Nyonya besar berteriak tidak percaya sambil menatap kearah Darko serta Angeline. Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan cucu kesayangannya ini. Rinto dan yang lainnya juga tidak percaya dengan apa yang dikatakan Angeline, saat memperkenalkan Darko sebagai suaminya.
“Angeline!! Jangan bercanda kamu…! Berani-beraninya kamu bercanda di depan nenek dan kami para orang tua?!”
Rinto menghardik Angeline, wajahnya memerah pertanda kalau dia sangat marah dan tidak percaya dengan omongan keponakannya ini.
Sedangkan Rossa nampak sedang menahan nafas, melihat Angeline datang bersama Darko. Dia sudah bisa menebak, tak lama lagi pasti ada badai di depannya. Dia hanya bisa menatap Angeline dan Darko dengan perasaan kasihan.
Rosa tidak terlalu memihak antara pilihan anaknya maupun pilihan kakak iparnya, dia sebenarnya lebih mendukung pilihan anaknya. Akan tetapi sejak melihat kondisi Darko yang terlihat miskin, dia pun hanya bisa diam meskipun dalam hatinya menolak. Dalam hati Rossa sedang mencari aman, tentu saja apa yang ada di dalam pikirannya adalah hal yang menguntungkan dirinya.
Rossa tentu saja lebih condong ke pilihan Rinto dan yang lainnya setelah melihat kondisi Darko yang miskin. Akan tetapi sebagai ibu kandung Angeline dan sangat menyayanginya tentu saja dia tidak bisa terlalu menentang pilihannya secara terang-terangan.
Darko terlihat begitu tenang, meskipun dikelilingi orang-orang yang menatapnya dengan cemoohan dan cibiran, bisa di lihat dari tatapan mata mereka. Seakan semua orang ingin menelannya bulat-bulat bahkan ingin mencincang tubuhnya menjadi perkedel.
Dia tidak memperdulikan ketidak senangan semua orang, yang paling penting adalah Angeline mau menerima perjodohan yang sudah di atur kakeknya sejak dia kecil.
Nyonya besar nampak shock setelah mendengar pengakuan Angeline, dia terhuyung sambil memegangi dadanya. Bagas Wibisono segera memeluk nyonya besar dengan cepat sebelum tubuhnya terjatuh ke lantai.
Bagas Wibisono merupakan anak kedua di keluarga Wibisono, sedangkan ayahnya Angeline adalah anak ketiga. Untungnya dia segera memeluk nyonya besar, terlambat sedikit saja maka nyonya besar akan terjatuh.
Sangat dimaklumi sejak meninggalnya kakek Agung Wibisono, nyonya besar kesehatannya mulai menurun.
“Angeline, lihat perbuatanmu ini!” Bagas juga ikut memarahi Angeline sambil memeluk tubuh nyonya besar, matanya memancarkan api seakan ingin membakar keponakannya ini.
Akhirnya Darko merasa kasihan melihat Angeline di marahi anggota keluarganya kemudian berkata, “Kalian salah, tidak perlu memarahi Angeline. Dia hanya memenuhi wasiat kakek Agung Wibisono semasa hidupnya.”
“Diam…!! Kamu pria miskin jangan ikut campur urusan keluarga Wibisono..!!” Bagas membentak Darko sambil menudingkan jari telunjuknya ke muka Darko.
Tentu saja Darko tidak terima di bentak oleh Bagas, dia menatap Bagas dengan tajam dan jari-jari tangannya terlihat mulai mengepal.
Bagas yang melihat perubahan expresi Darko setelah dia maki segera berkata, “Apa lihat-lihat, dasar orang miskin yang tidak tahu diri! Berani-beraninya kamu mengaku sebagai suami Angeline, lihat tampang kamu yang begitu kotor dan kampungan.”
Angeline yang sedang memegang tangan Darko juga menyadari perubahan tubuhnya, apalagi melihat jari tangannya mulai terkepal segera menenangkannya.
“Diamlah, biar saya saja yang bicara.”
Darko melirik kearah Angeline, melihat wajahnya yang bersungguh-sungguh dia segera menghela nafas dan diam.
“Nenek, ini kak Darko suami Angeline. Kak Darko ini orang yang sudah di atur kakek Agung, apa nenek lupa?”
Nyonya besar nampak tertegun untuk sesaat, seketika dia ingat perjodohan yang sudah di atur oleh kepala keluarga sebelumnya saat Angeline masih kecil. Dia seperti diingatkan kenangan masa lalu dengan suaminya.
Nyonya besar menatap Darko dengan tajam, kemudian menghela nafas seakan dia menyesali perjodohan yang telah di atur almarhum suaminya. Kepala nyonya besar bergoyang seakan sedang menggelengkan kepalanya, dia tidak percaya dengan kenyataan ini.
Ternyata orang yang dijodohkan kakek Agung hanya seorang pemuda miskin seperti Darko. Sebelumnya nyonya besar mengira, orang yang dijodohkan dengan Angeline berasal dari keluarga kaya, karena orang itu tinggal di ibu kota kekaisaran.
“Ibu, jangan percaya omongan Angeline. Sepertinya dia memang tidak suka dengan perjodohan yang telah di atur kita, lihatlah dia malah menyewa gigolo untuk pura-pura menjadi suaminya.”
Pada saat nyonya besar mulai ingat akan perjodohan yang diatur almarhum suaminya, tiba-tiba Rinto berbicara dan perkataannya ini seketika membuat pikiran positifnya segera di kotori ucapan Rinto.
Tentu saja Rinto yang mempunyai pikiran licik segera menyadari kalau Angeline sedang melakukan trik untuk menggagalkan perjodohan yang dia atur. Begitu melihat perubahan yang terjadi pada nyonya besar, dia segera memfitnah Angeline.
Dia berpikir kalau Angeline pemikirannya juga sama dengan dirinya, sehingga menuduh Angeline mencari Darko untuk pura-pura menjadi suaminya.
Sebagai anak tertua di keluarga Wibisono, otaknya dipenuhi kelicikan dan keserakahan. Rinto sama sekali tidak becus mengurus perusahaan keluarga ini, satu tahun setelah meninggalnya kakek Agung Wibisono, perusahaan yang dipimpinnya terus mengalami kemunduran.
Pada saat sulit dan kepalanya sedang pusing, dia bertemu dengan Norman Bagyono seorang konglomerat kelas dua di kota Mandiraja. Mereka berdua sudah saling mengenal cukup lama sehingga obrolannya pun menyambung.
Norman Bagyono tahu kalau perusahaan Wibisono sedang mengalami kesulitan keuangan, saat makan bersama dia membujuk Rinto untuk menikahkan dia dengan keponakannya yang cantik dengan imbalan suntikan dana dua ratus milyar untuk dana perusahaan dan seratus milyar untuk Rinto pribadi jika bersedia menikahkan Angeline dengannya.
Mendengar tawaran yang menggiurkan dari Norman, akhirnya Rinto melakukan tipu muslihat dan membujuk nyonya besar untuk membantu rencananya dengan alasan demi berlangsungnya perusahaan keluarga.
Sehingga pada saat nyonya besar akan terbujuk oleh perkataan Angeline, Rinto segera menyadarkannya.
Perusahaan Wibisono bergerak di bidang obat-obatan tradisional herbal yang dikenal dengan nama Jamu di negara Nusantara ini. Saat ini industri Jamu mengalami penurunan setelah ditemukan banyak Jamu palsu yang di buat industri rumahan.
Perusahaan-perusahaan skala rumahan yang mencampur rempah-rempah dengan obat kimia inilah yang membuat citra obat herbal Jamu Nusantara menurun dengan drastis. Masyarakat menjadi tidak percaya dengan obat herbal Nusantara yang bernama Jamu ini.
Karena perbuatan oknum yang hanya mencari untung inilah penyebab perusahaan Jamu skala perusahaan besar dan menengah mengalami penurunan dalam pemasarannya.
Meskipun Departemen Kesehatan sudah merazia dan menutup perusahaan-perusahaan skala rumahan ini, akan tetapi masyarakat sudah terlanjur kecewa dengan Jamu palsu yang beredar di pasaran.
Ditambah dengan murahnya obat-obatan yang di jual bebas di toko obat dan pemerintah menggalakkan program kesehatan warganya dengan berobat gratis di Puskesmas.
Nyonya besar dan yang lainnya tidak terlalu lama di villa tempat tinggal Angeline, setelah melihat kesehatan Abimayu sudah stabil mereka segera berpamitan untuk pulang. Apalagi nyonya besar nampaknya juga mulai terpengaruh dengan ucapan Angeline.
Rinto segera mengajak semua orang untuk kembali dan untuk sementara melupakan masalah Angeline dan Darko, meskipun dada mereka terasa panas mendengar pengakuan Angeline kalau dia sudah menikah dengan Darko, orang yang dijodohkan almarhum kakek Agung Wibisono.
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan