Share

Bab 4 PENGAKUAN YANG BIKIN SHOCK

      Nyonya besar berteriak tidak percaya sambil menatap kearah Darko serta Angeline. Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan cucu kesayangannya ini. Rinto dan yang lainnya juga tidak percaya dengan apa yang dikatakan Angeline, saat memperkenalkan Darko sebagai suaminya.

       “Angeline!! Jangan bercanda kamu…! Berani-beraninya kamu bercanda di depan nenek dan kami para orang tua?!”

        Rinto menghardik Angeline, wajahnya memerah pertanda kalau dia sangat marah dan tidak percaya dengan omongan keponakannya ini.

       Sedangkan Rossa nampak sedang menahan nafas, melihat Angeline datang bersama Darko. Dia sudah bisa menebak, tak lama lagi pasti ada badai di depannya. Dia hanya bisa menatap Angeline dan Darko dengan perasaan kasihan.

        Rosa tidak terlalu memihak antara pilihan anaknya maupun pilihan kakak iparnya, dia sebenarnya lebih mendukung pilihan anaknya. Akan tetapi sejak melihat kondisi Darko yang terlihat miskin, dia pun hanya bisa diam meskipun dalam hatinya menolak. Dalam hati Rossa sedang mencari aman, tentu saja apa yang ada di dalam pikirannya adalah hal yang menguntungkan dirinya.

       Rossa tentu saja lebih condong ke pilihan Rinto dan yang lainnya setelah melihat kondisi Darko yang miskin. Akan tetapi sebagai ibu kandung Angeline dan sangat menyayanginya tentu saja dia tidak bisa terlalu menentang pilihannya secara terang-terangan.

        Darko terlihat begitu tenang, meskipun dikelilingi orang-orang yang menatapnya dengan cemoohan dan cibiran, bisa di lihat dari tatapan mata mereka. Seakan semua orang ingin menelannya bulat-bulat bahkan ingin mencincang tubuhnya menjadi perkedel.

        Dia tidak memperdulikan ketidak senangan semua orang, yang paling penting adalah Angeline mau menerima perjodohan yang sudah di atur kakeknya sejak dia kecil.

        Nyonya besar nampak shock setelah mendengar pengakuan Angeline, dia terhuyung sambil memegangi dadanya. Bagas Wibisono segera memeluk nyonya besar dengan cepat sebelum tubuhnya terjatuh ke lantai.

        Bagas Wibisono merupakan anak kedua di keluarga Wibisono, sedangkan ayahnya Angeline adalah anak ketiga. Untungnya dia segera memeluk nyonya besar, terlambat sedikit saja maka nyonya besar akan terjatuh.

       Sangat dimaklumi sejak meninggalnya kakek Agung Wibisono, nyonya besar kesehatannya mulai menurun.

      “Angeline, lihat perbuatanmu ini!” Bagas juga ikut memarahi Angeline sambil memeluk tubuh nyonya besar, matanya memancarkan api seakan ingin membakar keponakannya ini.

       Akhirnya Darko merasa kasihan melihat Angeline di marahi anggota keluarganya kemudian berkata,  “Kalian salah, tidak perlu memarahi Angeline. Dia hanya memenuhi wasiat kakek Agung Wibisono semasa hidupnya.”

       “Diam…!! Kamu pria miskin jangan ikut campur urusan keluarga Wibisono..!!”  Bagas membentak Darko sambil menudingkan jari telunjuknya ke muka Darko.

        Tentu saja Darko tidak terima di bentak oleh Bagas, dia menatap Bagas dengan tajam dan jari-jari tangannya terlihat mulai mengepal.

         Bagas yang melihat perubahan expresi Darko setelah dia maki segera berkata,  “Apa lihat-lihat, dasar orang miskin yang tidak tahu diri! Berani-beraninya kamu mengaku sebagai suami Angeline, lihat tampang kamu yang begitu kotor dan kampungan.”

        Angeline yang sedang memegang tangan Darko juga menyadari perubahan tubuhnya, apalagi melihat jari tangannya mulai terkepal segera menenangkannya.

       “Diamlah, biar saya saja yang bicara.”

Darko melirik kearah  Angeline, melihat wajahnya yang bersungguh-sungguh dia segera menghela nafas dan diam.

        “Nenek, ini kak Darko suami Angeline. Kak Darko ini orang yang sudah di atur kakek Agung, apa nenek lupa?”

         Nyonya besar nampak tertegun untuk sesaat, seketika dia ingat perjodohan yang sudah di atur oleh kepala keluarga sebelumnya saat Angeline masih kecil. Dia seperti diingatkan kenangan masa lalu dengan suaminya.

         Nyonya besar menatap Darko dengan tajam, kemudian menghela nafas seakan dia menyesali perjodohan yang telah di atur almarhum suaminya. Kepala nyonya besar bergoyang seakan sedang menggelengkan kepalanya, dia tidak percaya dengan kenyataan ini.

        Ternyata orang yang dijodohkan kakek Agung hanya seorang pemuda miskin seperti Darko. Sebelumnya nyonya besar mengira, orang yang dijodohkan dengan Angeline berasal dari keluarga kaya, karena orang itu tinggal di ibu kota kekaisaran.

        “Ibu, jangan percaya omongan Angeline. Sepertinya dia memang tidak suka dengan perjodohan yang telah di atur kita, lihatlah dia malah menyewa gigolo untuk pura-pura menjadi suaminya.”

         Pada saat nyonya besar mulai ingat akan perjodohan yang diatur almarhum suaminya, tiba-tiba Rinto berbicara dan perkataannya ini seketika membuat pikiran positifnya segera di kotori ucapan Rinto.

         Tentu saja Rinto yang mempunyai pikiran licik segera menyadari kalau Angeline sedang melakukan trik untuk menggagalkan perjodohan yang dia atur. Begitu melihat perubahan yang terjadi pada nyonya besar, dia segera memfitnah Angeline.

         Dia berpikir kalau Angeline pemikirannya juga sama dengan dirinya, sehingga menuduh Angeline mencari Darko untuk pura-pura menjadi suaminya.

         Sebagai anak tertua di keluarga Wibisono, otaknya dipenuhi kelicikan dan keserakahan. Rinto sama sekali tidak becus mengurus perusahaan keluarga ini, satu tahun setelah meninggalnya kakek Agung Wibisono, perusahaan yang dipimpinnya terus mengalami kemunduran.

         Pada saat sulit dan kepalanya sedang pusing, dia bertemu dengan Norman Bagyono seorang konglomerat kelas dua di kota Mandiraja. Mereka berdua sudah saling mengenal cukup lama sehingga obrolannya pun menyambung.

         Norman Bagyono tahu kalau perusahaan Wibisono sedang mengalami kesulitan keuangan, saat makan bersama dia membujuk Rinto untuk menikahkan dia dengan keponakannya yang cantik dengan imbalan suntikan dana dua ratus milyar untuk dana perusahaan dan seratus milyar untuk Rinto pribadi jika bersedia menikahkan Angeline dengannya.

       Mendengar tawaran yang menggiurkan dari Norman, akhirnya Rinto melakukan tipu muslihat dan membujuk nyonya besar untuk membantu rencananya dengan alasan demi berlangsungnya perusahaan keluarga.

       Sehingga pada saat nyonya besar akan terbujuk oleh perkataan Angeline, Rinto segera menyadarkannya.

       Perusahaan Wibisono bergerak di bidang obat-obatan tradisional herbal yang dikenal dengan nama Jamu di negara Nusantara ini. Saat ini industri Jamu mengalami penurunan setelah ditemukan banyak Jamu palsu yang di buat industri rumahan.

       Perusahaan-perusahaan skala rumahan yang mencampur rempah-rempah dengan obat kimia inilah yang membuat citra obat herbal Jamu Nusantara menurun dengan drastis. Masyarakat menjadi tidak percaya dengan obat herbal Nusantara yang bernama Jamu ini.

        Karena perbuatan oknum yang hanya mencari untung inilah penyebab perusahaan Jamu skala perusahaan besar dan menengah mengalami penurunan dalam pemasarannya.

       Meskipun Departemen Kesehatan sudah merazia dan menutup perusahaan-perusahaan skala rumahan ini, akan tetapi masyarakat sudah terlanjur kecewa dengan Jamu palsu yang beredar di pasaran.

        Ditambah dengan murahnya obat-obatan yang di jual bebas di toko obat dan pemerintah menggalakkan program kesehatan warganya dengan berobat gratis di Puskesmas.

        Nyonya besar dan yang lainnya tidak terlalu lama di villa tempat tinggal Angeline, setelah melihat kesehatan Abimayu sudah stabil mereka segera berpamitan untuk pulang. Apalagi nyonya besar nampaknya juga mulai terpengaruh dengan ucapan Angeline.

       Rinto segera mengajak semua orang untuk kembali dan untuk sementara melupakan masalah Angeline dan Darko, meskipun dada mereka terasa panas mendengar pengakuan Angeline kalau dia sudah menikah dengan Darko, orang yang dijodohkan almarhum kakek Agung Wibisono.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status