Share

5. Dorongan Tante Mita

Penulis: Estaruby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-14 14:09:19

Di balik jendela rumah yang sederhana, Tante Mita tak bisa menahan binar matanya saat melihat mobil mewah yang dikendarai keluarga Rajendra tadi. Mobil itu berkilau di bawah lampu jalanan kampung,  memantulkan kemewahan yang tak pernah ia bayangkan akan hadir di depan rumahnya. Senyumnya melebar penuh antusiasme.

"Terima saja, Kaira!" Desaknya penuh harap, sambil melirik  keponakannya yang tampak gelisah. Di dalam hatinya, Tante Mita merasa ini adalah kesempatan emas—kesempatan untuk mengangkat derajat keluarga dan mempermudah hidupnya.

Dengan langkah mantap, Tante Mita mendekati Kaira yang tengah duduk termenung di ruang tamu. "Kaira, kamu lihat kan?  Mobilnya saja sudah mewah begitu, bisa kamu bayangkan betapa beruntungnya kamu jika menikah dengannya?" ujar Tante Mita dengan nada penuh semangat.

Seolah pembaca profil profesional, Tante Mita kembali menegaskan tentang Davian.

"Usianya sudah matang. Tiga puluh dua tahun itu tidak terpaut terlalu jauh sama kamu. Pekerjaannya sebagai arsitek juga bagus. Belum lagi latar belakang keluarganya memang sudah kaya sejak orok. Secara fisik juga tampan dan tegap begitu. Tante kalau masih muda sih tidak akan pikir dua kali untuk menerima pinangannya," tutur Tante Mita bersemangat.

Kaira hanya terdiam, hatinya masih kacau oleh berbagai pikiran. Namun, Tante Mita tak berhenti di situ. Ia duduk di samping Kaira dan meraih tangan keponakannya dengan penuh kelembutan, tetapi juga dengan tekanan yang terasa.

"Sudahlah, Nduk. Jangan terlalu lama berpikir. Ini kesempatan yang tak datang dua kali. Dengan menikah dengan Davian, hidupmu akan berubah. Kamu tidak perlu lagi repot-repot bekerja keras, dan keluarga kita juga akan lebih dihormati," Tante Mita semakin mendesak.

Kaira menunduk, merasakan beban yang semakin berat. Ia tahu niat Tante Mita, tetapi hatinya masih dipenuhi kebimbangan. Tante Mita melanjutkan, kali ini dengan nada yang sengaja dilembutkan, namun tetap menekan, "Kamu sudah dewasa. Jangan biarkan kesempatan ini lewat begitu saja. Kalau kamu terus menunda-nunda, kapan lagi kamu akan menikah?"

Ucapan itu bagaikan pisau yang menusuk hati Kaira. Ia tahu bahwa  Tante Mita memang silau harta. Ia juga tahu, keluarga Alvero merupakan keluarga terpandang dengan kekayaan yang mungkin sesuai ekspektasi tantenya itu. Tapi tetap saja, ini hidupnya! Kaira tidak bisa menjalani kehidupan hanya karena berpatok harta saja.

"Sudahlah, Mit! Kamu jangan mendesaknya begitu! Biarkan Kaira mengenal Davian perlahan dan mengambil keputusannya sendiri. Kita jangan terlalu banyak ikut campur," nasehat ayah Kaira.

Raut Tante Mita mengeras, seolah dia tidak sependapat dengan kakaknya itu.

"Mas itu terlalu memanjakan Kaira! Atau mas justru gak rela ya kalau putri mas menikah? Kita semua nggak mau Kaira nantinya dicap perawan tua! Mas harusnya tadi langsung saja menerima pinangannya! Dilihat dari sudut manapun, keluarga mereka itu kaya dan baik. Kaira pasti tidak akan menyesal menikah di keluarga seperti itu," ucap Tante Mita penuh penekanan. 

Kaira sudah gatal sekali ingin berkomentar. Namun dia melihat kembali wajah sang ibu yang seolah bisa membaca pikirannya. Wanita itu menggeleng padanya, meminta Kaira untuk tidak melemparkan kalimat menyakitkan yang mungkin hendak dia tujukan pada tantenya itu.

Suasana di ruang tamu sudah tidak lagi kondusif. Kaira dengan segala beban pikirannya memilih untuk pamit dan istirahat di kamar lebih awal. Tidak hanya karena dia lelah sebab perjalanan pulang tadi pagi, tapi juga drama demi drama yang entah mengapa menghampirinya secara bersamaan hari ini.

Wanita dengan rambut panjang itu merebahkan dirinya di kasur single ukuran 120 x 200 senti itu. Netranya menatap langit-langit kamarnya yang sederhana. Kamar yang sama dimana beberapa tahun yang lalu Kaira berguling-guling sebab salting saat bertukar pesan dengan kekasih backstreetnya selama SMA—Alvero. 

Masa-masa dimana dia merasakan bunga-bunga kasmaran. Alvero adalah pacar pertamanya, sekaligus satu-satunya bahkan hingga kini mereka telah berusia dua puluh lima tahun. Melupakan masa-masa manisnya bersama Alvero terang saja tidak mudah baginya. Apalagi dengan perpisahan mereka  yang disebabkan karena terbentang jarak dan waktu. Kala itu, Alvero memilih untuk kuliah di luar negeri sementara Kaira diterima di sebuah Universitas Negeri di ibukota. 

Alasan perpisahan mereka cukup klasik tapi tetap menyisakan luka yang menganga. Setelah sekian lama berupaya menyembuhkan dan menyibukkan diri, mengapa tiba-tiba Alvero datang lagi dan parahnya langsung melamar dia untuk kakaknya sendiri? Apa yang sebenarnya Alvero tengah pikirkan?

Suara ketukan halus di pintu membuyarkan lamunan Kaira. Wanita itu tersenyum saat adik sepupunya masuk dengan sebuah senyuman kecil . Kaira ingat tadi sore Aira bilang bahwa malam ini dia ingin tidur dengan kakak sepupunya itu karena dia benar-benar rindu Kaira. 

"Aku ganggu Mbak Kaira, nggak?" 

Aira penuh sopan santun, jauh berbeda dengan ibunya yang seolah selalu menekan Kaira. 

Kaira menggeleng lalu menggeser tubuhnya untuk menyisakan space di ranjangnya. Dia lantas menepuk sisi yang kosong, "Sini! katanya mau cerita banyak sama mbak?!"

Aira tersenyum lebar lalu langsung berbaring tepat disebelah kakak sepupunya itu. Aira sangat menyayangi Kaira karena wanita itulah yang kerap merawatnya saat kecil. 

"Mbak Kaira beneran kenal dengan Mas Alvero?" Tanya Aira tiba-tiba.

Alih-alih menceritakan tentang dirinya, sepertinya malam ini Aira justru akan mengulik tentang kakak sepupu kesayangannya itu. 

Kaira mengangguk, "Iya, teman SMA," ujarnya. Mengikuti skenario Alvero tadi.

Aira lantas mengeluarkan ponselnya dari saku lalu masuk kedalam laman sosial media miliknya. Wanita itu mengetikkan nama Alvero di jajaran pengikut Kaira namun tidak dia temukan sama sekali.

"Kok nggak saling follow?" Tanya Aira serius.

Kaira tersenyum kecil, "Cuma kenal saja. Aku juga tidak tahu akun media sosial miliknya," ujar Kaira asal. 

Menyandang status sebagai generasi Z, Aira dengan cepat mencari nama Alvero dan menemukan akunnya. Pas sekali akun Alvero tidak dikunci sehingga bisa dia intai dengan mudah.

Kaira ikut memandangi guliran layar di ponsel Aira. Alvero punya cukup banyak postingan yang diisi dengan jepretan tempat-tempat hasilnya berkeliling dunia. Lelaki itu memang selalu bercita-cita untuk menjajaki berbagai macam tempat, itu juga yang membuatnya untuk mengambil kuliah diluar negeri. 

Salah satu postingan yang turut menarik perhatian Kaira adalah dimana Alvero berpose mesra dengan seorang wanita cantik. Captionnya pun dibubuhi emotikon hati.

"Nah ketemu!"

Aira berhenti pada sebuah postingan yang berisi jepretan foto keluarga dimana username Davian ikut ditandai disana. Sayangnya, akun Davian digembok sehingga mereka tidak bisa melanjutkan aktivitas stalking tersebut dengan bebas. 

"Ah, nggak asik!" Keluh Aira. 

Kaira tertawa kecil menanggapi. Bersamaan dengan ponselnya yang tiba-tiba berdenting.

"Kaira, tolong save nomor saya, Davian."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   133. One Day

    Langit sore tampak cerah, seolah turut merayakan momen spesial di perhelatan sederhana namun meriah keluarga bahagia tersebut. Siapapun bisa dengan mudah melihat dan merasakan binar yang terpancar, terutama dari Kaira dan Davian.Ketika mereka menikah sekitar dua tahun lalu, mungkin tak pernah sepasang insan itu sangka bahwa mereka akan ada di titik seperti sekarang ini. Tersenyum bahagia dengan mata penuh cinta. Pernikahan yang awalnya digagas penuh intrik oleh adik Davian sekaligus juga mantan Kaira—Alvero. Pernikahan yang awalnya dilaksanakan dengan prinsip hanya untuk sekadar "menikah". Pernikahan yang mungkin tidak didasari cinta tapi tetap dengan komitmen bahwa menikah hanya sekali seumur hidup. Kalau bukan karena kekuatan mereka berdua yang menjalani didalamnya, tentu semua tidak akan seperti ini, kan?Hari ini adalah ulang tahun pertama Arsandi Rajendra—putra kecil mereka yang telah membawa begitu banyak kebahagiaan dalam keluarga. Ruang tamu dan halaman belakang rumah didekora

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   132. Si Kecil

    Mobil yang dikendarai Davian melaju dengan kecepatan stabil, membawa mereka pulang dengan anggota keluarga baru yang mungil dan berharga. Di kursi belakang, Kaira duduk dengan hati-hati, memastikan bayi mereka tetap nyaman dalam gendongannya. Sesekali, ia menatap wajah mungil itu dengan mata berbinar, seolah masih sulit percaya bahwa mereka akhirnya bisa membawa pulang buah hati mereka setelah seminggu di NICU.Kaira sudah diperbolehkan pulang lebih dulu sekitar tiga hari lalu. Selama itu juga dia bolak-balik rumah sakit untuk menengok putranya sekaligus memberikan ASI. Setelah perjuangan tersebut, akhirnya pagi ini bayi mereka diperbolehkan untuk dibawa pulang. Berat dan kadar bilirubinnya dikatakan sudah normal sehingga kondisinya sudah memungkinkan untuk pulang ke rumah."Dia tidur nyenyak sekali," bisik Kaira, menatap wajah bayi mereka yang tenang dalam balutan selimut lembut.Davian melirik melalui kaca spion tengah, senyum tak pernah lepas dari wajahnya. "Akhirnya kita pulang be

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   131. Surat Untuk Kaira

    Teruntuk Kaira—Kakak Iparku.Ketika kamu membaca ini, aku mungkin sedang tidak dalam keadaan yang baik-baik saja atau bahkan sudah tak bernafas di lingkup yang sama denganmu. Aku nggak berharap kamu membaca ini pada akhirnya, tapi sebagai manusia aku tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya atau bagaimana Tuhan menggagalkan aneka rancangan rencanaku. Aku pasrah.Tapi satu yang pasti. Ketika kamu membaca surat ini, aku yakin kamu sudah berbahagia dengan laki-laki yang kamu cintai dan bisa mencintai kamu sama atau bahkan lebih besar. Dan itu..tentu saja kakak kebangganku—Davian Rajendra. Aku nggak bohong saat mengatakan bahwa Davian adalah lelaki terbaik yang bisa menemani kamu. Begitupula untuk Davian, aku yakin kamu adalah pilihan terbaik untuknya. Aku sangat mengenal bagaimana kalian berdua. Itulah mengapa aku berjuang menjodohkan kalian dan syukurnya aku berhasil, kan? Lihat bagaimana Davian menatapmu penuh dengan cinta. Juga kamu yang selalu tanpa sadar tersenyum bahag

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   130. Membuka Kebenaran

    Lorong ruang tunggu ICU terasa amat sangat dingin. Kaira masih duduk di kursi roda, berdampingan dengan Cindy yang duduk di kursi ruang tunggu sembari memandang kosong tembok yang ada dihadapannya. Suasana terasa lebih sunyi dan mencekam setelah Kaira pada akhirnya mengetahui fakta baru. Alvero kritis karena kanker?"Maaf, aku dan Alvero belum bisa menepati janji kami untuk menemani persalinanmu," buka Cindy setelah lama menutup mulutnya. Bahkan ketika Davian menitipkan Kaira padanya untuk membiarkan mereka bicara, Cindy baru bersuara selang tiga menit lamanya.Dalam selang waktu tersebut juga Kaira tidak bersuara sama sekali. Dia hanya mendengar sedikit dari Davian, selebihnya Davian bilang Kaira harus mendengarnya dari Cindy langsung. Tapi jujur saja, apa yang bisa Kaira tampilkan selain keterkejutan yang mendalam? Kaira bergeming, wajahnya terlalu datar dan tidak memberikan jawaban apapun pada Cindy. Kali ini dia hanya akan fokus mendengarkan. "Aku...aku nggak tahu harus mulai da

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   129. Reality hit

    Kaira menggenggam erat tangan Davian saat mereka berdiri di depan ruang NICU. Hatinya bergetar melihat bayi mungil mereka yang terbaring di dalam inkubator, tubuhnya yang kecil masih dipenuhi selang dan monitor yang berbunyi lembut. Meski dokter sudah menjelaskan bahwa putra mereka harus mendapat perawatan intensif karena lahir prematur di usia kandungan 34 minggu, tetap saja sulit bagi Kaira untuk menahan air matanya.Davian melingkarkan lengannya di bahu sang istri, menguatkannya. "Dia kuat, Sayang. Lihat, dia bahkan sudah mulai menggenggam jari perawat tadi." Suaranya lembut, namun ada kebanggaan dan kasih sayang yang begitu dalam di matanya.Mata Kaira terus memandangi buah hati mereka, dadanya sesak oleh campuran emosi. "Dia masih begitu kecil..." bisiknya, suaranya nyaris patah. "Aku ingin memeluknya, Mas. Aku ingin menghangatkannya di dekapanku."Davian menenangkan dengan mengusap punggung istrinya. "Sebentar lagi, Sayang. Dokter bilang kondisinya sudah terus membaik. Dia hanya

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   128. Hai Tante Mita

    Kaira membuka matanya perlahan, cahaya lampu kamar rumah sakit terasa sedikit menyilaukan setelah ia tak sadarkan diri entah berapa lama. Ada rasa lelah yang masih melekat di sekujur tubuhnya, tapi itu semua langsung tergantikan oleh kehangatan yang menjalar di hatinya saat melihat sosok suaminya, Davian, duduk di samping ranjangnya. Pria itu tampak begitu lelah, lingkaran hitam menghiasi bawah matanya, tetapi senyum lega yang menghiasi wajahnya saat melihat Kaira sadar membuatnya terlihat lebih lembut dari biasanya. "Kaira..." Suaranya terdengar serak, seperti seseorang yang hampir tak berani berharap. Kaira mengerjap pelan, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Bibirnya merekah dalam senyum kecil. "Hei..." Seolah tak mampu menahan diri lebih lama, Davian langsung menggenggam tangannya, mengecupnya lembut. "Kamu baik-baik saja?" Kaira mengangguk, meski tubuhnya masih terasa lemah. "Bayinya?" "Dia masih harus berada di ruang NICU, tapi tidak akan lama lagi dia bisa berkumpul bersama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status