" tanya Ethan lagi pada anak buahnya y
"Itu dia!" tunjuk salah seorang bodyguard yang berjaga di depan Mensina Casino.Ya, pandangan mereka saat ini sedang tertuju pada Ethan yang baru saja keluar dari mobil Lamborghini Aven tador yang baru saja terparkir ditempat parkir khusus direksi.Ethan melangkahkan kaki mendekat pada dua orang bodyguard itu. Keduanya langsung mencegat Ethan. Tadinya Ethan pikir kedua bodyguard itu melakukan itu adalah untuk memeriksanya sesuai prosedur sebelum ia diperkenankan untuk masuk ke dalam.Ethan mengangkat tangannya, tetapi kedua pria itu sama sekali tidak mempedulikannya. "Tuan Ethan, anda dilarang oleh Tuan Benigno untuk datang ke sini. Katanya anda sudah dalam proses pemutusan hubungan kerja. Tuan Benigno melarang Anda untuk bekerja lagi di kasino," kata salah seorang bodyguard.Ethan terhenyak, terpaku sejenak lantas tertawa."Oh, ya? Tidak boleh kenapa? Memangnya punya masalah apa di kasino ini?" tanya Ethan."Entahlah, kami kurang mengerti tentang hal itu, Tuan Ethan. Tapi yang pasti
"Apa kau sudah gila? Kenapa kau bersikap seperti itu, Marlon. Kau sangat gegabah. Kalau begini caranya, bagaimana kita bisa menjalankan misi balas dendam padanya. Kau bahkan sudah memberi tahu lebih dulu kalau kau adalah musuhnya alih-alih kau menyiapkan rencana dengan matang. Sebenarnya ada apa denganmu?" Marlon hanya bisa mendengarkan ocehan Sharon yang terlihat kesal itu dengan wajah menahan geram."Marlon!!!" jerit Sharon dengan kesal. "Kenapa kau bersikap menyebalkan seperti ini?!"Perlahan Marlon merapikan meja tamu yang tadi sempat menjadi media bagi dirinya dan Ethan untuk saling menyerang."Diamlah, Sharon. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Setidaknya aku tidak akan bersembunyi dalam identitas seperti dia yang hanya seorang pengecut!" "Tapi kau terlalu gegabah. Dia bukan orang yang bisa kau anggap remeh. Bagaimana pun dia adalah Capo dei Capi yang di tangannya ada kekuasaan tak hanya di Sisilia tapi juga mewakili Italia. Jika dia sudah bergerak mengerahkan organisasiny
"Marlon, sebenarnya apa maksudmu?" geram Ethan.Kalau bukan karena Clarissa ada di pangkuannya saat ini, Ethan sudah pasti akan mencengkram leher Marlon dan membenturkan nya ke tembok detik itu juga."Kau tahu apa maksudku. Ethan, jangan sok suci!" maki Marlon."Aku sungguh tidak mengerti maksudmu. Jelaskan apa yang ingin kau katakan. Jangan bermain tebak kata denganku!" "Hahaha .... capo dei capi, ketua dari semua ketua. Kau merasa dirimu seperti tanpa dosa heh? Lalu, kau datang ke sini dengan maksud mengintimidasiku tanpa alasan?""Tanpa alasan katamu? Aku justru sangat punya alasan untuk mendatangimu ke sini. Kau tahu banyak tentang aku dari mana, hmm? Dan ... kau sendiri mengantar istriku ke Mare Nostrum Hotel. Marlon, sebenarnya siapa dirimu?" tanya Ethan dengan nada penuh penekanan.Marlon tertawa terkekeh mendengar pertanyaan Ethan itu. "Mungkin kau terlalu banyak musuh hingga kau menjadi paranoid terhadap semua orang. Apa aku benar, Tuan Trovatelli?""Katakan sejujurnya, se
Dari balkon rumah Huston, Marlon sedang menatap tetangga berseberangan rumah dengannya itu. Ada Ethan dan Clarissa yang sudah berada di pagar kayu rumah dengan suasana homey itu. Terlihat Ethan menatap tajam Marlon tanpa kedip sambil menggendong Clarissa. Pandangan matanya seakan menuding dan ingin menyerang pria itu hidup-hidup. Marlon melihat Ethan sedang berbicara pada Clarissa dan juga menunjuknya. Agaknya Marlon bisa melihat dari gesture Ethan kalau dia sedang ingin berkunjung ke rumah mereka.Sharon yang kebetulan saat itu sedang berada di rumah, mencari Marlon di balkon karena ada yang ingin dia tanyakan perihal kematian baby sitter Clarissa. Ia baru saja melihat berita di televisi kalau telah terjadi pembunuhan di Mare Nostrum Hotel."Marlon, apa kau ....""Sepertinya kita akan kedatangan tamu, Sharon. Persiapkan dirimu," kekeh Marlon bahkan sebelum adiknya itu selesai mengucapkan apa yang ingin dia katakan."Tamu?" Sharon mengernyitkan dahinya tak mengerti. Lalu ia pun me
"Kau benar-benar menempatkan bodyguard di rumah kita?" tanya Crystal tak percaya. Bagaimana tidak? Setelah mereka memutuskan untuk pulang hari itu juga dari Mare Nostrum Hotel, begitu sampai di Golden Time Residence, pemandangan pertama yang ia lihat adalah adanya tiga orang yang berjaga di teras rumah."Aku sudah bilang padamu, Crys. Mereka itu bukanlah bodyguard. Mereka hanya teman-temanku," jawab Ethan."Teman-teman bagaimana maksudmu? Maksudmu mereka ini anak buahmu?" tanya Crystal dengan tanpa basa-basi."Crys, sebaiknya kita bicarakan ini lagi nanti di dalam," kata Ethan.Meski ia adalah bos dari para anak buahnya itu, tetapi dengan sikap Crystal yang seperti keberatan dengan kehadiran mereka berada di rumah ini, Ethan pun sedikit banyak merasa tak enak hati pada anak-anak buahnya."Nyonya benar. Kami adalah anak buah dari Capo Ethan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya jika Nyonya merasa terganggu dengan kehadiran kami di sini. Tetapi kami benar-benar harus menjaga Capo dan ke
"Apa maksudmu tidak mau meninggalkan Crystal? Kau pikir hanya karena kau tidak mau lantas aku tidak bisa memisahkan kalian? Kau telah banyak membohongi Crystal. Aku rasa alasan itu cukup bagi hakim untuk meloloskan permohonan cerai putriku padamu." Benigno tidak mau kalah membalas menantunya itu."Papa!! Apa maksud Papa? Siapa yang bilang aku ingin berpisah dari Ethan! Tidak! Tidak sama sekali. Aku sudah bilang tadi, Ethan adalah ayah dari putriku, Papa. Dia ayah dari cucunya Papa! Kenapa Papa tidak mengerti?" sela Crystal."Crys! Kau Papa asuh dan besarkan selama ini hanya seorang diri bukan berarti Papa berharap kau akan menjadi anak yang pembangkang seperti ini. Kau tidak ingin siapa yang ada di masa sulitmu saat kau mengandung Clarissa? Ok, Papa tidak akan menanyakan bagaimana prosesnya hingga kau dan Ethan terjebak dalam situasi yang membuat kau mengandung Clarissa dan bagaimana bisa jadi Alessandro yang bertanggung jawab atas semuanya. Baiklah kita abaikan masalah itu dahulu, k
Di luar kamar hotel itu, Ethan sedang mendengarkan pembicaraan Crystal dan Benigno dengan seksama. Ia tadi ingin masuk namun melihat Jordy sedang berada luar, ia bisa menyimpulkan sendiri kalau di dalam kamar ada Benigno, mertuanya."Kau bercanda? Bagaimana bisa Ethan adalah ayah kandung dari Clarissa? Apa ini adalah akal-akalanmu agar Papa tidak menyuruh kau dan Ethan untuk bercerai?" tanya Benigno curiga."Tidak, Papa. Itu adalah sebenarnya yang terjadi. Papa bisa menyuruh Ethan untuk melakukan lagi tes paternitas antara Clarissa dan Ethan," kata Crystal dengan sendu.Benigno yang tadi berdiri sampai duduk terhenyak di atas ranjang."Tetap saja! Kau harus ikut ke rumah Papa, suruh Ethan menyelesaikan lebih dahulu urusannya dengan kematian Anna ini. Papa tidak mau kalau sampai terbawa-bawa dalam kasus ini," kata Benigno."Aku akan membereskan masalah ini dengan meminimalkan keterlibatan Papa dalam hal ini."Ethan tiba-tiba saja muncul dan masuk ke dalam kamar bergambar 909 itu. Ben
"Papa!!!" seru Crystal saat melihat Benigno datang bersama Jordy.Wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu langsung menghambur ke pelukan Benigno. Bagaimana tidak Crystal tak melakukan itu. Baginya Benigno adalah segala yang dia punya. Meski sekarang sudah ada Ethan, namun ketika dia ditimpa masalah seperti ini, pelukan sang ayah adalah satu diantara yang paling bisa membuat dia merasa nyaman.Benigno membalas pelukan putrinya itu. Crystal memang adalah putrinya yang menyebalkan. Namun tetap saja statusnya sebagai ayah ketika melihat putrinya terluka atau mendapat masalah, dia tidak bisa tinggal diam."Kau dan Clarissa tak apa-apa, Crys?" tanya Benigno.Crystal menggelengkan kepalanya. Perlahan dia melepaskan pelukannya."Papa kenapa ada di sini? Siapa yang memberi tahu? Bukannya harusnya saat ini Papa sedang berada bersama Arabella?" tanya Crystal sendu.Ia menghapus setitik air mata yang menggantung di pelupuk matanya."Kau ini bodoh atau apa? Apa ada yang lebih penting bagi seora