Ternyata Kevin berhasil menghubungi Antoni. Dan yang paling mencengangkan, Antoni mengatakan jika masih berharap cinta Claire. Keduanya bahkan berencana bertemu di sebuah cafe untuk membahas Claire. Sepulang dari rutinitas pekerjaannya, Antoni dan Kevin kini bertemu di sebuah Cafe yang sudah mereka berdua tentukan. Cafe Olivier menjadi tempat tujuan mereka berdua.
“Antoni. Apa kau tahu jika Claire menikah namun tidak saling mencintai?” Kevin menyampaikan informasi mengenai kabar pernikahan Claire. Antoni mengusap dagu seraya seraya berkata “Aku masih mencintai Claire, bisakah kau membantuku?” Pertanyaan Antoni menjadi angin segar bagi Kevin. Kevin sudah menduga jika rencana busuknya akan berhasil dengan memanfaatkan Antoni. “Oh, tentu saja! Aku pasti membantumu bersatu dengan Claire. Aku sendiri tidak rela jika sepupuku jatuh kepada pria tidak berguna!” Ucap Kevin. Kevin begitu bangga karena mendapati Antoni masih berharap cinta Claire. Sepasang mata kebetulan memperhatikan Kevin dan juga Antoni di seberang Cafe. Arnold merasa ada yang mencurigakan dengan sikap Kevin. Tidak biasanya bersikap biasa dengan seseorang. Kevin adalah manusia paling arogan serta angkuh. Arnold meraih ponsel di saku celana dan menghubungi Jack setelah mengambil gambar mereka berdua. “Jack, bisakah kau mencari informasi orang ini?” Ucap Arnold pada Jack seraya memberikan sebuah foto yang baru saja di dapatkannya. “Baik, Tuan muda!” Ucap Jack menyanggupi perintah majikannya. Jack bersiap mencari informasi mengenai sosok Antoni. Tidak butuh waktu lama, informasi mengenai Antoni sudah terkirim padanya. “Mantan kekasih?” Arnold membaca sebuah kalimat dari pesan yang dikirim Jack padanya. Jack juga menceritakan jabatan Antoni di salah satu perusahaan ternama yang bekerja sama dengan Emrand grup. “Baiklah. Kau dalam pengawasanku, Antoni. Sedikit saja kau merusak moodku, maka akan aku hancurkan posisimu!” Gumam Arnold. Di seberang Cafe terlihat sebuah toko yang menjual bunga mawar merah cantik sekali. Dandelions Flower, toko bunga yang terkenal di kota ini karena memiliki kualitas sangat bagus. Bahkan satu tangkai seharga ribuan dollar. “Bisakah kau berikan aku satu tangkai mawar itu?” Tanya Arnold seraya menunjuk ke arah satu tangkai mawar yang dihiasi plastik bening dengan sebuah pita yang melingkar di bawah kelopak bunga. “Ini mahal, Tuan. Pria biasa sepertimu tidak akan mampu membeli bunga disini meski hanya satu tangkai!” Penjual bunga itu tidak melayaninya, malah memberikan hinaan karena penampilan Arnold yang menggunakan pakaian biasa. Pada dasarnya, pelanggan toko adalah orang-orang kaya dengan pakaian mahal yang mampu membeli bunga di Dandelions Flower. “Pergilah, Tuan! Anda akan merusak keberuntungan toko saya!” Penjual bunga itu mengusir Arnold dengan kasar. “Nona Grace. Anda akan menyesal karena sudah menghina saya!” ucap Arnold seraya membaca name tag yang tersemat di dada kiri penjual bunga. “Pria miskin tidak patut menghina saya! Pergilah sebelum aku melaporkanmu ke polisi!” Ucapan yang keluar dari mulut Grace membuat darah Arnold mendidih. Andai bukan wanita, pasti Arnold sudah memukulnya. “Sepuluh menit lagi aku pastikan anda akan menjadi wanita jalanan!” Sahut Arnold. Tidak berapa lama, datanglah dua mobil berwarna hitam. Beberapa pria bertubuh kekar keluar dari mobil tersebut dan seketika menghancurkan semua dari toko Dandelions Flower. “Hentikan!” Teriak Grace yang terkejut melihat toko bunga miliknya hancur tanpa sisa. Bunga seharga ratusan ribu dollar kini berubah menjadi tumpukan sampah. “Ini akibatnya jika sudah berani menghina Tuan muda!” Jack menghampiri Grace yang ketakutan. Jack bahkan menarik kerah baju Grace hingga tubuh Grace sedikit terangkat. “Tu-Tuan Jack. Siapakah lelaki itu?” Tanya Grace seraya menunjuk ke arah Arnold yang berdiri menyaksikan kehancuran tokonya. Grace tidak tahu jika pria yang dihinanya adalah orang paling berpengaruh. “Dia adalah bos besar. Ini pelajaran kecil untukmu. Andai kau bukan wanita, aku pastikan sudah menghabisimu juga!” Jack kembali menggertak Grace yang wajahnya memucat karena rasa takut. Jack akhirnya melepaskan cengkraman tangannya dan membiarkan Grace duduk menyaksikan bunga mahal di tokonya hancur berantakan. Grace kembali menatap penampilan Arnold, tidak menyangka jika lelaki berpenampilan sederhana adalah orang kaya. Bahkan jaket yang dikenakannya terdapat enam jahitan. “Cepat minta maaf pada Tuan Muda!” Pekik Jack membuat Grace semakin ketakutan. Siapapun pasti tahu kekuatan orang kaya di kota ini. Sedikit saja melakukan kesalahan maka hukuman kejam akan menjadi hadiahnya. “Ba-baik, Tuan!” Ucap Grace seraya merangkak ke arah Arnold dan kemudian berlutut seraya meminta maaf. “Ma-maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu jika anda sebenarnya seorang pewaris!” Grace mengatakan permintaan maaf seraya berlutut di depan Arnold. “Nona Grace. Aku harap setelah kejadian ini, kau tidak lagi menilai seseorang dari penampilannya saja! Bangunlah, aku memaafkanmu! Dan ingat, kau harus sembunyikan identitasku. Jika kau melanggar, kau bisa terima hukuman setelahnya!” Ucap Arnold Seraya meminta Grace segera berdiri dan memberikan ancaman pada Grace. Arnold kemudian meminta Jack beserta anak buahnya keluar dari toko. “Tuan. Apakah Antoni membuat masalah dengan Anda?” Tanya Jack ketika mendapati Antoni dan Kevin masih berada di cafe. “Sepertinya dia akan membuat ulah nantinya. Kita tunggu saja jika dia membuat ulah nantinya. Setelah itu terserah padamu. Kau bisa membuatnya cacat seumur hidup!” Seru Arnold seraya meninggalkan Jack bersama anak buahnya. Arnold berjalan menyusuri trotoar untuk sampai ke rumah keluarga Klein. Trotoar yang menghubungan jalan pintas menuju ke tempat tujuan menjadi jalan favorit Arnold demi menghemat waktu. “Hey, Arnold pecundang!”Kakek Klein terlihat berjalan kesana kemari sambil menunggu kabar dari Kevin. Kevin tidak serius akam perintah Kakek Klein, melainkan hanya berpura-pura mencari tahu alamat alex berada. "Aku tidak bisa melacaknya, Kek. Lagipula, biarkan saja mereka berdua pergi! Aku disini untuk mendedikasikan hidupku padamu!" Ucap Kevin sambil melirik ke arah Vivian. Ibu dan anak terlihat saling melempar senyum karena rencana sudah berhasil. "Baiklah, urus semua sampai kontrak berakhir. Aku tidak ingin mengecewakan Emrand grup untuk yang pertama kalinya!" Ucap Kakek Klein seraya menunjuk ke arah Kevin. Kakek Klein berlalu meninggakkan ruang kerjanya, kini tinggalah Kevin dan juga Vivian. "Kau hebat, Kevin! Shining grup akan menjadi milikmu!" Ucap Vivian seolah memberi selamat atas keberhasilan Kevin menjadi direktur Shining grup. Kevin membuka dokumen dan mulai mempelajari semua kontrak antara Shining grup dan Emrand grup. Betapa terkejutnya, ketika dirinya sama sekali tidak memahami perja
Kedua mata Claiee seakan tidak percaya dengan seseorang yang menyapanya di pesawat. Ingin rasanya tertawa, kesal bahkan ingin ungkapkan rasa rindu tiga hari tanpa kabar. "Arnold, bagaimana bisa kau ada disini?" Tanya Claire seakan hampir tidak percaya. Arnold duduk tepat di kursi sebelah Claire. Meski pendingin udara menyala cukup dingin, namun keringat membanjiri tubuh Claire. Arnold meraih saputangan dari jas yang dikenakan kemudian mengusap keringat Claire. Bibir mereka perlahan tersenyum, andai tidak berada di tempat umum, ingin rasanya Claire memeluk Arnold. "Kenapa berkeringat, Claire? Apa kau sakit?" Tanya Arnold. "Kau jahat padaku, Arnold. Aku membencimu!" Ucap Claire dengan wajah cemberut seraya melipat kedua tangannya di dada. "Kau selalu membuatku gemas, Claire. Aku sama sekali tidak nyaman harus berjauhan denganmu!" Ucapan Arnold sukses membuat hati Claire meleleh. Perlahan Arnold mengungkap isi hati meski belum sepenuhnya. Di kursi seberang, Alex hanya tersenyum me
Claire diam seraya mengamati pemilik tubuh yang dikenali dari belakang. Claire terpaksa menghentikan langkahnya dan membiarkan Jack melanjutkan urusannya dengan wanita tersebut. "Maafkan saya, Tuan. Ampuni saya!" Terdengar gadis itu meminta ampun pada Jack. Gadis itu terlihat mengerikan dengan pakaiannya yang seksi namun seolah sudah dirobek. Jack hanya diam dan tetap membiarkan gadis itu merengek minta ampunan. Karena sebuah janji yang diucapkan gadis itu akhirnya Jack memaafkannya. Tidak berapa lama gadis itu pun berhenti berlutut kemudian berbalik. Nyaris saja jantung Claire keluar dari tempatnya ketika melihat wajah Denise babak belur. Claire diam dan mengalihkan pandangannya sejenak dari Denise. "Apa yang diperbuat olehnya?" Gumam Claire. Denise pergi dengan kepala menunduk, tidak seperti biasanya saat masih menjadi tuan putri di keluarga besar Light grup. Kesombongan Denise telah musnah karena keangkuhannya. Claire menatap punggung Denise semakin menjauh dan menghilang di
Kiriman buket bunga yang datang membuat Claire heran. Sebuah nama pengirim terselip, namun ketika Claire membukanya, wajahnya yang ceria berubah menjadi murung. "Dari Albert. Sebaiknya aku letakkan saja di sudut sana!" Ucap Claire seraya membawa buket bunga tersebut ke salah satu sudut ruangan yang tidak akan dijamahnya. Bunga itu teronggok sia-sia di sudut ruang kerja tanpa ada yang mau menjamah. Ceklek Pintu dibuka dari luar tanpa ijin pada pemilik ruangan. Ternyata Kakek Klein datang dengan wajahnya yang datar. "Claire. Berkatmu, semua berjalan lancar!!" Ucap Kakek Klein tanpa ekspresi sedikitpun. "Kakek, terima kasih sudah mempercayakan Emrand grup padaku!" Ucap Claire tanpa ada senyum di bibirnya. Claire paham jika sang kakek tidak pernah tulus padanya. "Kakek akan memperpanjang jabatanmu tanpa halangan apapun meski kau melakukan kesalahan." Ucap Kakek Klein seraya memasukkan tangan kanannya di saku celana. "Apa maksud Kakek?" Tanya Claire seraya menautkan kesua ali
Claire menengok kepada pemilik suara tersebut. Ternyata Jack berada tidak jauh darinya seraya membungkuk memberikan salam. Tentu saja sikap Jack membuat Claire terkejut apalagi Clairr merasa jabatannya tidak ada apa-apanya dibanding Jack. "Oh begitu, Tuan! Maafkan saya, saya akan pergi kalau begitu!" Ucap Claire dengan raut wajah kecewa yang disembunyikan di balik senyumnya. "Tidak apa, Nona. Apakah Nona Claire baik-baik saja?" Tanya Jack memastikan isi hati Claire. "Ada sedikit kecewa, Tuan. Mungkin hanya perasaanku saja yang terlalu besar pada Arnold. Ini bukan salah Arnold jadi jangan pernah pecat dia!" Ucap Claire dengan kepala menunduk. Kedua matanya menatap bekal untuk Arnold yang berada di tangannya. Kedua mata Jack memperhatikan sesuatu yang dibawa Claire. Jack merasa Claire akan memberikan sesuatu pada Arnold. "Apakah itu untuk Tuan Arnold?" Tanya Jack pada Claire. "Tu-tuan Arnold?" Claire mengulangi pertanyaan Jack yang menyebut Arnold dengan sebutan Tuan. "Oh,
Kedua mata Arnold membulat sempurna ketika mendapat sebuah panggilan dari Jack. Arnold seketika berdiri seraya meraih jaket tebal hadiah dari Claire. Ditatapnya Claire tengah tertidur dengan pulas dan dirinya saat ini harus segera memenuhi panggilan Jack. Arnold menulis sebuah pesan dan meletakkannya di meja rias Claire. Arnold berjalan tergesa-gesa supaya sampai di pintu belakang. Jack menyambut kedatangan Arnold ketika sudah sampai di tepi jalan. "Tuan, kita ke singapura sekarang!" Ucap Jack seraya membuka pintu mobil untuk Arnold. Tidak ada yang bisa Arnold ucapkan selain mengikuti ucapan Jack. Ke Singapura mendadak sama saja terjadi hal buruk pada sang Kakek. Selama perjalanan menuju bandara, tidak hentinya Jack melantunkan doa untuk semua keluarganya suoaya diberikan kesehatan dan umur panjang. Tidak berapa lama mobil hitam yang membawa Arnold dan Jack sudah sampai di bandara. Gegas Arnold bersama anak buahnya menuju ke sebuah ruang pribadi yang terdapat boarding pass yang me