"Hati-hati dijalan" Seika mengantar kepergian Kenichi sampai ke pagar depan rumah.
"Aku berangkat" Kenichi mencoba mengecup kening Seika namun gadis itu segera menghindarinya.
"Biarkan aku melakukannya, anggap saja sebagai nutrisiku selama tidak melihatmu untuk beberapa hari ke depan" Kenichi mencoba bersikap manja.
"Kau berlebihan, sudah pergi sana" Seika mendorong dada Kenichi, wajahnya mulai memanas namun raut wajah kesal membuatnya terlihat lebih manis.
Mereka bahkan tidak menjalin hubungan asmara apapun, apa-apaan dengan sikap yang sudah seperti suami istri itu.
Kenichi mendecak kesal, Seika hanya menghela napas namun beberapa detik kemudian matanya melotot ketika merasakan hangatnya bibir Kenichi di keningnya.
"Hehe" Kenichi tertawa bodoh.
Seika mengerang kesal. "Kau pia mesum" ucap Seika setengah berteriak. Ia menatap para anak bua
Shigeo mendorong tubuh Seika ke dalam sebuah kamar tidur. Seika jatuh berbaring di atas tempat tidur. Shigeo menghampiri Seika dan mencengkeram wajahnya, menyuruhnya untuk menatap matanya. Namun Seika menundukkan pandangan ke arah lain. Kau harus berani Seika, jangan menangis. Percuma kau menangis karena tidak ada orang yang menolong sekarang ini, sugesti Seika merapalkan kata-kata tersebut beberapa kali dalam hati, ia mengeratkan giginya supaya tubuhnya tidak terlihat bergetar. Seika memalingkan wajahnya dengan kasar. Shigeo hanya tertawa terkekeh lalu berdiri dan duduk di kursi tidak jauh. "Kau berusaha untuk terlihat tidak takut tapi tidak dengan matamu Seika" ujar Shigeo menyeringai. Nyali Seika menciut mendengar perkataan Shigeo, namun Seika tetap mencoba bersikap kuat dan tenang. "Apa yang sebenarnya kau inginkan? Kalau kau berpikir bisa menjebak Kenichi karena
"Selamat datang di kediamanku, ini pertama kalinya kau kemari" ujar Shigeo merentangkan tangannya menyambut kedatangan Kenichi sambil tersenyum senang. "Dimana Seika?" tanya Kenichi to the point. Kenichi datang bersama dengan Akira, Kaede dan beberapa anak buahnya yang sebagian berjaga diluar rumah. Shigeo tersenyum lebar. "Kau begitu menyukai Seika sampai terbang langsung kemari dari Seoul, apa menyenangkan disana?" tanya Shigeo bercanda. "Aku tanya dimana Seika?" tanya Kenichi kembali dengan menekan setiap kata-katanya. Shigeo masih tersenyum senang. "Dia ada didalam, masuklah. Aku akan menyunguhkan teh yang enak untukmu" jawab Shigeo sambil mempersilahkan Kenichi untuk masuk ke dalam rumahnya. Kenichi menatap tajam kepada Shigeo lalu berjalan masuk ke dalam rumah kelompok Sumiyoshi-kai, percuma ia bersikeras karena Shigeo akan s
"Kau sedang apa?" tanya Shigeo yang berdiri menyandar di dinding samping pintu. Seika terkejut dan menoleh ke arah sumber suara lalu mendecak kesal ketika menemukan Shigeo yang berdiri tenang tanpa bersalah. "Aku tau ini rumahmu, tapi bisakah kau tidak masuk seenaknya ke kamar orang lain?" gerutu Seika. Ia bernapas lega karena laki-laki itu masuk ketika ia sudah selesai memakai bajunya, entah apa yang terjadi jika Shigeo melihatnya yang hanya memakai bathrobe. "Aku minta maaf" ujar Shigeo Seika menoleh ke arah Shigeo dan menatap bingung. Laki-laki itu berubah dengan sangat cepat, baru dua hari yang lalu ia mencoba menciumnya paksa dan melecehkannya namun sekarang tatapan pria itu menjadi lembut ketika menatapnya. Sekelebat tentang Shigeo mabuk tadi malam masuk ke dalam pikirannya membuat Seika buru-buru memalingkan pandangannya, takut akan ada kejadian buruk yang mas
Seika menoleh ke arah pintu kamar ketika pintu dibuka dari luar, Shigeo tersenyum kepada Seika. "Dinner time" ujar Shigeo menyuruh Seika untuk bergabung ke ruang makan. "Aku makan dikamar saja ya, kepalaku se..." "Jangan mencari alasan, kita akan makan malam hanya berdua jadi kau tidak perlu khawatir" ujar Shigeo memotong ucapan Seika. Seika mencibir dalam diamnya. "Aku tunggu di ruang makan" ujar Shigeo lalu keluar dari kamar Seika. Seika mengikuti Shigeo sambil memayunkan bibirnya karena kesal. "Kita makan sushi?" tanya Seika menatap ke arah meja makan yang dipenuhi oleh sushi berbagai jenis. "Kenapa kau tidak suka?" tanya Shigeo Seika menggelengkan kepalanya. Tentu saja ia suka, siapa yang tidak suka dengan sushi, dengan senang Seika mengambil tempat duduknya kemudian memenjamkan matanya seraya mengucapkan 'itt
Seika berjalan mondar-mandir di kamarnya dengan wajah cemas, jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, namun tidak-ada tanda tanda kemunculan Michio di rumah Shigeo. Ia sudah memakai kemeja dan celana kain yang ia pakai saat Shigeo menculiknya. "Apa aku salah tempat?" tanya Seika kepada dirinya sendiri. Karena sangat panik, Seika jadi tidak bertanya apapun kepada Michio mengenai pelarian dirinya, ia merutuki dirinya karena begitu bodoh tidak menanyakan hal sepenting itu. Seika melirik ke arah pintu kamarnya dengan waspada, semenjak siang tadi ia tidak bertemu dengan Shigeo, sepertinya ia sedang tidak berada di rumah karena Takeshi yang notabene anak buah kepercayaannya juga tidak menemuinya. Hal itu membuat Seika menjadi sedikit lega karena tidak harus berhadapan dengan Shigeo jika melarikan diri nantinya. Sebenarnya Seika tidak enak hati melarikan diri karena selama berada di rumah
Seika membuka mata perlahan-lahan menyesuaikan matanya dengan cahaya terang. "Kau tidak apa-apa Seika?" tanya Kenichi khawatir. Seika menoleh dan menatap Kenichi sangat lama, perasaan lega membanjiri hatinya. Laki-laki yang telah ia tolong dua tahun yang lalu rupanya adalah Kenichi, laki-laki yang sekarang ia cintai, bagaimana bisa ia melupakan peristiwa penting tersebut. Airmata Seika mengalir ke telinga. Matanya tidak berkedip dan terus menatap Kenichi. "Seika? Mengapa kau menangis? tidak apa-apa. Semuanya sudah berakhir" ujar Kenichi sambil memegang tangan Seika. Airmata Seika mengalir tanpa bisa ia cegah. Ia begitu lega sampai ia sendiri tidak bisa menjabarkan perasaannya saat ini. Michio dan Akira yang juga berada di dalam ruang kamar juga menatap cemas. Seika pingsan karena terlalu takut melihat Michio yang terjatuh di tanah, setidaknya itu yang mereka simpulkan saat ini.
Kenichi mengumpat pelan, ia kesal kepada Seika dan dirinya sendiri. Mengapa gadis itu selalu memprioritaskan orang lain dibandingkan dirinya. Pintu digeser dari luar membuat Kenichi membuang pandangan ke arah taman samping rumahnya. "Ken" panggil Seika. Kenichi hanya diam. Seika menghela napas panjang." Aku minta maaf karena sudah menyetujui permintaan Nishiguchi-san. Tapi aku melakukannya untukmu Ken". Kenichi menoleh dan menatap jengkel kepada gadis di hadapannya. "Kau mengatakan kalau kau melakukannya untukku tapi aku tidak butuh itu" Ucap Kenichi setengah bergerutu. "Kau membutuhkannya, dia satu-satunya temanmu bukan?" tanya Seika. Kenichi menjadi semakin kesal, "Jangan membaca masa laluku tanpa seizinku Seika". Seika menghampiri dan duduk di samping Kenichi. "Aku tidak membaca masa lalu-mu, Nishiguchi-s
Seika keluar dari mobil mercedez benz milik Kenichi, ia diantar oleh salah satu anak buah kekasihnya. Hari ini ia akan bertemu dengan Shigeo di taman Higashi Yuenchi di daerah Sannomiya. Kenichi tidak membolehkan Shigeo untuk menjemputnya, ia bahkan tidak mau mengantarnya dan memilih untuk keluar rumah terlebih dahulu, walaupun Seika tau hari ini Kenichi akan bertemu dengan partner kerjanya. Shigeo duduk di kursi panjang yang terdapat di dalam taman, ia memakai shirt santai berwarna putih dibalut dengan blazer hitam dengan bawahan celana jeans berwarna senada, sedangkan Seika tetap dengan penampilan anehnya, memakai kemeja lengan pendek berwarna hijau muda dipadu jeans putih dan tidak lupa dengan sarung tangan mickey mouse-nya. Shigeo tersenyum ketika melihat Seika yang berjalan menghampirinya. "Kita akan kemana?" tanya Seika. Shigeo melihat ke sekitarnya. "Bagaimana