Share

Bab 5 DI KIRA ORANG KAMPUNG YANG MISKIN

       Sekarang tinggal Angeline dan ibunya saja yang berada di rumah. Rosa menghela nafas lega, seakan gunung yang menghimpit tubuhnya sudah terangkat. Sedari tadi dia diam saja tidak berani berbicara dan mencampuri percakapan nyonya besar dengan Angeline.

        Setelah suasana mulai sedikit tenang, Rosa mulai bertanya lagi tentang Darko. Akan tetapi Angeline tidak ingin beradu argumen dengan ibunya lagi, ia terlalu lelah untuk melakukannya lagi.

       Angeline pun pergi ke kamarnya yang ada di rumah megah itu, meninggalkan Darko yang masih berdiri di sana.

        Demi mengusir rasa bosan, Darko berjalan ke luar rumah untuk berjalan-jalan sebentar. Setelah mengambil uang di ATM terdekat, ia pun pergi ke pusat kota tersebut menggunakan taksi.

        Akhirnya taksi pun berhenti setelah sampai di jalan komersil, di jalan ini sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah gedung-gedung pencakar langit. Setelah meminta sopir taksi untuk menurunkannya di pinggir jalan, Darko mulai berjalan menyusuri trotoar yang sangat indah dengan tanaman bunga di kanan kirinya.

        Di depannya terlihat sebuah Restoran yang sangat besar, perut Darko seketika berbunyi. Maklumlah sejak dia turun dari kapal perang perutnya belum terisi sesuap makanan pun.

       “Berhenti..!”

Tiba-tiba terdengar suara dan seorang Satpam berdiri di depan pintu Restoran yang akan dia datangi.

        Darko nampak tertegun dan dengan reflek menghentikan langkah kakinya. Dia memandang ke arah petugas keamanan yang berdiri di depannya dengan pakaian serba hitam.

        Wajah Satpam ini terlihat tegas dan di sudut bibirnya ada senyuman menghina saat menatap sosok Darko. Dalam benak Satpam ini berpikir, kalau Darko salah masuk ke Restoran kelas tinggi ini, sehingga dia menghadang jalan masuknya.

        “Ada apa pak?”

Darko bertanya dengan expresi bingung, dia menatap Satpam yang menghalangi jalannya dengan perasaan aneh.

        “Bapak mau pergi kemana?”

        “Saya mau makan di Restoran ini.”

        “He he he he apa bapak tidak salah masuk?”

        Darko semakin bingung dengan jawaban Satpam ini, padahal dia sudah mengatakan tujuannya datang ke Restoran ini yaitu untuk makan, akan tetapi Satpam ini masih juga menghadang jalannya.

        Selama ini tidak ada orang yang berani menghadang jalannya, akan tetapi saat ini Satpam di depannya begitu berani menghalangi langkah kakinya. Tentu saja Darko menjadi kesal, Darko menatap wajah Satpam di depannya dan memandang kearah pakaian yang dikenakannya memang sangat sederhana dan murahan.

        Saat ini ada serombongan pria muda dan wanita cantik berpakaian mewah masuk ke dalam Restoran. Satpam yang menghadang jalannya nampak membungkuk dan tersenyum cerah menyambut kedatangan mereka. 

        Akan tetapi ketika Darko mau berjalan masuk, Satpam ini masih saja berusaha menghalangi jalannya.  Darko merasa kesal ketika melihat banyak orang yang menatap ke arahnya  dengan tatapan aneh.

        “Lihat pemuda itu, apa tidak tahu kalau Restoran ini adalah Restoran mahal.”

        “Ha ha ha ha sepertinya pemuda itu berasal dari desa, lihat pakaian yang dipakainya juga sangat murahan.”

       Suara-suara penuh ejekan terdengar di telinga Darko saat serombongan wanita muda dan pemuda yang berpakaian bagus memasuki Restoran ini.

        Darko bukannya tidak tahu kalau Restoran di depannya ini adalah Restoran mewah, baginya Restoran semacam ini bukanlah apa-apanya. Saat dia belum bergabung dengan militer, Restoran bintang lima yang ada di ibukota adalah langganannya serta tempat dia berkumpul dengan teman-temannya sesama keluarga bangsawan di ibukota.

       Sebenarnya maksud satpam ini sangatlah wajar, dia memang bertugas untuk mengingatkan pengunjung yang terlihat miskin untuk jangan masuk. Karena harga setiap makanan di Restoran ini sangatlah mahal dan bukan konsumsi orang miskin maupun pekerja kantoran biasa.

      “Minggirlah, jangan halangi jalanku.”

Darko mulai tak sabar dengan sikap Satpam di depannya, dia segera menerobos masuk dan mengibaskan tangannya dengan ringan kearah tubuh Satpam.

       Bughhh….!

Tubuh Satpam ini langsung terpental sejauh tiga meter dan tubuhnya mencium lantai dengan keras. Padahal tubuh Satpam ini sangat kekar, akan tetapi dengan kibasan yang terlihat ringan dari tangan Darko tubuhnya tidak sanggup menahannya.

        Satpam yang terjatuh merasa sangat kesal dan malu, apalagi mata para pengunjung Restoran sedang menatap ke arahnya.

        “Kurang ajar, nampaknya kamu mau membuat ribut di tempat kami?! Jangan harap bisa masuk kedalam sebelum melangkahi nyawaku terlebih dahulu!”

         Satpam ini berteriak dengan keras dan penuh ancaman, matanya seakan mau keluar, wajahnya memerah tubuhnya dipenuhi aura membunuh. Dengan cepat Satpam ini berdiri sambil menepuk-nepuk bajunya yang kotor terkena debu.

         Darko sama sekali tidak memperdulikan teriakan satpam ini, dia terus berjalan masuk kedalam Restoran. Dia tidak langsung duduk di lantai satu, akan tetapi berjalan ke arah tangga. Darko berniat masuk ke lantai dua atau tiga, karena dia tahu kalau di lantai dua atau tiga suasananya lebih tenang.

         Manajer Restoran yang mengetahui ada keributan di pintu masuk segera keluar dari kantornya. Satpam yang sedang berlari masuk hampir menabrak manajer Restoran, untungnya sang manajer cukup sigap menghindar.

         “Tono ada apa?! Kenapa kamu berteriak, apa kamu tidak tahu kalau teriakanmu bisa mengganggu ketenangan pengunjung Restoran kita?!” tegur manajer Yadi dengan wajah memerah menahan emosi.

       Manajer Yadi kemudian menangkupkan kedua tangannya di depan dada sambil menghadap ke para pengunjung yang sedang menikmati makanannya. Apa yang dilakukannya sebagai tanda permohonan maaf, karena anak buahnya sudah membuat keributan.

        Satpam Tono segera menghentikan langkahnya dan tidak jadi mengejar Darko yang sudah menaiki tangga menuju lantai dua.

        “Boss.. maaf Boss, tadi ada orang yang membuat onar,” ucap Tono sambil menundukan wajahnya.

        Meskipun dia memiliki tubuh yang kekar, akan tetapi saat menghadapi Manajer Yadi dia harus bersikap sopan. Satpam Tono tahu kalau dia sampai membuat kesalahan, maka pekerjaannya yang begitu santai akan hilang.

       “Membuat onar? siapa yang berani membuat onar di Restoran Bintang Kejora?!”

Manajer Yadi meninggikan suaranya mendengar laporan satpam Tono. Suaranya penuh dengan perasaan marah, tentu saja dia sangat emosi begitu mendengar laporan anak buahnya.

       Sementara itu Darko yang berada di lantai dua sudah memesan beberapa menu makanan yang paling enak di Restoran ini. Untungnya pelayan Restoran sama sekali tidak peduli dengan penampilan Darko yang sederhana, pelayan sudah mencatat semua pesanannya dan pergi ke dapur.

        Tak lama kemudian makanan yang Darko pesan sudah datang dan disajikan di mejanya. Saat  akan memasukkan makanan kedalam mulutnya, dari arah tangga terdengar suara langkah kaki.

       “Berhenti..!!”

Terdengar suara teriakan yang cukup keras di lantai dua, secara otomatis Darko menghentikan gerakannya yang akan memasukkan makanan kedalam mulutnya.

       Kemudian sudut matanya melirik ke arah sumber suara, seketika dia tahu siapa orang yang berteriak itu. Ternyata yang berteriak adalah Satpam Tono yang datang bersama manajer Yadi. 

       Setelah tahu kalau yang berteriak adalah satpam Tono, Darko melanjutkan memasukkan makanan yang sudah ada di depan mulutnya. Dia sama sekali tidak peduli dengan teriakan satpam Tono.

        Tak lama kemudian mereka berdua berdiri di depan meja Darko. Sepasang mata manajer Darko langsung menyapu keatas meja yang ada di depannya, seketika keningnya mengernyit.

        Manajer Darko melihat semua makanan yang di pesan Darko merupakan menu nomor satu di Restoran ini, kalau di total seluruh makanan seharga seratus juta rupiah. Semua makanan yang di pesan adalah makanan laut yang sangat langka dan mahal.

         Satpam Tono juga melihat makanan yang di atas meja, seketika expresinya menjadi jelek. Ternyata Darko malah memesan makananan nomor satu yang ada di Restoran ini..

       “Berhenti..!!”

        Manajer Yadi kembali berteriak sambil mengulurkan tangannya untuk menangkap tangan Darko yang akan menyuapkan makanan ke mulutnya lagi.

        Darko sama sekali tidak peduli, dia tetap menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Sementara itu tangan satunya yang ada  di atas meja, tanpa diketahui semua orang menjentikkan jari tangannya. Tiba-tiba tubuh manajer Yadi yang mau menangkap tangan Darko berhenti dan tubuhnya langsung menjadi patung hidup.

       Hembusan angin yang padat melesat menekan titik akupuntur di tubuh manajer Yadi. Angin yang melesat dari jari tangannya merupakan jurus totokan jarak jauh.

       Keringat dingin seketika, mengucur deras dari dahi manajer Yadi saat menyadari kalau tubuhnya menjadi kaku dan tak bisa digerakkan.

       Satpam Tono nampak tertegun melihat kondisi tubuh manajer Yadi yang terdiam dalam posisi mengulurkan tangannya ke arah Darko. Dia tak habis pikir, apa sebenarnya yang terjadi dengan Bossnya ini.

      Sementara itu Darko sama sekali tidak peduli dengan keadaan manajer Yadi, dia melanjutkan menyantap makanannya.

     

Komen (20)
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
terimakasih atas support nya
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
terimakasih atas support nya
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
terimakasih atas support nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status