author-banner
Falisha Ashia
Falisha Ashia
Author

Novels by Falisha Ashia

Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku

Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku

Istriku menginginkan hal yang tak pernah kubayangkan. Dia memintaku untuk memenuhi hasrat gilanya. Awalnya aku benci. Aku marah. Tapi setiap kali ia menatapku dengan mata penuh gairah, setiap bisikannya di telingaku membuatku panas. Dan secara perlahan ... aku mulai menginginkannya juga.
Read
Chapter: Tidak Terkendali
Mesin SUV hitam besarku meraung seperti binatang buas yang terluka, membelah jalanan malam kota Lunaris. Aku menginjak pedal gas dalam-dalam, mengabaikan lampu merah, mengabaikan klakson marah dari pengendara lain, dan mengabaikan keselamatan diriku sendiri.Di kepalaku, hanya ada satu suara yang berputar terus-menerus. Suara rintihan Amanda. Suara ketakutannya. Dan suara bajingan itu."Diam, Sayang. Nikmati saja...""BANGSAT!" teriakku sambil memukul setir.Darahku mendidih hingga rasanya ubun-ubunku berasap. Bayangan istriku sedang dipojokkan, disentuh paksa, atau bahkan lebih buruk lagi, membuat akal sehatku hilang sepenuhnya. Jika sehelai rambut saja jatuh dari kepala Amanda malam ini, aku bersumpah akan meratakan seluruh kota ini dengan tanah.Ban mobilku menjerit saat aku melakukan pengereman mendadak di depan lobi Restoran Hotpot Dragon Flame. Asap putih mengepul dari ban yang bergesekan dengan aspal.Tanpa mematikan mesin, aku melompat keluar dari mobil. Aku berlari menerobos
Last Updated: 2025-12-09
Chapter: Membangunkan Singa Yang Tertidur
Tatapan mata Livia sekarang bagaikan sebilah katana yang sangat tajam, bergerak perlahan mengarah ke leherku. Satu gerakan salah, satu kata yang tergelincir, maka leherku akan putus. Dia bukan wanita bodoh yang bisa dikelabui dengan senyuman manis seperti Amanda.Aku harus bermain cerdik. Jika aku terus menyangkal, dia akan terus mengejar. Kadang, cara terbaik menyembunyikan kebenaran adalah dengan meletakkannya di depan mata, tapi dibungkus dengan nada sarkasme.Aku mengangkat kedua bahu, memasang wajah pasrah bercampur geli.“Ya… kalau dipikir-pikir emang nggak masuk akal sih,” aku mengakui, menatap matanya santai. “Seorang pelayan miskin punya koneksi dewa. Tapi kalau kamu mengetahui perjalanan hidupku yang sebenarnya, kamu akan memakluminya, Liv. Hidup di jalanan itu mengajarkan banyak hal, termasuk cara berteman dengan singa.”Livia mengerutkan keningnya. Alisnya bertaut dalam, bingung mencerna perkataanku. Apakah aku sedang jujur? Atau sedang membual?“Sudahlah, nggak usah dibah
Last Updated: 2025-12-09
Chapter: Batasan
Sentuhan Livia begitu memabukkan. Jari-jarinya yang lentik menari di atas kulit dadaku, menekan titik-titik vital dengan presisi yang membuat aliran listrik menyambar ke seluruh tubuhku. Kemejaku sudah terbuka sepenuhnya, menggantung di bahu, memamerkan hasil latihan fisikku yang selama ini tersembunyi di balik seragam room service.Napas Livia memburu di leherku. Tangannya bergerak turun dengan kasar, membuka ikat pinggangku.Dia menurunkan celanaku sedikit, cukup untuk membebaskan apa yang dia inginkan.“Aku nggak sabar, Rey... Berikan aku ini!” desahnya parau, tangannya langsung menggenggam "tongkat ajaib"-ku yang sudah mengeras sempurna.Sentuhan kulit tangannya yang hangat dan lembut nyaris membuatku kehilangan akal sehat. Tanpa menunggu persetujuanku, Livia menarik tengkukku dengan tangan kirinya, menyatukan bibir kami dalam ciuman yang lapar dan menuntut. Lidahnya membelit lidahku, mengajakku tenggelam dalam lautan dosa yang nikmat.Aku membalasnya sesaat. Gairah laki-lakiku be
Last Updated: 2025-12-09
Chapter: Bisa Bermain Sebentar?
Aku melangkah masuk ke dalam ruangan Livia dengan langkah yang sedikit diseret, seolah-olah beban dunia ada di pundakku. Padahal sebenarnya, otakku sedang bekerja secepat kilat, menyusun skenario demi skenario untuk menangkis interogasi yang akan datang.Aku menutup pintu, menguncinya, dan berbalik.Livia tidak duduk di kursi kerjanya. Dia duduk di tepi meja kerja mahoni besar itu, kakinya yang jenjang disilangkan dengan anggun. Rok pensilnya sedikit tersingkap, memamerkan paha mulus yang biasanya menjadi pemandangan favoritku.Namun, kali ini, aku memaksa mataku untuk tidak tergoda melirik ke bawah. Fokusku terkunci pada tatapan matanya. Mata yang menatapku dalam-dalam, tajam dan menyelidik, seolah ingin membedah isi kepalaku dan mencari kebenaran yang kusembunyikan di sela-sela pembuluh darah.“Rey…” desahnya lelah, memecah keheningan yang menyesakkan. “Sudahlah, jangan bohong lagi. Kamu ini menyembunyikan sesuatu. Gelagatmu, caramu bicara pada Jonathan… kamu menyembunyikan sesuatu
Last Updated: 2025-12-08
Chapter: Blunder Ganindra
Aku tidak menjawab langsung pertanyaan Livia. Sebaliknya, aku hanya mengangkat bahu santai, lalu melirik ke arah Jonathan dengan dagu.Bahasa tubuh yang sengaja kubuat ambigu, mencoba membiarkan dia berpikir kalau aku mengatakan: ‘Jangan tanya aku, tanya orang penting di sebelahku ini.’Aku melangkah maju sedikit, menatap Livia yang masih terpaku.“Bu Livia,” panggilku formal. “Orang ini sudah meminta maaf. Ibu mau memaafkannya nggak? Kalau Ibu merasa kurang puas, Pak Jonathan bisa memberikan hukuman tambahan untuknya.”Livia mengerutkan keningnya, menatapku seolah aku baru saja bicara bahasa alien. “Rey! Hukuman apa lagi? Ini sudah lebih dari cukup. Lihat dia... dia sudah hancur.”Aku hanya tersenyum tipis, tidak berkomentar.Livia menghela napas panjang, lalu kembali menatap Ganindra yang masih mencium lantai di dekat ujung sepatunya. Ada rasa iba di matanya, meski aku tahu dia juga merasa lega.“Pak Ganindra,” ucap Livia lembut namun tegas. “Bangunlah, Pak. Saya sudah memaafkan And
Last Updated: 2025-12-08
Chapter: Bersujud Dan Meminta Maaf
Ganindra menatapku dengan mata yang kosong namun penuh ketakutan. Keringat dingin mulai mengucur deras di keningnya yang lebar, merusak tatanan rambutnya yang biasanya klimis sempurna. Dia tampak seperti orang yang baru saja melihat neraka terbuka di depan matanya.Dia menggelengkan kepalanya pelan, mundur selangkah lagi hingga punggungnya menabrak rak buku. Penyangkalan adalah satu-satunya pertahanan terakhir yang dia miliki."Nggak mungkin!" desisnya, suaranya bergetar. "Ini pasti hanya akal-akalan kalian saja! Prank murahan! Nggak mungkin kamu yang beli hotel ini. Kalau kamu punya uang sebanyak itu... kamu nggak akan kerja jadi pelayan rendahan di sini! Logikanya di mana?!"Aku menarik napas panjang, lelah dengan kebebalannya. Orang ini benar-benar tipikal orang kaya baru yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa ada orang lain yang lebih kuat darinya."Kamu pikir saya bodoh, Ganindra?! Kamu pikir saya punya waktu untuk bermain sandiwara denganmu?!"Suara Jonathan menggelegar, memot
Last Updated: 2025-12-07
Pelukan Bos Cantik, Membuatku Kembali Menjadi Raja Mafia

Pelukan Bos Cantik, Membuatku Kembali Menjadi Raja Mafia

Lucas memutuskan berhenti menjadi Raja Mafia karena kesehatan sang ibu yang memburuk. Namun, saat kehidupan sedang berjalan normal, dia harus menarik bos cantik di tempatnya bekerja ke dalam pelukan, yang membuatnya terpaksa kembali menjadi Raja Mafia.
Read
Chapter: Akhir Dari Semuanya (Cinta Yang Tulus)
Dari balik reruntuhan dinding gudang, di kegelapan yang tersisa, sepasang mata yang memancarkan aura dingin dan menusuk mengamati setiap gerakan Lucas. Itu adalah Grandmaster Xena.Dia merasakan dengan jelas bentrokan energi yang baru saja terjadi, kekuatan dahsyat yang dilepaskan oleh Lucas dalam bentuk Pralaya Bhuminya. Ada keraguan yang mulai menggerogoti hatinya.Mungkinkah Lucas benar-benar melampaui perkiraannya?Saat Lucas menghancurkan Dario dengan energi yang begitu dahsyat, Xena merasakan getaran kekuatan yang bahkan membuatnya sedikit gentar. Dia, yang selama ini dikenal sebagai salah satu yang terdekat dengan level immortal, merasakan ancaman yang nyata dari pemuda di depannya.Pertarungan barusan bukanlah pertarungan biasa. Itu adalah pertunjukan kekuatan yang melampaui batas manusia normal. Instingnya sebagai seorang petarung berpengalaman mengatakan bahwa konfrontasi langsung dengan pria itu saat ini akan menjadi pertaruhan yang sangat besar.Tanpa mengucapkan sepatah k
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Dendam Yang Tuntas
Lucas membeku. Suara itu. Senyum itu.“Dario…” gumamnya pelan. “untuk apa kau datang?”“Aku hanya ingin bertemu denganmu dan menunjukan jika aku masih hidup dan telah berkembang,,” Dario melangkah masuk. Udara di sekelilingnya bergetar halus, lalu terdengar crack! Petir kecil menyambar di udara, menyatu dengan aura biru keperakan yang mulai mengelilingi tubuhnya.Lucas mengepalkan tinjunya. Chakra Bhuminya masih aktif, tapi tak stabil. Pertarungan barusan telah menguras terlalu banyak.“Jadi, kau ke sini untuk bertarung denganmu?” tanya Lucas dingin.Dario tertawa. “Untuk mengakhiri ini, tentu saja. Lynch hanya pembuka jalan. Kau target sesungguhnya. Selama kau hidup, dendam ini akan selalu bersemayam di dadaku.”Petir membungkus tangan Dario seperti cambuk-cambuk tipis. Udaranya kini berbau logam.Julian maju satu langkah. “Dario, cukup. Masalah lalu, biarkan berlalu.”“Ciih! Tidak mungkin bisa!” ucap Dario. “apa yang sudah kamu lakukan padaku, harus mendapatkan balasannya.”Ketua Lu
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Bebaskan Mereka!
Darah menetes dari sudut bibir Lynch, tapi matanya menyala ganas.“Cukup main-mainnya,” desis Lynch. Kemudian dia merentangkan kedua lengannya.Angin di dalam gudang berubah.Aura hitam pekat mulai merambat dari tubuhnya, seperti kabut iblis yang merayap naik dari tanah neraka. Suara-suara aneh berbisik di udara, seperti ratapan roh-roh terperangkap.Julian mundur dua langkah. “Itu … teknik Ilmu Hitam Timur Tengah,” gumam Lucas, matanya menyipit. “kau sudah menjual jiwamu, Lynch.”Lynch tersenyum bengis. “Dan kau belum tahu harga yang harus kau bayar karena telah membangkitkan modeku ini.”Tubuh Lynch berubah. Otot-ototnya mengembang, urat-urat mencuat seperti akar pohon. Mata kirinya memucat, dan dari punggungnya, sepasang tonjolan keras muncul, bukan sayap, tapi seolah tulang yang mencuat liar.“The Obsidian Blade!” Julian berteriak. “kau harus pergi! Ini bukan pertarungan yang adil!”Emilio mengerutkan keningnya. Dia mendengar dengan jelas kali ini, Julian memanggil Lucas dengan pa
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Lucas vs Grandmaster Lynch
Dua pria itu berlutut dengan tangan terangkat, wajah mereka penuh debu dan darah. "Ampun... kami menyerah..." salah satu dari mereka terisak.Kai melangkah perlahan ke arah mereka. Napasnya sudah mulai teratur kembali. Wajahnya tetap dingin, tapi tangan kanannya masih mengepal.Dia menatap keduanya. Remuk, lemah, nyaris tak mampu berdiri. Mereka memang tak lagi mengancam.Kai mendesah. "Pergilah... sebelum aku berubah pikiran."Keduanya segera bergerak, namun sebelum sempat bangkit sepenuhnya—Doooor! Doooor!Dua peluru menembus kepala mereka. Darah memercik ke tanah.Kai terkejut. Ia menoleh cepat. Seorang pria berpakaian gelap, salah satu dari anggota Veleno, menurunkan senjatanya."Apa yang kamu lakukan?!" bentak Kai.Pria itu melirik dingin. "Orang-orang seperti mereka tidak pantas diberi pengampunan."Kai mengepalkan rahangnya. "Tapi mereka sudah menyerah. Kita tidak —”"Tidak tega? Kalau hatimu lemah, jangan masuk ke dalam lingkaran ini," katanya memotong, lalu berjalan pergi ta
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Potensi Kai Yang Luar Biasa
Ketua kelompok musuh, sedikit tegang. Sebab peluru mereka sudah menipis.Mereka menganggap remeh karena tidak membawa peluru yang banyak. Mereka pikir pasukan Lucas tidak akan kuat dan banyak.Minimnya informasi membuat mereka menjadi salah mengambil keputusan “Bagaimana ini bos?” tanya pria gempal.“Jika sudah habis, kita serang dengan tangan kosong. Kita tidak bisa kembali!” ucap ketua kelompok.“Baik!”Teriakan nyaring terdengar dari sisi timur rumah.“Raaaghh!”Salah satu musuh menerobos pagar dengan brutal, melempar granat asap ke tengah halaman. Asap pekat menyebar cepat, menutupi pandangan. Kai menyipitkan mata. Ia tahu itu bukan untuk membunuh. Tapi untuk menculik.Mereka mengincar satu target.Angeline.Kai mengangkat tangan, memberi sinyal. Tiga anak buahnya langsung bergerak membentuk formasi segitiga, melindungi pintu depan.Namun dari balik asap, dua sosok melompat keluar dengan kecepatan kilat. Hitam, gesit, dan mematikan.“Dua orang ke kanan!” seru salah satu penjaga.
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Target Berikutnya Angeline
Dua puluh orang diperintahkan oleh Jukain untuk tetap tinggal, bersiaga di perimeter rumah Angeline. Sedangkan sekitar 15 orang dikerahkan untuk mencari keberadaan mertuanya Lucas, termasuk Julian.."Jangan tinggalkan rumah ini tanpa pengawalan," pesan terakhir Julian pada semua orang sebelum berangkat.Lalu ia mendekati seorang pria muda berseragam hitam yang berdiri paling belakang.“Kai,” ucap Julian singkat.Kai berdiri tegak. Usianya belum lewat dua puluh lima. Wajahnya bersih, bahkan terlalu bersih untuk lingkungan seperti ini. Tapi tatapannya tenang. Tak ada keraguan."Mulai sekarang, kamu yang memimpin di sini."Beberapa pasang mata sempat berpaling. Mereka tahu, Kai bukan orang lama. Bahkan baru dua minggu bergabung. Tapi tidak satu pun dari mereka memprotes.Kalau Julian sudah menunjuk seseorang, maka orang itu pasti punya alasan.Kai hanya mengangguk. "Siap."Julian menepuk bahunya sekali, lalu pergi.Setelah itu, Julian dsn pasukan mulai bergerak untuk mengejar kelompok ya
Last Updated: 2025-04-30
Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!

Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!

Terbangun sebagai pangeran yang terusir, Raka membangun kekuatan dari desa bersama istri-istrinya serta para pengikut setianya demi merebut kembali tahta dan kerajaan mereka. Namun, menjelang perang, para istrinya khawatir; jika Raka gugur, garis keturunan Bharaloka akan punah. Dengan tekad membara, Raka berkata, “Aku pastikan kalian semua akan mengandung anakku!”
Read
Chapter: Ini Adalah Awal
Raja Wicaksana tersentak di kursinya, tatapannya terpaku pada pintu kayu yang baru saja menelan dua pengawal terakhirnya. Pikirannya dipenuhi gambaran efisiensi iblis Rajendra.“Bodoh!” geram Raja Wicaksana, suaranya parau, dipenuhi rasa frustrasi dan teror yang mematikan. “Mereka mencari ke mana?! Rajendra ada di sini! Di Istana! Dia ada di luar pintu ini! Aku dikepung!”Baru saja kalimat itu keluar dari mulutnya, Rajendra mengirimkan pesan yang jauh lebih mengerikan dari sekadar teriakan.BRRUUUUK!Sebuah benda tumpul dan berat dilempar keras ke lantai menara. Benda itu menggelinding ke depan Raja Wicaksana yang sedang duduk.Raja Wicaksana menatap benda itu dengan mata melebar. Itu adalah kepala manusia. Wajahnya sangat ia kenal—itu adalah kepala pengawal yang baru keluar tadi untuk memeriksa! Wajahnya kaku dengan ekspresi ketakutan yang abadi, matanya terbuka lebar seolah melihat neraka sebelum mati.Raja Wicaksana menjerit. Teriakan itu bukan teriakan Raja, tetapi jeritan ngeri s
Last Updated: 2025-09-30
Chapter: Teror Dari Rajendra Datang
Tama tersenyum lebar. Keputusan Rajendra untuk berbalik dan menggunakan pasukan pengejar sebagai perisai adalah strategi yang brilian, menghidupkan kembali harapan dan optimisme di tengah tim kecil itu.“Itu benar, Yang Mulia,” kata Tama, suaranya dipenuhi semangat yang membara. “Kita akan menjadi pemburu Raja. Bukankah ini jauh lebih menyenangkan daripada melarikan diri seperti tikus?”Ekspresi optimis terpancar di wajah Tama. Ia sangat percaya diri bahwa momen balas dendam terhadap Raja Wicaksana akan segera tiba. Bahkan, di dalam hatinya yang paling dalam, Tama telah bersumpah:Jika Yang Mulia Rajendra ragu untuk mengambil nyawa tiran itu, aku sendiri yang akan melakukannya. Kehormatan Putri Ayana adalah kehormatan seluruh pasukan Rajendra!Surapati mendekat, pandangannya dingin dan fokus. “Kita bergerak sekarang, Yang Mulia?” tanyanya. “Kita lewat jalur belakang. Jika masih ada kelompok kecil yang tertinggal di belakang, kita habisi saja satu per satu. Kita harus membuat jalan yan
Last Updated: 2025-09-30
Chapter: Balik Membalas
Kemarahan Rajendra menular. Bukan hanya urat di lehernya yang menegang, tetapi juga suasana di sekitar mereka. Kata-kata Ayana tentang pemukulan itu adalah minyak yang disiramkan ke api kebencian yang sudah membara.Bukan hanya Rajendra dan Ranjani yang tersulut. Tama yang mendengarkan di belakang ikut mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Surapati, meskipun wajahnya kaku, matanya berkilat mematikan.Bahkan Sarno, bocah jalanan yang baru beberapa jam mengenal mereka, ikut merasakan amarah yang sama. Ia melihat bagaimana seorang wanita bangsawan diperlakukan seperti pengemis, sama hinanya dengan ibunya yang sakit di rumah.“Aku tidak terima!” geram Tama, maju selangkah. “Kalau mau kembali lagi, masih keburu, Yang Mulia! Raja Wicaksana pasti masih lumpuh dan terikat di Menara! Kalau mau, kita bergerak sekarang dan habisi dia!”“Ya, saya akan mengantarnya agar bisa lebih cepat sampai!” seru Sarno, matanya dipenuhi tekad balas dendam. “Saya tahu jalan yang lebih cepat dari Jalan Naga Bu
Last Updated: 2025-09-30
Chapter: Dipaksa Membunuh
Suara alarm Istana yang menggelegar kini terdengar jauh, tertelan oleh labirin permukiman padat di pinggiran Kerajaan Widyaloka. Udara subuh terasa dingin di kulit, namun adrenalin dalam darah mereka membuatnya terasa seperti api.Rajendra merangkul Ayana, tubuhnya yang lemah bersandar erat padanya. Sarno memimpin jalan dengan kecepatan dan keahlian yang mengagumkan, sementara Surapati dan Ranjani menjaga bagian belakang, mata mereka tajam mengawasi setiap gang yang mereka lewati.Setelah berlari beberapa ratus meter dari area kumuh, Sarno berbelok tajam ke sebuah jalan setapak yang dikelilingi kebun kecil. Jalanan ini mulai ramai dengan warga yang bersiap pergi ke pasar.“Berhenti!” seru Rajendra tiba-tiba.Semuanya langsung berhenti, menatap Rajendra dengan bingung. Sarno bahkan tersentak, mengira ada pengejar.“Ada apa, Yang Mulia?” tanya Ranjani, tangannya memegang gagang pedang.Rajendra melepaskan pelukannya pada Ayana sejenak, mengambil napas dalam-dalam.“Kita sudah berada di
Last Updated: 2025-09-30
Chapter: Menyelamatkan Ayana
Mereka bersembunyi di sudut gelap lantai dua menara yang kosong, tepat di seberang Pintu Besi yang mengunci Ayana. Lantai di bawah mereka menyimpan Kapten Wasesa dan beberapa pengawal elit yang terikat dan dibungkam, umpan yang siap dimakan.“Dia datang,” bisik Ranjani, matanya yang tajam melihat pantulan cahaya obor yang bergerak cepat di halaman luar.Detik-detik berikutnya terasa seperti berjam-jam. Mereka mendengar langkah kaki yang berirama, semakin mendekat, bersamaan dengan suara denting logam yang familier.“Siapkan diri,” Rajendra mengeluarkan perintahnya, suaranya serak namun tegas.Ia menggenggam erat pedangnya, sementara tangan kirinya sudah merogoh saku, memastikan Kunci Besi pertama aman. “Ingat rencana: fokus utama adalah kunci... kunci kedua yang ada di tangan Raja Wicaksana.”Suara derit pintu kayu lantai dasar memecah keheningan. Raja Wicaksana telah masuk.Langkah kaki yang mantap, berwibawa, namun juga menunjukkan urgensi, terdengar menaiki tangga kayu yang tua. Ta
Last Updated: 2025-09-30
Chapter: Ide Nekat
Rajendra tidak memberikan waktu bagi Kapten Wasesa untuk menyesuaikan diri dengan kegelapan. Teriakan Kapten Wasesa yang keras itu adalah peringatan yang bisa menarik perhatian, dan Rajendra tidak akan membiarkan itu terjadi.“Sekarang!” teriak Rajendra.Kapten Wasesa melompat maju, pedangnya memancarkan kilatan perak. Dia kuat, didukung oleh pelatihan keras Naga Merah khas Widyaloka, tetapi gerakannya lambat dan terprediksi di mata Rajendra.Di mata Rajendra—atau lebih tepatnya, Raka—mantan perwira polisi dari dunia modern, gerakan Kapten Wasesa hanyalah pola yang sudah usang. Rajendra bergerak menggunakan insting bela diri modern yang dilatih untuk melumpuhkan target secepat mungkin.BUUK!Rajendra tidak menggunakan pedang. Ia menggunakan tangan kosong. Ia merunduk di bawah ayunan pedang Kapten Wasesa, menangkis bilah itu dengan sarung lengan, dan melancarkan pukulan siku cepat ke ulu hati Kapten Wasesa.Kapten Wasesa terhuyung. Sebelum ia bisa bernapas, Rajendra sudah ada di belaka
Last Updated: 2025-09-29
Menantu Tak Ternilai

Menantu Tak Ternilai

Bastian Dominic menjadi suami bayaran demi menyelamatkan panti asuhan tempatnya dibesarkan. Selama pernikahan, ia dihina dan direndahkan oleh keluarga istrinya. Namun segalanya berubah saat ia dinyatakan sebagai pewaris tunggal pria terkaya di dunia. Kini, uang bekerja untuknya dan ia menggunakannya untuk membahagiakan istrinya serta membungkam semua yang pernah meremehkannya. Bastian Dominic, tidak ternilai. Uang tidak sanggup menilainya karena uang bekerja untuknya.
Read
Chapter: Kamulah Pewarisku!
Aula utama keluarga Dominic dipenuhi oleh bayangan orang-orang besar malam itu. Lampu gantung berkilau dingin, memantulkan cahaya pada wajah-wajah yang tegang. Di kursi panjang bagian depan, duduk para pewaris, pengurus, dan keluarga inti, sementara di belakang, para penasihat dan penjaga menunggu dengan napas tertahan.Suasana begitu kaku hingga suara jam dinding pun terdengar menyeramkan.Patrick duduk diam, tangannya mengepal di bawah meja. Nico menunduk, sementara Bernard, dengan jas hitamnya yang rapi dan mata penuh perhitungan, berdiri di tengah aula seolah itu miliknya.“Jadi, semua sudah sepakat,” ujar Bastian dengan suara tenang, memecah keheningan. “Kepemimpinan Dominic Group akan kembali pada garis utama keluarga. Bukan pada dewan bayangan yang memanfaatkan nama Dominic demi keuntungan pribadi.”Beberapa kepala menunduk, yang lain berbisik tak berani menatapnya. Tapi Bernard hanya tertawa kecil, nada suaranya penuh ejekan.“Sepakat? Kau bicara seolah dunia ini tunduk padamu
Last Updated: 2025-10-31
Chapter: Pertemuan Besar
Langit sore di atas kediaman besar keluarga Dominic berwarna kelabu, seolah ikut menunduk menyambut hari yang akan menorehkan sejarah baru. Angin membawa aroma hujan, berdesir lembut di antara pepohonan tua yang mengelilingi halaman batu.Satu per satu mobil hitam berhenti di depan tangga marmer megah. Dari mobil pertama keluar Patrick, mengenakan setelan armani gelap. Tatapannya kosong, tapi langkahnya pasti. Ia tahu, di balik pintu besar itu, masa depan seluruh dinasti Dominic sedang dipertaruhkan.Mobil berikutnya tiba tak lama kemudian. Dari dalam muncul Bernard Dominic, lelaki paruh baya dengan sorot mata tajam dan wajah dingin penuh percaya diri. Di tangannya tergenggam tongkat kepala singa simbol otoritas yang selama ini menandai siapa pengendali kekuasaan keluarga. Ia menatap langit sebentar, lalu berbisik pelan,“Sekarang waktunya, Sectio. Aku akan menuntut hakku.”Beberapa detik kemudian, Nico datang. Ia tampak canggung, langkahnya ragu-ragu di antara batu basah. Tak satu pu
Last Updated: 2025-10-31
Chapter: Api Dalam Bayangan
“Bagaimana?” tanya Charlie dengan nada tegang begitu Noel kembali ke meja. Tatapannya tajam, menunggu laporan tentang dua pria berbaju hitam yang sejak tadi mereka curigai.Noel menarik napas pelan, menatap keluar jendela restoran. “Fix. Mereka anak buah Patrick. Aku yakin seratus persen. Dan aku khawatir, mereka sedang menyiapkan sesuatu yang lebih besar dari sekadar pengawasan.”Charlie mengernyit. “Maksudmu?”“Mereka ingin menggunakan Amber sebagai umpan,” ucap Noel dingin. “Memaksa Tuan Dominic menyerahkan kekuasaan kepada Bernard.”Ucapan itu menggantung berat. Patrick bukan orang yang bergerak tanpa rencana—dan jika Bernard turun tangan, berarti ini bukan sekadar persaingan keluarga, tapi perang terbuka.“Kita harus bertindak,” kata Charlie akhirnya.Noel mengangguk. “Tangkap mereka sebelum mereka sempat menyentuh Amber. Tapi setelah itu, kita bungkam mereka. Kalau Bernard tahu Patrick menemui Amber, reputasi keluarga Dominic bisa hancur sebelum Bastian sempat bergerak.”Charlie
Last Updated: 2025-10-31
Chapter: Pertemuan
Patrick memacu mobilnya menuju restoran yang telah disepakati. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya sejak tadi, terbayang Amber dengan gaun merah yang ia minta semalam.Namun di belakang mobilnya, dua anak buah Bernard membuntuti. Kamera mereka terus aktif, mengirimkan foto dan video ke ponsel sang tuan.“Patrick menuju restoran,” laporan singkat masuk.Bernard memijat pelipisnya di dalam mobil. Wajahnya mengeras.“Terus pantau. Aku ingin tahu siapa yang ia temui sampai berani berbohong soal sakitnya.”Beberapa menit kemudian, ia menerima video baru, Patrick tampak sehat dan bersemangat, jauh dari pura-pura lemas yang ia tunjukkan tadi pagi. Bernard mendesis pelan.“Kalau kau berkhianat padaku, Patrick… aku sendiri yang akan menguburmu.”Patrick sampai di restoran dan mencari-cari sosok Amber. Sekilas panik, takut gadis itu sudah pulang karena menunggu terlalu lama. Tapi suara lembut dari arah kanan membuatnya menoleh.“Di sini,” sapa Amber sambil melambaikan tangan.Gaun merah itu m
Last Updated: 2025-10-31
Chapter: Tidak Benar-benar Percaya
Patrick menggigit bibir setelah panggilan Bernard terputus. Ia segera menghubungi Amber, menunda kencan pertama yang sudah direncanakan. Rasanya sial: rencana yang manis harus tertunda karena gangguan besar.“Halo, Amber,” sapanya saat sambungan tersambung. “Maaf, aku hampir sampai, tapi ada urusan mendesak. Aku harus putar balik dulu.”Amber panik. “Ada apa? Kamu tidak kecelakaan, kan? Atau banmu pecah?”“Tidak. Hanya ada masalah yang harus segera kuselesaikan. Daripada kepikiran waktu bertemu, lebih baik aku urus dulu.” Patrick berbohong tipis, menutup fakta: Bernard akan datang ke rumahnya.“Kalau begitu aku panggil montir saja, ya? Bisa ganti ban di situ.” Amber mencoba membantu.“Ide bagus. Maaf sudah janji menjemputmu, tunggu sebentar, aku akan segera kembali.” Setelah memutus, Patrick menyetel napas, memacu mobil ke arah rumah.Di jalan ia melajukan mobil, menerabas lampu merah; fokusnya hanya satu: sampai lebih dulu di rumah sebelum Bernard tiba. Di kepala berputar skenario ba
Last Updated: 2025-10-31
Chapter: Permainan Yang Berawal Dari Kebohongan
Mereka tengah membicarakan Amber ketika pintu ruang kerja terbuka. Wanita itu muncul tergesa, belum berganti pakaian, namun sudah mengenakan make up. Wajahnya terlihat berseri, seolah menahan antusias yang tak bisa disembunyikan.“Ada apa lagi?” tanya Bastian heran. “Kau sudah dua kali ke sini hari ini.”Amber tersenyum canggung. “Hanya ingin memastikan kalau aku benar-benar diizinkan menemui Patrick.”Charlie dan Bastian saling pandang. Tatapan mereka berkata hal yang sama: ada sesuatu yang berubah dari Amber.“Tentu saja,” jawab Bastian akhirnya. “Kau sudah mendapat izin. Kenapa bertanya lagi?”Amber mengangkat bahu ringan. “Hanya ingin memastikan. Aku akan merasa lebih tenang kalau dengar langsung.”Ia tersenyum manis sebelum keluar ruangan.Begitu pintu tertutup, Bastian menarik napas panjang. “Sikapnya benar-benar aneh. Aku yakin dia menyembunyikan sesuatu.”Charlie mengangguk. “Apa aku perlu membuntutinya?”Bastian sempat ragu. “Kalau dia tahu, bisa-bisa marah.”“Lalu bagaimana
Last Updated: 2025-10-31
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status