Beranda / Urban / Menantu Tak Ternilai / Noval Di Ular Piton

Share

Noval Di Ular Piton

Penulis: Falisha Ashia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-05 08:23:55

Setelah mendapatkan alamat di mana Alexa diculik, James dan Amy langsung berangkat menuju ke tempat itu.

Tidak lupa James menghubungi beberapa preman yang selama ini bekerja sama dengannya untuk mengurus tentang masalah kekerasan agar datang membantu membebaskan Alexa.

"Apakah Alexa bisa diselamatkan?" tanya Amy.

"Tentu saja bisa. Kamu tenang aja kalau aku yang akan berusaha sekuat tenaga untuk membebaskannya. Aku juga sudah menghubungi anak buahku untuk ikut membantu," kata James.

"Kalau dia meminta tebusan uang yang banyak, bagaimana?"

Walaupun James adalah tipikal orang yang sangat teliti dengan uang, tapi untuk masalah kali ini dia berani membayar mahal jika memang penculik itu menginginkan tebusan uang.

"Aku akan memberikan berapa pun yang dia inginkan. Tenang saja aku memiliki banyak uang," kata James.

Amy menganggukkan kepalanya seraya mengelus pipi pria itu.

Setelahnya Amy menghubungi Sintia untuk mengabarkan masalah diculiknya Alexa. Dari orang-orang terdekat Alexa yang dihub
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menantu Tak Ternilai   Berpura-pura

    Bastian menepati janjinya. Syukurlah, batin Livy. Ia merasa tenang karena kini ada yang menjaganya. Seharusnya aku bercerita dari awal, bukannya malah langsung menemui pria kotor ini.Livy masih tersenyum lega memandang Bastian, yang langsung menyapu pandangan ke seisi ruangan, hingga tatapannya terkunci pada Livy. Wanita yang telah membuatnya khawatir.Untung kamu tidak kenapa-napa, Livy, pikir Bastian sambil berjalan mendekat. Livy adalah anak buahnya, dan dia tidak akan membiarkan Wagner menyentuhnya.“Livy?” sapa Bastian, seolah baru menyadari kehadirannya. Ia menyipitkan mata, menatap tiga pria yang berdiri tak jauh dari tempat duduk Livy. Ia hanya mengenali Wagner. Siapa dua orang di dekat Wagner? Apa yang mereka lakukan di sini? pikirnya, mengkhawatirkan kemungkinan buruk jika ia datang terlambat.Sementara Bastian masih berbasa-basi, di sudut lain, Wagner sangat terkejut melihat kedatangan Dominic Bastian yang tiba-tiba. Ia bahkan langsung berdiri saat Bastian masuk.Sialan! B

  • Menantu Tak Ternilai   Tetap Tenang

    ​“Maafkan aku, Bastian. Aku tidak bermaksud pergi tanpa memberitahumu. Aku hanya ingin menyelesaikan ini sendirian,” ujar Livy, menunduk karena merasa bersalah sekaligus gentar menghadapi tatapan tajam Bastian.​“Menyelesaikan masalah apa, Livy? Kenapa kamu tidak terbuka?” desak Bastian. Ia menggeleng. “Jangan bilang ini hanya masalah keluarga. Aku mengenalmu, Livy. Masalah keluarga tidak akan membuatmu lari dari markas begitu saja.” Ekspresi tidak percayanya mengeras, menduga kuat ini berhubungan dengan video itu dan ketegangan di antara mereka.​“Kamu benar, Bastian. Ini bukan masalah keluarga, tapi Wagner,” balas Livy, menyebut nama itu dengan nada berat. Ia berharap kejujuran akan membuat Bastian mengerti alasan tindakannya.​“Wagner? Masalah apa dengannya? Jangan-jangan kamu punya hubungan dengan laki-laki itu?” tanya Bastian, bingung. Ia hanya sekilas pernah mendengar nama Wagner.​“Tidak! Sama sekali tidak ada hubungan! Hanya saja, dia tadi menghubungiku. Katanya dia ingin bert

  • Menantu Tak Ternilai   Datang Tepat Waktu

    "Benarkah? Tapi jika punya masalah keluarga, kenapa dia tidak memberitahuku? Setidaknya kita bisa ikut membantu menyelesaikannya," tanya Bastian, berbicara lebih pada dirinya sendiri.Mey menjawab, "Mungkin Livy tak mau merepotkan kita, Tuan Dominic. Saya hanya menyarankan dia segera pulang.""Aku merasa masalah Livy bukan sekadar masalah keluarga. Mungkin lebih berat," ucap Bastian, kecemasan menguasainya.Kenapa pemikiran Tuan Dominic sama persis dengan Noel? batin Mey, menatap Bastian aneh.Bastian tak lagi memedulikan Mey. Ia merogoh saku celana, mengambil ponsel. Setelah menemukan kontak Livy, ia mencoba menghubungi."Sial! Kenapa tak diangkat," gerutu Bastian saat panggilan pertamanya gagal. Panggilan kedua pun tak terjawab. Raut wajahnya berubah gelap."Ada apa, Tuan Dominic?" tanya Mey khawatir."Livy. Sudah dua kali kuhubungi, tak dijawab," jawab Bastian."Bukankah dia pulang ke rumahnya?""Tidak. Perasaanku sangat tidak enak. Aku yakin Livy sedang dalam bahaya."Saat itu, Ch

  • Menantu Tak Ternilai   Bantuan Dari Mey

    ​"Aku tidak selingkuh, Noel! Kenapa kamu masih saja tak percaya!" seru Livy, keputusasaan bercampur kesal yang membakar tenggorokannya. Ia tahu mustahil menjelaskan masalah Wagner yang sedang ia hadapi tanpa membongkar seluruh kebohongannya.​"Kalau begitu, berikan ponselmu!" Noel bersikukuh, matanya menuntut. "Aku mau lihat, kamu benar-benar berselingkuh atau tidak?"​Livy begitu kesal sekaligus ketakutan. Memberikan ponsel berarti menyerahkan bukti perselingkuhannya dengan Bastian, dan itu akan meledakkan segalanya. Pesan ancaman Wagner masih ada di sana.​"Berikan ponselmu!" seru Noel, tangannya bergerak cepat, berusaha merebut benda pipih itu.​Livy mencengkeram ponselnya sekuat tenaga. Wajahnya memucat. Aku tak bisa di sini terus. Akan berbahaya jika Noel bisa merebut ponselku. Aku harus segera pergi.​Di ruang tengah, Mey samar mendengar teriakan dan suara gaduh dari kamar Noel. Setelah ragu sejenak, ia memutuskan untuk menghampiri. "Biar saja mereka berpikir aku ikut campur," g

  • Menantu Tak Ternilai   Noel Curiga

    'Wagner, aku sudah bertanya, hal penting apa? Jawab, atau ini buang-buang waktu.'Livy mendengus kesal. Pria itu sungguh menyebalkan.'Waahhh … sudah berani kamu padaku, Livy? Aku bisa saja menghancurkanmu dalam waktu sekejap.'Apa yang dia punya sampai berani-beraninya mengancamku? pikir Livy, jarinya berhenti di atas layar.'Punya apa kamu sampai mengancamku? Menghancurkanku dalam sekejap? Jangan mimpi, Wagner.'Di seberang sana, Wagner tertawa. 'Kamu terlalu percaya diri, Livy. Aku benar-benar akan menghancurkanmu jika tak menuruti perkataanku. Apa kamu tak tahu jika aku tahu tentang skandalmu dengan Bastian?''Apa maksudmu?' Livy membalas cepat.'Menarik, ya?' Wagner memancing.'Tak perlu berbasa-basi, Wagner. Katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan denganku di hotel!''Oke, akan aku katakan padamu. Aku ingin membicarakan masalah skandalmu dengan Bastian.'Akhirnya Wagner memberitahukan tujuannya.'Satu lagi, jangan beritahu siapapun kalau aku dan kamu akan bertemu di hotel. Ka

  • Menantu Tak Ternilai   Rencana Yang Gagal

    "Kita kembali ke markas sekarang!" tegas Diego.Para pasukan serentak menjawab, "Baik, Tuan." Mereka segera masuk ke mobil yang sudah menunggu. Kewaspadaan mereka tak berkurang; ancaman serangan Bernard terasa dekat. Mereka tahu, kelengahan sekecil apa pun bisa menjadi celah bagi musuh.Sementara Diego dalam perjalanan, di markas, seseorang tengah didera kekesalan. Bastian, duduk di kursi ruang tengah, terlihat sangat geram. Ia baru saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Ternyata dia tak semudah itu untuk disingkirkan," ucap Bastian lirih, memijat keningnya yang berdenyut pusing.Master Lee, Antoine, dan yang lainnya duduk tegang di ruangan yang sama."Ada apa, Bastian? Masalah apa?" tanya Master Lee, melihat raut wajah Bastian menahan amarah."Anak buah Bernard mengikuti Brigit saat keluar dari Big Dom Corp," jawab Bastian, raut kekhawatiran terlihat jelas."Lalu, apa yang terjadi, Tuan Dominic?" kali ini Antoine yang bertanya."Aku mengirimkan pasukan tambahan satu mobil untuk me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status