author-banner
Falisha Ashia
Falisha Ashia
Author

Novels by Falisha Ashia

Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!

Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!

Terbangun sebagai pangeran yang terusir, Raka membangun kekuatan dari desa bersama istri-istrinya serta para pengikut setianya demi merebut kembali tahta dan kerajaan mereka. Namun, menjelang perang, para istrinya khawatir; jika Raka gugur, garis keturunan Bharaloka akan punah. Dengan tekad membara, Raka berkata, “Aku pastikan kalian semua akan mengandung anakku!”
Read
Chapter: Ini Adalah Awal
Raja Wicaksana tersentak di kursinya, tatapannya terpaku pada pintu kayu yang baru saja menelan dua pengawal terakhirnya. Pikirannya dipenuhi gambaran efisiensi iblis Rajendra.“Bodoh!” geram Raja Wicaksana, suaranya parau, dipenuhi rasa frustrasi dan teror yang mematikan. “Mereka mencari ke mana?! Rajendra ada di sini! Di Istana! Dia ada di luar pintu ini! Aku dikepung!”Baru saja kalimat itu keluar dari mulutnya, Rajendra mengirimkan pesan yang jauh lebih mengerikan dari sekadar teriakan.BRRUUUUK!Sebuah benda tumpul dan berat dilempar keras ke lantai menara. Benda itu menggelinding ke depan Raja Wicaksana yang sedang duduk.Raja Wicaksana menatap benda itu dengan mata melebar. Itu adalah kepala manusia. Wajahnya sangat ia kenal—itu adalah kepala pengawal yang baru keluar tadi untuk memeriksa! Wajahnya kaku dengan ekspresi ketakutan yang abadi, matanya terbuka lebar seolah melihat neraka sebelum mati.Raja Wicaksana menjerit. Teriakan itu bukan teriakan Raja, tetapi jeritan ngeri s
Last Updated: 2025-09-30
Chapter: Teror Dari Rajendra Datang
Tama tersenyum lebar. Keputusan Rajendra untuk berbalik dan menggunakan pasukan pengejar sebagai perisai adalah strategi yang brilian, menghidupkan kembali harapan dan optimisme di tengah tim kecil itu.“Itu benar, Yang Mulia,” kata Tama, suaranya dipenuhi semangat yang membara. “Kita akan menjadi pemburu Raja. Bukankah ini jauh lebih menyenangkan daripada melarikan diri seperti tikus?”Ekspresi optimis terpancar di wajah Tama. Ia sangat percaya diri bahwa momen balas dendam terhadap Raja Wicaksana akan segera tiba. Bahkan, di dalam hatinya yang paling dalam, Tama telah bersumpah:Jika Yang Mulia Rajendra ragu untuk mengambil nyawa tiran itu, aku sendiri yang akan melakukannya. Kehormatan Putri Ayana adalah kehormatan seluruh pasukan Rajendra!Surapati mendekat, pandangannya dingin dan fokus. “Kita bergerak sekarang, Yang Mulia?” tanyanya. “Kita lewat jalur belakang. Jika masih ada kelompok kecil yang tertinggal di belakang, kita habisi saja satu per satu. Kita harus membuat jalan yan
Last Updated: 2025-09-30
Chapter: Balik Membalas
Kemarahan Rajendra menular. Bukan hanya urat di lehernya yang menegang, tetapi juga suasana di sekitar mereka. Kata-kata Ayana tentang pemukulan itu adalah minyak yang disiramkan ke api kebencian yang sudah membara.Bukan hanya Rajendra dan Ranjani yang tersulut. Tama yang mendengarkan di belakang ikut mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Surapati, meskipun wajahnya kaku, matanya berkilat mematikan.Bahkan Sarno, bocah jalanan yang baru beberapa jam mengenal mereka, ikut merasakan amarah yang sama. Ia melihat bagaimana seorang wanita bangsawan diperlakukan seperti pengemis, sama hinanya dengan ibunya yang sakit di rumah.“Aku tidak terima!” geram Tama, maju selangkah. “Kalau mau kembali lagi, masih keburu, Yang Mulia! Raja Wicaksana pasti masih lumpuh dan terikat di Menara! Kalau mau, kita bergerak sekarang dan habisi dia!”“Ya, saya akan mengantarnya agar bisa lebih cepat sampai!” seru Sarno, matanya dipenuhi tekad balas dendam. “Saya tahu jalan yang lebih cepat dari Jalan Naga Bu
Last Updated: 2025-09-30
Chapter: Dipaksa Membunuh
Suara alarm Istana yang menggelegar kini terdengar jauh, tertelan oleh labirin permukiman padat di pinggiran Kerajaan Widyaloka. Udara subuh terasa dingin di kulit, namun adrenalin dalam darah mereka membuatnya terasa seperti api.Rajendra merangkul Ayana, tubuhnya yang lemah bersandar erat padanya. Sarno memimpin jalan dengan kecepatan dan keahlian yang mengagumkan, sementara Surapati dan Ranjani menjaga bagian belakang, mata mereka tajam mengawasi setiap gang yang mereka lewati.Setelah berlari beberapa ratus meter dari area kumuh, Sarno berbelok tajam ke sebuah jalan setapak yang dikelilingi kebun kecil. Jalanan ini mulai ramai dengan warga yang bersiap pergi ke pasar.“Berhenti!” seru Rajendra tiba-tiba.Semuanya langsung berhenti, menatap Rajendra dengan bingung. Sarno bahkan tersentak, mengira ada pengejar.“Ada apa, Yang Mulia?” tanya Ranjani, tangannya memegang gagang pedang.Rajendra melepaskan pelukannya pada Ayana sejenak, mengambil napas dalam-dalam.“Kita sudah berada di
Last Updated: 2025-09-30
Chapter: Menyelamatkan Ayana
Mereka bersembunyi di sudut gelap lantai dua menara yang kosong, tepat di seberang Pintu Besi yang mengunci Ayana. Lantai di bawah mereka menyimpan Kapten Wasesa dan beberapa pengawal elit yang terikat dan dibungkam, umpan yang siap dimakan.“Dia datang,” bisik Ranjani, matanya yang tajam melihat pantulan cahaya obor yang bergerak cepat di halaman luar.Detik-detik berikutnya terasa seperti berjam-jam. Mereka mendengar langkah kaki yang berirama, semakin mendekat, bersamaan dengan suara denting logam yang familier.“Siapkan diri,” Rajendra mengeluarkan perintahnya, suaranya serak namun tegas.Ia menggenggam erat pedangnya, sementara tangan kirinya sudah merogoh saku, memastikan Kunci Besi pertama aman. “Ingat rencana: fokus utama adalah kunci... kunci kedua yang ada di tangan Raja Wicaksana.”Suara derit pintu kayu lantai dasar memecah keheningan. Raja Wicaksana telah masuk.Langkah kaki yang mantap, berwibawa, namun juga menunjukkan urgensi, terdengar menaiki tangga kayu yang tua. Ta
Last Updated: 2025-09-30
Chapter: Ide Nekat
Rajendra tidak memberikan waktu bagi Kapten Wasesa untuk menyesuaikan diri dengan kegelapan. Teriakan Kapten Wasesa yang keras itu adalah peringatan yang bisa menarik perhatian, dan Rajendra tidak akan membiarkan itu terjadi.“Sekarang!” teriak Rajendra.Kapten Wasesa melompat maju, pedangnya memancarkan kilatan perak. Dia kuat, didukung oleh pelatihan keras Naga Merah khas Widyaloka, tetapi gerakannya lambat dan terprediksi di mata Rajendra.Di mata Rajendra—atau lebih tepatnya, Raka—mantan perwira polisi dari dunia modern, gerakan Kapten Wasesa hanyalah pola yang sudah usang. Rajendra bergerak menggunakan insting bela diri modern yang dilatih untuk melumpuhkan target secepat mungkin.BUUK!Rajendra tidak menggunakan pedang. Ia menggunakan tangan kosong. Ia merunduk di bawah ayunan pedang Kapten Wasesa, menangkis bilah itu dengan sarung lengan, dan melancarkan pukulan siku cepat ke ulu hati Kapten Wasesa.Kapten Wasesa terhuyung. Sebelum ia bisa bernapas, Rajendra sudah ada di belaka
Last Updated: 2025-09-29
Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku

Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku

Istriku menginginkan hal yang tak pernah kubayangkan. Dia memintaku untuk memenuhi hasrat gilanya. Awalnya aku benci. Aku marah. Tapi setiap kali ia menatapku dengan mata penuh gairah, setiap bisikannya di telingaku membuatku panas. Dan secara perlahan ... aku mulai menginginkannya juga.
Read
Chapter: Aku Akan Paksa
Lagi-lagi pertanyaan Amanda itu membuatku terdiam. Bukan karena aku tak tahu harus menjawab apa, tapi karena aku takut. Ya… takut kalau satu kata yang salah bisa menyalakan api cemburu. Meskipun dia meminta fantasi itu, tapi bukan berarti dia ingin aku pacaran dengan wanita lain.Dia menatapku tanpa berkedip, dengan ekspresi datar tapi tajam seperti sedang membaca isi hatiku.Aku menelan ludah, mencoba memaksa bibirku untuk bergerak.“Iya... ini dari Bu Livia,” jawabku akhirnya, jujur tapi dengan nada hati-hati. “Dia cuma nanya, aku masih bangun atau udah tidur.”“Katanya tadi pesan kerjaan?” suaranya pelan, tapi dingin.“Ya, kan ini dari Bu Livia. Pasti, nanti juga akan bahas tentang kerjaan,” jawabku.Alis Amanda naik sedikit. “Dia cuma nanya itu aja?”“Iya,” jawabku cepat. “Mungkin mau bahas soal kerjaan, atau urusan kerajaan. Nggak ada apa-apa.”Amanda menunduk sejenak, lalu berbalik menuju lemari pakaian.Aku sempat menghela napas lega, tapi belum sempat benar-benar tenang, ponse
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Desakan Amanda
Pertanyaan Amanda barusan seperti pisau yang menggores pelan tapi dalam.“Apa kamu pengen karena membayangkan tubuh Livia… atau karena tadi lihat Mama cuma pakai handuk?”Aku terdiam.Sumpah, aku ingin membantah, tapi lidahku seperti terikat. Gambar Lydia dengan handuk yang menempel di kulitnya masih berputar di kepala—begitu pula bayangan samar tentang Livia, dengan senyum tenangnya yang kadang bisa membuat siapa pun kehilangan arah.Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan bara yang sudah naik ke dada.“Amanda,” kataku akhirnya, nada suaraku terdengar lebih tajam dari yang kumaksud, “kamu jangan mikir yang aneh-aneh! Nggak ada hubungannya sama mereka!”Amanda menatapku lekat-lekat, tidak mundur sedikit pun. “Lantas?” tanyanya dingin.“Kalau bukan karena mereka, lalu karena apa kamu bilang lagi pengen?”Aku mendesah pelan, lalu melangkah setengah mendekat.“Aku tergoda karena kamu, Amanda. Mana ada cowok waras yang nggak tergoda ngelihat tubuhmu kayak gini?”Senyum samar terbit
Last Updated: 2025-10-22
Chapter: Membuka Baju Di Hadapanku
Amanda menatapku lama, seolah ingin membaca isi kepalaku. Tatapan itu tajam tapi lembut, seperti pisau yang dibalut sutra.Dia mengangkat alis, lalu tersenyum samar. “Iya, Livia memang cantik,” katanya akhirnya. “Kenapa? Kamu menyukainya?”Aku menatapnya balik. “Ini bukan masalah suka atau nggak suka,” ujarku pelan. “Tapi ini tentang keinginanmu itu.”Senyumnya menipis, tapi matanya justru berkilat. “Jadi… kamu sudah mulai memikirkannya?” tanyanya, suaranya terdengar nyaris seperti bisikan, tapi ada gairah terselubung di baliknya.Aku menghela napas. “Tentu saja. Kamu yang memaksaku memikirkan hal itu. Bahkan sampai mengancam segala. Mana mungkin aku nggak kepikiran?”Amanda terkekeh kecil. “Ancaman itu berhasil rupanya,” katanya sambil melangkah mendekat. Jarak kami hanya tinggal beberapa jengkal sekarang. “Jadi, maksudmu… kamu mau mengajak Livia untuk melakukan itu?”Aku menatap matanya, lalu mengangguk perlahan. “Ya. Rencananya sih seperti itu. Tapi hanya kalau kamu setuju.”Dia me
Last Updated: 2025-10-21
Chapter: Bagaimana Tubuh Mama?
Suara langkah kaki Amanda terdengar jelas dari ruang tamu — cepat, mantap, seperti biasa. Aku berdiri di dekat pintu kamar Mama, masih mencoba menormalkan napas yang tak beraturan. Di balik daun pintu itu, Lydia mungkin sedang berusaha menenangkan diri seperti aku.Kupaksakan senyum saat Amanda muncul di ujung lorong. Rambutnya sedikit berantakan, tapi wajahnya cerah, tampak senang akhirnya pulang lebih awal.“Rey, kamu baru sampai? Kenapa masih di sini? Nggak ganti baju?” tanyanya.“Iya, ini baru mau ke kamar,” jawabku.Amanda tersenyum kecil, lalu menatap ke arah kamar ibunya. “Mama masih bangun?”Aku sempat ragu sebelum menjawab. “Iya, tadi aku bantu Mama buat jalan. Kayaknya kakinya masih agak sakit, jadi dia tadi mau jatuh gitu.”“Oh, ya ampun… mama mau jatuh?” Amanda bertanya sambil berjalan pelan ke arah kamar Lydia, tapi langkahnya berhenti di tengah.“Iya, makanya aku bantu,” kataku, mencoba terdengar biasa.Amanda hanya mengangguk. “Baiklah.”Dia kemudian mengetuk pelan pint
Last Updated: 2025-10-20
Chapter: Perubahan Sikap Yang Membuatku Hangat
Aku berdiri di ambang pintu kamar mama mertua, terdiam beberapa detik, menatap punggungnya yang menghadap ke arah kasur. Dia baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya dililit handuk putih yang menutupi sebagian kulitnya. Air masih menetes dari ujung rambutnya, membasahi pundak dan turun ke sepanjang garis punggungnya yang tampak… terlalu mulus untuk seorang wanita seusianya.Aku menelan ludah, reflek ingin berbalik dan pergi. Tapi kakiku seperti menolak.“Mama…” panggilku pelan, hampir tak terdengar.Dia terkejut, menoleh cepat. Tatapan kami bertemu.“Oh, Rey?” suaranya lembut, tapi ada sedikit getar di sana. “Kamu sudah pulang?”Aku mengangguk canggung, “I-iya, Ma. Maaf… aku nggak sengaja liat.”Aku buru-buru menunduk, tapi dari ekor mataku masih terlihat kilau air di kulitnya yang basah.Lydia tersenyum samar, entah canggung atau justru… tenang.“Nggak apa-apa,” katanya, lalu menoleh sedikit sambil memperbaiki lilitan handuknya. “Mama kira kamu belum pulang.”Aku ingin langs
Last Updated: 2025-10-19
Chapter: Rasa Aneh
Aku menatap wajah Amanda, lalu mengalihkan pandanganku ke arah Livia. Anehnya, tidak ada sedikit pun canggung di antara mereka. Mereka berbicara seperti dua teman lama yang baru saja bertemu kembali setelah bertahun-tahun berpisah.“Apakah perasaan mereka langsung klik begitu saja?” pikirku dalam hati. “Atau mungkin… mereka berdua sama-sama memiliki sesuatu yang aneh di dalam diri mereka?”Livia menoleh ke arahku, tersenyum lembut. “Kamu kenapa nggak pernah cerita kalau punya istri secantik ini, Rey?” katanya, nada suaranya seperti setengah menggoda.Amanda cepat-cepat menimpali sambil tersipu. “Eh, jangan ngomong gitu. Aku nggak secantik itu, kok.”Tangan Amanda naik, dan kini memegang lengan Livia dengan ringan. “Kalau dibandingkan dengan Bu Livia aja, aku udah kebanting jauh cantiknya.”Livia tertawa kecil dan menggeleng. “Nggak, justru kamu yang lebih cantik, Amanda.”Aku hanya tersenyum kecil, lalu berkata santai, “Kalau suaminya kayak saya, yang ganteng ini, bukankah sudah jelas
Last Updated: 2025-10-18
Pelukan Bos Cantik, Membuatku Kembali Menjadi Raja Mafia

Pelukan Bos Cantik, Membuatku Kembali Menjadi Raja Mafia

Lucas memutuskan berhenti menjadi Raja Mafia karena kesehatan sang ibu yang memburuk. Namun, saat kehidupan sedang berjalan normal, dia harus menarik bos cantik di tempatnya bekerja ke dalam pelukan, yang membuatnya terpaksa kembali menjadi Raja Mafia.
Read
Chapter: Akhir Dari Semuanya (Cinta Yang Tulus)
Dari balik reruntuhan dinding gudang, di kegelapan yang tersisa, sepasang mata yang memancarkan aura dingin dan menusuk mengamati setiap gerakan Lucas. Itu adalah Grandmaster Xena.Dia merasakan dengan jelas bentrokan energi yang baru saja terjadi, kekuatan dahsyat yang dilepaskan oleh Lucas dalam bentuk Pralaya Bhuminya. Ada keraguan yang mulai menggerogoti hatinya.Mungkinkah Lucas benar-benar melampaui perkiraannya?Saat Lucas menghancurkan Dario dengan energi yang begitu dahsyat, Xena merasakan getaran kekuatan yang bahkan membuatnya sedikit gentar. Dia, yang selama ini dikenal sebagai salah satu yang terdekat dengan level immortal, merasakan ancaman yang nyata dari pemuda di depannya.Pertarungan barusan bukanlah pertarungan biasa. Itu adalah pertunjukan kekuatan yang melampaui batas manusia normal. Instingnya sebagai seorang petarung berpengalaman mengatakan bahwa konfrontasi langsung dengan pria itu saat ini akan menjadi pertaruhan yang sangat besar.Tanpa mengucapkan sepatah k
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Dendam Yang Tuntas
Lucas membeku. Suara itu. Senyum itu.“Dario…” gumamnya pelan. “untuk apa kau datang?”“Aku hanya ingin bertemu denganmu dan menunjukan jika aku masih hidup dan telah berkembang,,” Dario melangkah masuk. Udara di sekelilingnya bergetar halus, lalu terdengar crack! Petir kecil menyambar di udara, menyatu dengan aura biru keperakan yang mulai mengelilingi tubuhnya.Lucas mengepalkan tinjunya. Chakra Bhuminya masih aktif, tapi tak stabil. Pertarungan barusan telah menguras terlalu banyak.“Jadi, kau ke sini untuk bertarung denganmu?” tanya Lucas dingin.Dario tertawa. “Untuk mengakhiri ini, tentu saja. Lynch hanya pembuka jalan. Kau target sesungguhnya. Selama kau hidup, dendam ini akan selalu bersemayam di dadaku.”Petir membungkus tangan Dario seperti cambuk-cambuk tipis. Udaranya kini berbau logam.Julian maju satu langkah. “Dario, cukup. Masalah lalu, biarkan berlalu.”“Ciih! Tidak mungkin bisa!” ucap Dario. “apa yang sudah kamu lakukan padaku, harus mendapatkan balasannya.”Ketua Lu
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Bebaskan Mereka!
Darah menetes dari sudut bibir Lynch, tapi matanya menyala ganas.“Cukup main-mainnya,” desis Lynch. Kemudian dia merentangkan kedua lengannya.Angin di dalam gudang berubah.Aura hitam pekat mulai merambat dari tubuhnya, seperti kabut iblis yang merayap naik dari tanah neraka. Suara-suara aneh berbisik di udara, seperti ratapan roh-roh terperangkap.Julian mundur dua langkah. “Itu … teknik Ilmu Hitam Timur Tengah,” gumam Lucas, matanya menyipit. “kau sudah menjual jiwamu, Lynch.”Lynch tersenyum bengis. “Dan kau belum tahu harga yang harus kau bayar karena telah membangkitkan modeku ini.”Tubuh Lynch berubah. Otot-ototnya mengembang, urat-urat mencuat seperti akar pohon. Mata kirinya memucat, dan dari punggungnya, sepasang tonjolan keras muncul, bukan sayap, tapi seolah tulang yang mencuat liar.“The Obsidian Blade!” Julian berteriak. “kau harus pergi! Ini bukan pertarungan yang adil!”Emilio mengerutkan keningnya. Dia mendengar dengan jelas kali ini, Julian memanggil Lucas dengan pa
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Lucas vs Grandmaster Lynch
Dua pria itu berlutut dengan tangan terangkat, wajah mereka penuh debu dan darah. "Ampun... kami menyerah..." salah satu dari mereka terisak.Kai melangkah perlahan ke arah mereka. Napasnya sudah mulai teratur kembali. Wajahnya tetap dingin, tapi tangan kanannya masih mengepal.Dia menatap keduanya. Remuk, lemah, nyaris tak mampu berdiri. Mereka memang tak lagi mengancam.Kai mendesah. "Pergilah... sebelum aku berubah pikiran."Keduanya segera bergerak, namun sebelum sempat bangkit sepenuhnya—Doooor! Doooor!Dua peluru menembus kepala mereka. Darah memercik ke tanah.Kai terkejut. Ia menoleh cepat. Seorang pria berpakaian gelap, salah satu dari anggota Veleno, menurunkan senjatanya."Apa yang kamu lakukan?!" bentak Kai.Pria itu melirik dingin. "Orang-orang seperti mereka tidak pantas diberi pengampunan."Kai mengepalkan rahangnya. "Tapi mereka sudah menyerah. Kita tidak —”"Tidak tega? Kalau hatimu lemah, jangan masuk ke dalam lingkaran ini," katanya memotong, lalu berjalan pergi ta
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Potensi Kai Yang Luar Biasa
Ketua kelompok musuh, sedikit tegang. Sebab peluru mereka sudah menipis.Mereka menganggap remeh karena tidak membawa peluru yang banyak. Mereka pikir pasukan Lucas tidak akan kuat dan banyak.Minimnya informasi membuat mereka menjadi salah mengambil keputusan “Bagaimana ini bos?” tanya pria gempal.“Jika sudah habis, kita serang dengan tangan kosong. Kita tidak bisa kembali!” ucap ketua kelompok.“Baik!”Teriakan nyaring terdengar dari sisi timur rumah.“Raaaghh!”Salah satu musuh menerobos pagar dengan brutal, melempar granat asap ke tengah halaman. Asap pekat menyebar cepat, menutupi pandangan. Kai menyipitkan mata. Ia tahu itu bukan untuk membunuh. Tapi untuk menculik.Mereka mengincar satu target.Angeline.Kai mengangkat tangan, memberi sinyal. Tiga anak buahnya langsung bergerak membentuk formasi segitiga, melindungi pintu depan.Namun dari balik asap, dua sosok melompat keluar dengan kecepatan kilat. Hitam, gesit, dan mematikan.“Dua orang ke kanan!” seru salah satu penjaga.
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Target Berikutnya Angeline
Dua puluh orang diperintahkan oleh Jukain untuk tetap tinggal, bersiaga di perimeter rumah Angeline. Sedangkan sekitar 15 orang dikerahkan untuk mencari keberadaan mertuanya Lucas, termasuk Julian.."Jangan tinggalkan rumah ini tanpa pengawalan," pesan terakhir Julian pada semua orang sebelum berangkat.Lalu ia mendekati seorang pria muda berseragam hitam yang berdiri paling belakang.“Kai,” ucap Julian singkat.Kai berdiri tegak. Usianya belum lewat dua puluh lima. Wajahnya bersih, bahkan terlalu bersih untuk lingkungan seperti ini. Tapi tatapannya tenang. Tak ada keraguan."Mulai sekarang, kamu yang memimpin di sini."Beberapa pasang mata sempat berpaling. Mereka tahu, Kai bukan orang lama. Bahkan baru dua minggu bergabung. Tapi tidak satu pun dari mereka memprotes.Kalau Julian sudah menunjuk seseorang, maka orang itu pasti punya alasan.Kai hanya mengangguk. "Siap."Julian menepuk bahunya sekali, lalu pergi.Setelah itu, Julian dsn pasukan mulai bergerak untuk mengejar kelompok ya
Last Updated: 2025-04-30
Menantu Tak Ternilai

Menantu Tak Ternilai

Bastian Dominic menjadi suami bayaran demi menyelamatkan panti asuhan tempatnya dibesarkan. Selama pernikahan, ia dihina dan direndahkan oleh keluarga istrinya. Namun segalanya berubah saat ia dinyatakan sebagai pewaris tunggal pria terkaya di dunia. Kini, uang bekerja untuknya dan ia menggunakannya untuk membahagiakan istrinya serta membungkam semua yang pernah meremehkannya. Bastian Dominic, tidak ternilai. Uang tidak sanggup menilainya karena uang bekerja untuknya.
Read
Chapter: Sebuah Tugas
Bastian yang melihat Livy keluar dari kamar Brigit langsung mendekatinya. “Livy? Kamu ngapain masuk kamar Brigit?” tanya Bastian bingung. Dalam pikirannya terdapat spekulasi buruk karena Livy masuk ke kamar Brigit tanpa ijin. Bastian tidak mengetahui kalau di dalam kamar juga ada Brigit. Belum sempat Livy menjawab, pintu kamar Brigit terbuka dan Brigit keluar dari kamarnya. Brigit terkejut karena Livy masih di depan kamarnya dan Bastian juga ada di sana. Pikirannya langsung kembali berpikir yang tidak-tidak.“Livy, Bastian, ada apa?” tanya Brigit. Bastian yang melihat Brigit keluar dari kamarnya pun menjadi lega. Ternyata apa yang ada di pikiran nya tidak benar. “Tidak, kupikir tadi Livy masuk ke kamarmu tanpa izin.” Ia menyunggingkan senyum tipis. Brigit mengangguk. “Oh, Livy masuk ke kamarku karena aku yang memintanya.” Brigit menjelaskan. Daripada Livy mengatakan lebih dulu mending ia yang menjelaskan kepada Bastian.Bastian mengernyit. “Kenapa kamu meminta Livy masuk ke kamar k
Last Updated: 2025-10-25
Chapter: Livy Menantang
Livy mengikuti Brigit dari belakang. Tangannya saling meremas karena takut Brigit menanyakan pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Tatapannya menjelajah mencari sesuatu yang bisa membuatnya tidak jadi ke kamar Brigit, tetapi sayangnya tidak ada apa pun. Ia tidak bisa menghindar lagi.Brigit melirik ke belakang. Ia bisa melihat kegelisahan Livy karena akan diinterogasi olehnya. Brigit dan Livy pun sampai ke kamarnya dan berhenti begitu berada di tengah kamar. Ketika berbalik, Livy sudah memasuki kamarnya. Ia menunduk melihat lantai.“Tutup pintunya.” Brigit memerintah. Ia sengaja ingin berbicara di kamarnya agar tidak ada yang mendengar perbincangan itu. Karena apa yang akan dia bicarakan ini menyangkut tentang Bastian dan juga kedekatan mereka.Livy menurut dan menutup pintu kamar Brigit. Setelah selesai ia langsung mendekat ke arah Brigit. “Ada apa, Brigit?” tanya Livy langsung. Padahal ia sudah tahu apa yang akan ditanyakan oleh Brigit, tetapi bersikap seolah tidak tahu. Brigit men
Last Updated: 2025-10-25
Chapter: Kita Perlu Bicara
“Maaf, Livy. Aku hanya mengatakannya saja karena kupikir ini tidak akan berpengaruh apa pun.” Nick meminta maaf karena merasa bersalah.Pria itu memang lancang mengajak Livy ke ranjang padahal masalah vidio saja belum selesai. Tapi bagaimana lagi, bayangan sensasi tubuh Livy malam itu membuatnya kecanduan dan ingin mengulangi lagi hal yang sama.“Ya, aku tahu ini memang tidak berpengaruh. Tapi apa pantas kita senang-senang di atas ranjang sementara masalah ini belum selesai?” tanya Nick. Ia harus menyadarkan Nick kalau laki-laki itu harus sibuk dengan hal lain. Yang lebih utama, Nick harus meminta maaf terlebih dulu kepada Bastian.“Tentu saja tidak pantas. Ya sudah kalau begitu. Nanti kalau sudah waktunya aku akan meminta maaf pada Bastian.” Nick memang kecewa karena Livy menolak, tetapi alasan wanita itu masuk akal. Nick justru malu dengan dirinya sendiri karena mengajak Livy berhubungan di waktu yang tidak tepat. “Benar begitu, jadi lebih baik fokus pada permintaan maafmu.” Bagaim
Last Updated: 2025-10-25
Chapter: Godaan Untuk Melakukanya Lagi
Livy yang mendengar panggilan Nick langsung berhenti. Padahal, tangannya sedikit lagi menyentuh pintu kaca di depannya. Livy balik badan dan menemukan Nick yang ngos-ngosan. “Kamu kenapa, Nick? Kenapa lari-lari mengejarku?” tanya Livy bingung."Hei, kenapa?" tanya Livy lagi. Sepertinya tidak ada lagi yang perlu mereka bicarakan, tetapi Nick mengejarnya, jadi pasti ada yang ingin dikatakan orang itu.“Tunggu dulu, Livy. Aku ingin bilang kalau sebaiknya kamu jangan gegabah.” Nick mengatur napasnya agar tidak putus-putus.Dia berusaha untuk kembali bernapas normal.Livy mengernyit. “Kenapa? Bukannya aku gegabah, tetapi Wagner harus segera ditangkap agar tidak terjadi kebocoran video ini.” Livy tidak mau video itu sampai tersebar atau Wagner sempat menggunakan itu untuk memeras Bastian. Apalagi kalau sampai di tangan pacarnya, Lovy tidak mau sampai itu terjadi.“Masalahnya, kalau hanya dengan video itu kamu tidak bisa menangkap Wagner. Apalagi yang mengambil video itu aku, jadi Wagner tid
Last Updated: 2025-10-25
Chapter: Mengoreksi Informasi
Setelah video selesai terkirim, Livy segera membuka video itu dan mulai menontonnya. Ketika menonton video itu, Livy sangat terkejut karena video itu menampilkan mulai awal dirinya masuk hingga akhir. Livy menutup mulutnya tidak percaya dan menatap Nick tajam. Ini benar-benar kejahatan yang direncanakan. Bastian pasti tidak akan memaafkan orang-orang yang mengambil video itu jika mereka menyebarkan ke publik.“Jadi malam itu semua yang terjadi kamu video? Kamu sadar nggak sih sama apa yang kamu perbuat? Kamu membuat peluang musuh untuk memiliki kelemahan Bastian!” ujar Livy sambil marah, wajahnya memerah menahan emosi. Ia benar-benar geram dan tidak habis pikir dengan Nick karena merencanakan hal itu.Sekarang ada kelemahan Bastian yang bisa kapan saja digunakan oleh musuh untuk menghancurkan Bastian. Hal ini tidaklah sesederhana sekedar mencemarkan nama baik.“Maaf, Livy. Saat itu yang terpikir olehku hanyalah bagaimana caranya bisa mendapatkan uang dari Bastian.” Nick menyesal mere
Last Updated: 2025-10-25
Chapter: Kenyataan Yang Sesungguhnya
Livy langsung mengangguk. “Baik, kalau begitu kita langsung saja agar tidak kelamaan.”Dia mengajak Bastian berangkat. Bastian dan Livy pun melangkahkan kakinya ke mobil Brigit. Mobil mewah itu tampak bersinar dan membuat Bastian dan Livy tampak menonjol.Ketika mereka hampir sampai di restoran tempat Livy akan bertemu Nick, Livy menghentikan Bastian.“Kalau tidak salah di kafe itu ada bagian outdoor, kamu di sana saja agar tidak perlu masuk ke ruangan.” Livy mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Bastian. “Ayo angkat,” pinta Livy.Bastian pun menurut. Ia menggeser icon hijau sehingga layar menampilkan profil dan waktu. “Volumenya jangan lupa.” Bastian mengingatkan. Livy segera mengurangi volume suaranya agar sewaktu-waktu ketika Bastian tidak sengaja berbicara atau ada suara di sekelilingnya tidak membuat mereka ketahuan.“Oke, sudah selesai. Ponselnya akan kuletakkan di tas dan kutaruh di meja agar suaranya jelas.” Livy memberitahukan rencananya.“Oke, sekarang kita ke sana.”
Last Updated: 2025-10-24
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status