Home / Romansa / Mencintai Istri Kakakku / Pertemuan yang Tidak Diharapkan

Share

Pertemuan yang Tidak Diharapkan

Author: LeeNaGie
last update Last Updated: 2021-10-20 13:33:52

Delapan bulan kemudian

Hampir delapan belas jam perjalanan dari Zürich menuju Jakarta, membuat Farzan tidak bisa memejamkan mata sedikit pun. Dia sudah tidak sabar bertemu lagi dengan Arini, wanita yang sangat dirindukan saat ini. Sejak beberapa jam yang lalu, foto wanita itu yang selalu dilihatnya di pesawat.

Akhirnya Farzan selesai menempuh pendidikan di kota yang dikenal dengan nama lain Turicum tersebut. Pemuda itu berencana untuk bekerja di perusahaan otomotif dibandingkan harus mengelola perusahaan sang Ayah yang kini ditangani oleh Brandon, kakak tirinya. Apalagi perusahaan The Harun’s Group tidak bergerak di bidang otomotif, melainkan properti dan garment.

Dua jam kemudian, pesawat yang ditumpangi Farzan berhasil mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta. Seperti biasa, tidak ada yang menjemputnya di bandara karena kondisi kesehatan Arini sedang tidak baik. Kedua keponakannya juga bersekolah, sementara Brandon sibuk dengan pekerjaan di perusahaan.

“Pulang sama apa, Zan?” tanya Bram menepuk bahu Farzan.

“Taksi. Biasa,” jawab Farzan singkat.

Bramasta senyam-senyum melihat wajah semringah sahabatnya. “Senang banget mau ketemu sama pujaan hati.”

Farzan meninju pelan perut Bram, lantas melingkarkan tangan di lehernya. “Pujaan hati apanya?” sungut pemuda itu.

Pemuda berkacamata itu meringis kesakitan dan berusaha melepaskan lingkaran tangan sahabatnya.

“Lo udah janji nggak bakal bahas itu di Jakarta, Bram,” protes Farzan setelah menurunkan lengannya.

“Ya sorry. Lagian gue ‘kan nggak nyebut merek, Zan,” ucap Bram menggerakkan leher yang terasa sedikit sakit.

Farzan kembali mengalihkan pandangan ke tempat baggage conveyor berada. Sorot mata elangnya mencari keberadaan dua koper besar yang diangkut dari Zürich.

“Cari pacar gih sana, biar nggak berlarut-larut tuh perasaan,” saran Bram membuat Farzan kembali menoleh kepadanya.

Pemuda bertubuh tinggi tegap tersebut mengangkat bahu singkat, lantas menggelengkan kepala.

“Kenapa?”

“Ngapain cari pacar kalau cuma buat pelarian,” tanggapnya singkat, “kasihan anak orang dong.”

Bram tertawa mendengar perkataan sahabatnya. Entah berapa kali ia menyarankan hal yang sama kepada Farzan dan sudah berapa kali juga mendengar jawaban serupa.

“Ya udah. Gue harap, lo bisa kuat, Zan.” Bram menepuk lagi pundak sahabatnya tiga kali.

Setelah menemukan barang bawaan masing-masing, mereka berdua segera keluar dari area pengambilan bagasi. Senyuman kembali menghias paras tampan Farzan, karena sebentar lagi akan bertemu dengan Arini.

Begitu tiba di pintu keluar terminal kedatangan, senyuman itu memudar seketika. Langkah Farzan berhenti saat melihat perempuan yang tidak ingin lagi ditemuinya, kini berdiri di antara puluhan orang yang menunggu kedatangan keluarganya.

“Kenapa, Zan?” Bram bingung sendiri melihat reaksi aneh Farzan.

“Hah?”

“Apanya yang hah? Kenapa berhenti? Counter taksi ada di sebelah sana,” kata Bram menunjuk sebelah kanan pintu masuk terminal.

Farzan menelan ludah, kemudian menurunkan topinya ke bawah. Dia mempercepat langkah menuju tempat pemberhentian taksi.

“Lo kenapa sih, Zan?” Bram sudah berjalan di samping Farzan setelah mengejarnya dengan napas mulai tersengal-sengal.

“Gue pengin cepetan nyampe rumah aja. Kangen sama Mama dan Papa,” desis Farzan asal.

Bramasta menatap curiga sahabatnya. Dia tidak percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan pemuda itu. Empat tahun mengenal Farzan, ia tahu persis ada yang disimpan olehnya.

“Ya udah. Gue cabut duluan ya. Jangan lupa weekend kita nongkrong di Beer Garden,” pungkas Farzan ketika melihat taksi yang dipesan tiba.

Dia segera meninggalkan Bram yang kebingungan dengan perubahan sikapnya barusan. Taksi mulai berjalan pelan meninggalkan area terminal kedatangan internasional, termasuk dengan perempuan yang dilihat Farzan. Mata elangnya terpejam erat saat tubuh bersandar di jok mobil.

“Gimanapun, dia adalah Ibu kamu. Dia yang melahirkan kamu, jadi harus tetap berbakti ya, Dek.”

Penggalan nasihat yang kerap diberikan Arini kembali terngiang di pikiran pemuda itu. Tangannya naik lagi ke atas, mengusap wajah dengan kasar. Dia mendesah pelan sebelum bersuara.

“Pak, boleh balik lagi ke tempat tadi?” pintanya merasa tak tega meninggalkan perempuan paruh baya itu sendiri di depan pintu terminal.

Taksi segera berputar arah lagi menuju terminal kedatang internasional. Selang beberapa menit kemudian kendaraan roda empat tersebut berhenti di area drop-off penumpang.

“Bisa tunggu sebentar, Pak? Saya cuma sebentar. Argo jangan dimatikan,” ujar Farzan sebelum membuka pintu mobil.

Setelah memastikan Bram sudah tidak ada lagi di sana, ia segera turun dari mobil lalu melangkah ke tempat wanita paruh baya itu berdiri. Ternyata sosok yang ingin dihindari tadi masih berdiri di sana, menunggu kedatangannya.

Farzan menghela napas berat, sebelum menarik tangan kurus itu menjauh dari kerumunan. Sorot matanya menjelajahi wajah yang kini sudah menua. Tidak ada lagi kecantikan yang dulu dibanggakan di sana. Kerutan sudah menghiasi area mata dan kening. Rambut putih juga mendominasi mahkota hitam tebal yang dulu melengkapi sempurnanya kecantikan seorang Rahayu Harun, istri kedua Sandy Harun.

“Kenapa Mommy bisa ada di sini?” tanya Farzan dengan sorot mata dingin kepada wanita yang telah melahirkannya.

Perbuatan Ayu di masa lalu benar-benar membuat Farzan malu. Apalagi ia juga hasil dari perbuatan buruk sang Ibu yang menjebak ayahnya hingga hamil sebelum menikah. Bagi pemuda itu hanya Maylisa Harun yang diakui sebagai ibu di depan teman-temannya.

“Arini yang kasih tahu kalau kamu datang hari ini,” jawab Ayu tanpa bisa menyembunyikan kerinduan dengan buah hati.

Lagi-lagi Farzan mendesah. “Mommy nggak ngerecokin Papa lagi, ‘kan?”

Ayu menggeleng lesu. “Mommy ke sini hanya ingin ketemu sama kamu, Nak. Mommy kangen.”

Tangan yang mulai berkerut itu naik membelai pinggir wajah Farzan yang sudah menunjukkan sisi dewasanya. Dia tumbuh menjadi pemuda yang tampan melebihi kakaknya dulu.

“Sekarang udah ketemu, ‘kan? Sekarang Mommy balik lagi ke Uluwatu.” Farzan memperlihatkan wajah memohon.

Ayu kembali menggeleng seraya mengulas senyum. “Arini sudah pesankan apartemen untuk Mommy tinggal selama satu minggu.”

“Kamu nggak perlu khawatir, Mommy janji nggak akan ganggu Mas Sandy dan Mbak Lisa lagi.” Ayu menggenggam erat kedua tangan Farzan. “Toh kamu juga sudah cukup untuk menjamin kehidupan Mommy,” sambungnya kemudian.

Kening Farzan berkerut dalam ketika mencoba menganalisa perkataan Ayu.

“Kamu akan handle perusahaan Papa, ‘kan?” Ayu mengajukan pertanyaan yang membuat Farzan terkesiap. “Tentu iya, ‘kan? Mommy tahu kamu pasti akan dapat setengah dari group perusahaan itu.”

Pemuda itu tidak menyangka sang Ibu masih saja memikirkan materi. Bahkan setelah dipenjara, Ayu masih belum berubah. Dia tidak habis pikir bagaimana Arini bisa membiarkan ular berbisa seperti ini berkeliaran di Jakarta.

Sorot mata elang Farzan menajam ketika menatap Ayu lurus. Kedua tangan menggenggam erat bahu yang begitu kurus.

“Jika itu alasan Mommy ingin tinggal bersama denganku di sini, sebaiknya buang aja jauh-jauh.” Farzan menarik napas mencoba mengendalikan amarah yang mulai naik. “Aku nggak mau kerja di perusahaan Papa. Lagian perusahaan itu milik Mas Brandon. Jadi jangan pernah berpikir hidup Mommy akan sejahtera denganku.”

Farzan kembali menegakkan tubuh. Dia melangkah pergi meninggalkan wanita itu tak jauh dari pintu keluar terminal kedatangan. Hati terasa sakit ketika menyadari sang Ibu hanya menginginkan materi, bukan murni karena rasa sayang layaknya seorang ibu kepada anaknya.

“Farzan,” panggil Ayu namun tak dihiraukan.

Pemuda itu terus melangkah menuju taksi yang akan membawanya ke rumah keluarga Harun. Tempat di mana ia bisa mendapatkan kasih sayang yang tulus dari Lisa dan terutama Arini.

Sekuat tenaga Farzan menahan bulir bening yang ingin keluar dari netra hitamnya. Dia mendadak menjadi anak laki-laki cengeng. Saat ini yang dibutuhkan adalah bahu Arini, tempat ia biasa menumpahkan air mata ketika merasa sedih dengan nasibnya.

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mencintai Istri Kakakku   Mencintai Istriku, bukan Istri Kakakku

    Lima bulan kemudianBunyi ciuman terdengar jelas di sebuah kamar kondominium mewah yang berada di kawasan Marina, Singapura. Suara desahan menjadi penutup penyatuan sepasang suami istri yang entah berapa kali melakukannya hingga siang ini. Keduanya saling berbagi tatapan dan senyuman dalam posisi duduk berhadap-hadapan.Nadzifa segera turun dari pangkuan Farzan, kemudian masuk ke dalam selimut. Napas memburu keluar dari hidung seiringan dengan jantung yang berdebar cepat. Farzan juga ikut masuk ke balik selimut, sebelum menarik tubuh istrinya merapat.“Mentang-mentang libur, aku nggak dibolehin keluar kamar,” sungut Nadzifa mencubit hidung mancung suaminya.Farzan tersenyum lebar seraya menatap gemas wajah Nadzifa yang masih memancarkan rona merah. “Habis kamu bikin aku nagih. Top banget deh.”Nadzifa berdecak seraya menyipitkan mata. “Segitunya kamu.”Meski usia wanita itu tidak lagi muda

  • Mencintai Istri Kakakku   Luapan Kemarahan

    Farzan duduk di ruang kunjungan tahanan berhadap-hadapan dengan Ayu. Di sampingnya ada Nadzifa yang menemani pria itu menemui sang Ibu. Rahang tegasnya tampak mengeras menahan luapan amarah yang tertahan. Dia malu dengan perbuatan wanita yang telah melahirkannya itu.“Aku pikir Mommy udah berubah sejak keluar dari penjara waktu itu,” ujar Farzan memecah keheningan ruangan yang dikelilingi dinding berwarna abu-abu itu. Dia menundukkan kepala, seakan enggan melihat Ayu.“Kamu yang bikin Mommy begini, Zan,” balas wanita tua itu menyalahkan putranya.Sorot mata Farzan terlihat tajam ketika pandangannya terangkat. Sklera netra elangnya memerah digenangi air mata.“Mommy salahkan aku?” tanya Farzan dengan kedua tangan mengepal erat di atas paha.Nadzifa langsung meraih tangan suaminya, berusaha menenangkan.“Coba waktu itu kamu mau kerja di perusahaan dan jamin hidup Mommy.

  • Mencintai Istri Kakakku   Memadu Kasih

    Sepasang netra elang mengerjap ketika mencoba untuk terbuka. Pandangannya turun ke arah sesosok tubuh yang lelap dalam dekapan. Farzan tersenyum ketika melihat Nadzifa tidur seperti bayi. Begitu tenang dan imut dengan bibir sedikit terbuka. Beruntung tidak ada air liur yang keluar. Haha!Dia menarik napas sebentar, sebelum mengeratkan lagi pelukan. Terasa kelembutan yang baru dirasakan tadi malam. Juga kehangatan yang disalurkan oleh tubuh Nadzifa. Pagi ini Farzan merasakan perubahan dalam hidupnya.Sebuah kecupan diberikan di kening Nadzifa beberapa detik, membuat tubuh semampai itu menggeliat kecil di dalam pelukannya. Perlahan tapi pasti kepala gadis itu, ah bukan, wanita itu terangkat seiringan dengan kelopak mata yang terbuka.Nadzifa memicingkan mata ketika ingat dirinya sekarang sudah resmi menjadi istri dari Farzan Harun. Pria yang berusia sembilan tahun lebih muda darinya. Dia menenggelamkan wajah tepat di dada bidang pria itu.“Aku banguni

  • Mencintai Istri Kakakku   Penyatuan Dua Insan

    Seluruh keluarga Harun dibuat panik gara-gara pernikahan dadakan Farzan dan Nadzifa. Begitu juga dengan Brandon yang baru saja pulang dari rumah sakit. Beruntung menjelang sore semua berjalan sesuai dengan rencana. Tinggal menunggu akad nikah dilaksanakan.Paman Nadzifa juga bisa hadir untuk menikahkan keponakan yang jarang berjumpa. Semesta seakan memberi kelancaran baik dari segi dokumen, penghulu sampai pakaian yang akan dikenakan oleh Nadzifa dan Farzan untuk akad nikah.Jangan ditanyakan lagi bagaimana gugup Farzan sekarang. Pria itu tampak gagah mengenakan setelan beskap berwarna putih gading. Sebuah peci berwarna senada menutupi rambut model layered miliknya.“Penghulu udah datang tuh, Zan,” info Bramasta yang sejak tadi sibuk sendiri, pasca diberitahukan tentang pernikahan Farzan. Pria berkacamata itu langsung minta izin pulang dari kantor lebih awal.Farzan menganggukkan kepala, kemudian berdiri. Dia menarik napas dan mengemb

  • Mencintai Istri Kakakku   Tekad Bulat Farzan

    “Mas Brandon benar, Kak. Ada yang ingin menyingkirkan Mas Brandon. Orang itu adalah Tante Ayu.”Perkataan yang diucapkan Nadzifa barusan menyurutkan niat Farzan untuk memasuki ruang perawatan yang baru saja ditinggalkannya beberapa menit lalu. Dia baru saja mendapatkan telepon dari Pak Habib mengenai reschedule jadwal meeting dengan klien. Senyum yang terurai di wajah tampan itu hilang ketika mendengar nama ibunya disebut.“Mommy?” gumamnya dengan kening berkerut.Farzan memilih menguping pembicaraan ketiga orang yang ada di dalam ruang perawatan VIP tersebut. Semakin lama ia berdiri di sana, amarah yang dirasakan semakin memuncak. Dia tidak menyangka sang Ibu bisa melakukan tindakan rendah seperti itu, hanya demi seonggok harta.“Tolong rahasiakan ini dari Farzan ya? Dia pasti marah banget kalau tahu Ayu yang celakai Mas Brandon.” Terdengar suara Arini memohon kepada Nadzifa. “Farzan it

  • Mencintai Istri Kakakku   Kejadian yang Sebenarnya

    “Mas Brandon benar, Kak. Ada yang ingin menyingkirkan Mas Brandon.” Nadzifa menarik napas panjang, sebelum melanjutkan perkataannya. “Orang itu adalah Tante Ayu.”Mata cokelat besar Arini melebar seketika. Bibirnya ternganga ketika mendengar nama Ayu disebut. Kepalanya langsung menggeleng cepat.“Nggak mungkin itu ulah Ayu. Dia ‘kan lagi di Uluwatu.” Arini tidak percaya begitu saja meski yang mengatakannya Nadzifa.“Ayu tinggal di Jakarta tiga bulan ini, In. Kita udah dibohongi mentah-mentah sama dia,” ujar Brandon meyakinkan.Pandangan Arini berpindah kepada suaminya. “Bran, kita yang carikan rumah buat dia di Uluwatu biar nggak ngerecokin Papa. Nggak mungkin dia ke sini.”Brandon meraih tangan Arini, lalu menggenggamnya erat. “Faktanya gitu, In. Dia ada di Jakarta.”Arini mendesah keras dengan napas terasa sesak. Dia ingat pernah mencarikan apartemen untuk Ayu di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status