Menteri Brade, meskipun terkejut oleh keteguhan hati tahanan yang tersisa, tidak memiliki niat untuk mundur. Dengan mata menyala api kemarahan, dia menatap tiga orang tahanan itu dengan penuh kebencian. "Kalian pikir kalian bisa berdiri teguh melawan kekuasaanku?" gumamnya sambil menggeram.Tanpa ragu, ia menganggukkan kepalanya ke arah salah satu anak buahnya yang berdiri di sampingnya. Sang ajudan yang setia segera mengerti perintahnya. Dengan wajah tanpa ekspresi, ia menarik pistolnya dari pinggangnya dengan gerakan yang terampil."Kalian sudah memilih nasib kalian sendiri," ucap Menteri Brade dengan dingin, suaranya terdengar di tengah keheningan ruangan. "Biar mereka menjadi contoh bagi siapapun yang berani menantang kekuasaanku!"Ajudan itu mendekati tahanan-tahanan yang duduk di kursi besi dengan langkah yang mantap. Wajahnya tidak menunjukkan keraguan sedikitpun saat ia mengarahkan pistolnya ke arah salah satu tahanan. Tindakan sadisnya menjadi nyata saat ia menarik pelatuk de
Dini hari, ketika langit masih gelap dan angin berbisik dengan suara pelan, mobil-mobil panser yang identitasnya telah dihilangkan meluncur menuju pemukiman. Suasana tegang meliputi kedua belah pihak, penduduk bersiap dengan senjata sederhana yang mereka miliki, sementara pasukan Menteri Brade bersiap untuk menyerang dengan kekuatan penuh.Dalam kegelapan malam, suara langkah kaki dan desiran angin menambah ketegangan di udara. Setiap detik terasa seperti berjam-jam, dan setiap detik itu juga mengukir kekhawatiran yang semakin dalam di hati setiap orang."Siapkan diri, mereka sudah di depan pintu gerbang!" bisik Cathlyn dengan suara gemetar kepada para penduduk yang telah bersiap di barikade sederhana mereka.Pintu-pintu mobil panser terbuka, dan pasukan Menteri Brade melangkah keluar dengan senjata-senjata mereka yang mengkilat di bawah cahaya rembulan. Pandangan mereka dipenuhi dengan kepercayaan diri dan niat jahat yang mengancam.Sebuah mobil berbeda datang. Mobil mewah BMW berwar
Dalam keadaan kekacauan yang melanda pemukiman, suara sirine berdering tajam di langit malam. Helikopter polisi muncul, melayang rendah di atas tempat kejadian dengan lampu sorotnya yang membelah kegelapan. "Jangan melawan! Saya ulangi, jangan melawan!" Suaranya gemetar mencerminkan ketakutan yang teramat mendalam.Peringatan disampaikan dengan keras dan tegas melalui pengeras suara dari helikopter itu, memerintahkan Menteri Brade dan anak buahnya untuk menyerah tanpa syarat.Namun, sikap keras kepala Menteri Brade segera muncul. "Mereka pikir siapa mereka, Berani sekali mengancamku seorang menteri negara! Presiden saja tidak berani mengancamku!" teriaknya dengan wajah yang memancarkan kemarahan. Tanpa ragu, Menteri Brade meraih senapan bazooka dari salah satu anak buahnya, menodongkannya ke arah helikopter polisi yang melayang di udara.Sebelum siapapun bisa bereaksi, Menteri Brade menarik pelatuk. Ledakan dahsyat mengguncang udara, dan helikopter polisi terpental ke samping sebelu
“Bang Nel, kemana aja kau tadi malam? Kami berdua di pemukiman itu benar-benar tegang. Beruntung orang misterius itu muncul lagi!”Wesly langsung memberondong Kal dengan pertanyaan. Ia nampaknya tidak puas karena Kal tidak berada di pemukiman pada saat terjadi penyerangan oleh Menteri Brade.“Aku ada sedikit urusan. Bukankah semua sudah selesai,” sahut Kal dengan senyum khasnya lalu duduk di kursi yang tersedia.Saat itu mereka berada di pelataran rumah Cathlyn. Memang rumah gadis itu kini sering dijadikan tempat nongkrong. Keduanya membantu gadis itu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Terlebih saat ini Cathlyn bergabung dalam LSM perlindungan masyarakat.“Kak Nel!” sapa Cathlyn yang baru saja muncul dari dalam rumah.“Ini, semua sudah beres surat-surat penting kepemilikan untuk rumah-rumah di sini dan di pemukiman sana!” Kal memberikan sebuah dokumen. Cathlyn langsung mengambil dan memeriksanya. Ia tersenyum bahagia melihat. “Terima kasih kak!” ucap gadis itu.Dokumen-dokume
Tiga buah mobil terus melaju. Di belakangnya nampak sebuah motor sport terus menguntit.Mobil mewah yang dikawal ketat itu berisikan empat pejabat di kementerian keuangan. Salah satunya merupakan kepala Bea cukai Negara Red Diamond. Mereka merupakan empat terdakwa pemerasan pelaku pajak. “Kami mengerti!” sahut seseorang yang dihubungi sopir yang membawa para pejabat tersandera hukum itu.Mobil belakang yang mengawal pejabat berisikan empat orang, dua diantaranya membuka kaca lalu menembaki seseorang yang mengendarai motor di belakangnya.Dengan sangat mudah pengendara motor itu menghindari. Meskipun dihujani peluru dari senapan canggih tidak ada satupun yang mengenainya. Beberapa diantara peluru itu sebenarnya ada yang mengenai si pengendara misterius, namun ia seolah tak mempan peluru. Mereka menebak pakaian yang digunakan oleh orang itu memang pakaian anti peluru.“Aneh sekali, tidak mungkin orang biasa memiliki pakaian anti peluru secanggih itu,” desis salah satu pengawal yang t
Renold dan rekan-rekannya duduk tegang di dalam mobil. Mereka membayangkan orang-orang misterius telah bersiap untuk menyerang.Renold dan yang lainnya merasa semakin terjepit dalam situasi yang semakin genting. Renold memberi isyarat kepada rekannya untuk bersiap-siap menembak ketika pengawal membuka pintu mobil.Pintu mobil dibuka di kedua arah secara bersamaan. Dengan gerakan sigap, seisi mobil melompat keluar sambil menembak ke arah yang mereka anggap sebagai penyerang. Renold bahkan melepaskan tembakan dari senapan berat yang dia bawa.Namun, betapa terkejutnya mereka ketika yang mereka hadapi adalah kepolisian berseragam lengkap. Serentetan tembakan langsung meluncur ke arah Renold dan rekan-rekannya, tanpa ampun dan tanpa peringatan. Renold dan para rekan seketika terkena tembakan dari segala arah.Tak ada kata-kata yang terucap di antara mereka. Hanya suara gemuruh tembakan dan derap langkah polisi yang mendekat. Renold, yang terluka parah, mencoba mengeluarkan satu kata tera
Hector menatap pintu kamar Joana dengan keraguan. Meskipun tahu bahwa keamanan kamar itu memiliki sistem keamanan kuat, namun kekhawatiran dan kecurigaan nya tidak bisa hilang begitu saja dari pikiran. “Aku harus memastikan penyusup itu memang benar-benar tidak ada di tempat ini. Satu-satunya yang belum diperiksa kamar ini,” gumam Hector. “Apakah kau sudah memeriksanya Mark?” ucapnya dengan tatapan tajam ke arah pintu kamar Joana.Mark menggelengkan kepalanya, "Tidak ada ayah," kata Mark dengan nada cemas.Hector menarik napas dalam-dalam, "Kenapa tidak mencoba memeriksanya?" tanyanya dengan suara agak menyalahkan.Mark menggeleng cepat. "Tidak mungkin ada yang bisa masuk tanpa sepengetahuan penjaga, ayah. Penjaga-penjaga di sini telah melakukan tugas mereka dengan baik. Tidak ada sedetikpun tempat ini tanpa adanya penjagaan."Meskipun mendengar penjelasan itu, Hector tetap tidak yakin. "Aku ingin memastikan semuanya dengan mata kepala sendiri. Buka pintu sekarang," ujarnya tegas.N
Keadaan menjadi semakin tegang. Para petugas keamanan Star Dream sudah bersiap, meskipun ada rasa gentar yang terlihat jelas di wajah-wajah mereka ketika mereka melihat penampilan dan sikap tegas dari Joe dan anak buahnya.Tiba-tiba, suara tembakan memecah keheningan. Satu dari petugas keamanan jatuh tersungkur, menghantam tanah dengan keras. "Kalau kalian nekat melawan kami, maka kalian semua akan sama nasibnya dengan dia. Cepat panggil pemilik tempat ini atau orang yang mengelolanya," bentak Joe dengan nada dingin, menunjukkan bahwa dia serius dengan ancamannya.Para petugas keamanan Star Dream tetap diam di tempatnya, wajah-wajah mereka mencerminkan ketakutan yang menggerus hampir semua keberanian mereka. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa menghadapi Joe dan anak buahnya dengan senjata-senjata canggih yang mereka miliki.Kembali terdengar suara tembakan. Kali ini, satu lagi dari petugas keamanan gugur, meninggalkan suasana yang semakin mencekam di sekitar tempat hiburan tersebut.