Share

Bab 6

Para mahasiswi di kelas bahkan menjadi bersemangat. Asalkan mengetahui identitas tuan muda ini, mereka pasti akan menghalalkan segala cara untuk mendekatinya. Begitu berhasil, status mereka pasti akan membubung tinggi.

"Sayang sekali, nggak ada nama dan kelas penyumbangnya. Hanya ditulis anonim di pemberitahuan."

"Ya, semua orang sedang mencari tahu identitas anak orang kaya ini. Tapi, nggak ada seorang pun yang tahu."

Para mahasiswa terus membahas masalah ini. Ketika mendengarnya, Josh tak kuasa tersenyum. Tanpa diduga, seluruh universitas sudah tahu tentang sumbangan yang diberikannya ini. Untung saja, Josh sudah berpesan kepada Travis untuk tidak membocorkan identitasnya. Dengan begini, dia baru tidak akan kerepotan.

Ketika mendengar diskusi orang-orang, Armand tak kuasa berkata, "Gila, apa yang dipikirkan orang ini? Bukannya dia menyumbangkan begitu banyak uang untuk pamer? Gimana dia bisa pamer kalau merahasiakan identitasnya? Kalau itu aku, aku pasti sudah menuliskan nama dan kelasku dengan jelas."

Para mahasiswa di kelas ini sama sekali tidak tahu bahwa tuan muda yang membuat mereka penasaran ini, sebenarnya sekelas dengan mereka.

Rubeus yang berada di sebelah Josh pun tersenyum seraya berkata, "Tuan muda ini benar-benar murah hati. Dia menyumbangkan uang 20 miliar semudah itu. Pasti seru kalau berteman dengannya. Hehe."

'Bukannya kita memang berteman?' batin Josh. Kemudian, dia berkata, "Omong-omong, Rubeus, ini uang 2 juta yang kupinjam waktu itu."

"Josh, kamu pakai saja dulu. Aku juga nggak butuh uang itu untuk sementara waktu ini," sahut Rubeus sambil mendorong tangan Josh. Dia tahu bahwa keluarga Josh sangat kekurangan uang. Sementara itu, ayahnya Rubeus adalah seorang pebisnis kecil. Meskipun tidak kaya, kehidupannya jauh lebih baik daripada Josh.

Josh merasa terharu saat mendengarnya. Lantaran keluarganya yang miskin, tidak ada yang bersedia berteman dengannya. Namun, Rubeus justru tidak keberatan. Dia bahkan beberapa kali meminjamkan uang kepada Josh dan membantunya melewati krisis.

"Rubeus, terima kasih. Tapi, aku benar-benar sudah punya uang sekarang. Kamu nggak perlu khawatir," ujar Josh sambil menyerahkan uang tersebut ke tangan Rubeus. Sebenarnya, dia ingin membayar 10 kali lipat kepada Rubeus, tetapi pasti akan ditolak. Jadi, lebih baik dia melakukan beberapa hal untuk Rubeus.

"Baiklah, beri tahu aku saja kalau kamu butuh," sahut Rubeus yang tidak menolak lagi.

"Josh, kamu sudah kaya sekarang? Kamu sudah bisa mengeluarkan uang 2 juta. Jangan-jangan ... kamu menjual diri akhir pekan lalu?" ejek Armand sambil tergelak.

Josh seketika mengernyit dan menimpali, "Armand, jaga perkataanmu."

"Berani sekali kamu membantahku! Sudah bosan hidup, ya?" teriak Armand sambil menggebrak meja dengan kesal. Dia terlihat seperti hendak memukul Josh.

Di mata Armand, pecundang seperti Josh seharusnya bersikap patuh padanya. Kalau berani melawan, itu artinya Josh cari mati.

"Armand, kalau kamu berani menyentuhku hari ini, aku berjanji akan membuatmu berakhir tragis," ancam Josh seraya tersenyum memicingkan matanya menatap Josh.

Sikap Armand yang sebelumnya sudah membuat Josh sangat jengkel. Sekarang, bajingan ini lagi-lagi memprovokasinya. Josh yang dulu memang tidak berani menyinggung Armand. Namun, sebagai cucu orang terkaya di provinsi barat daya, mana mungkin dia takut pada Armand lagi? Sebaliknya, Armand tidak akan bisa menanggung konsekuensinya jika benar-benar menggusarkannya.

"Membuatku berakhir tragis? Kamu sanggup? Haha. Aku sangat penasaran, bagaimana seorang bocah miskin sepertimu bisa membalasku setelah dipukul?" ujar Armand sembari menyingsingkan lengan bajunya.

Rubeus buru-buru mengadang di depan Josh. Dia memaksakan senyuman saat berkata, "Kak Armand, Josh sakit hari ini, jadi terus bicara omong kosong. Aku mewakilinya meminta maaf padamu. Tolong jangan marah, ya!"

"Minggir! Kalau nggak, aku akan menghajarmu juga!" teriak Armand yang murka sambil mendorong Rubeus.

"Berhenti!" Tiba-tiba, terdengar teriakan seorang wanita.

Begitu menoleh, Josh pun mendapati bahwa itu adalah suara ketua kelas mereka. Elsa Jonas memiliki paras yang cantik, kulit yang putih, dan rambut hitam yang panjang. Tingginya sekitar 165 sentimeter dengan postur tubuh yang sangat bagus. Elsa yang mengenakan rok bermotif bunga membuat siapa pun yang melihatnya akan terpana. Dia adalah wanita tercantik di kelas dan universitas ini.

"Armand, ini ruang kelas, sekarang adalah waktu belajar. Kalau kamu berani bertindak sembarangan, aku akan memberi tahu dosen!" ujar Elsa untuk memperingatkan.

Josh cukup terkejut dengan tindakan Elsa ini. Dia tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Elsa, bahkan keduanya tidak pernah berbicara. Namun, tindakan wanita ini telah membantunya.

"Elsa, kamu membantu bocah ini? Asal kamu tahu saja, keluarganya sangat miskin. Dia nggak pantas mendapat bantuanmu," kata Armand dengan jengkel.

Elsa menggigit bibir ranumnya, lalu menimpali, "Justru karena kondisi keluarganya, aku nggak boleh membiarkanmu menindasnya."

"Masa? Kalau begitu, aku tetap mau menindasnya," balas Armand dengan ekspresi sombong. Selesai berbicara, dia langsung melayangkan tinju ke arah Josh.

"Josh, awas!" seru Rubeus yang panik. Elsa juga terlihat sangat cemas.

Di bawah tatapan para murid, Josh berhasil menghindari pukulan Armand dengan gesit. Kemudian, dia mengambil pena di meja dan menusuk bahu Armand dengan ganas.

"Argh!" Diiringi dengan teriakan yang histeris, pena tersebut sontak menembus bahu Armand sehingga darah mengalir seketika.

Pemandangan ini membuat ekspresi semua orang berubah.

"Ganas sekali. Bocah ini benar-benar hebat."

"Berani sekali dia melukai Armand. Apa dia nggak tahu latar belakang keluarga Armand? Apa dia sudah bosan hidup?"

Para mahasiswa ini mengira bahwa Josh adalah orang yang mudah ditindas. Itu sebabnya, mereka tidak menyangka bahwa Josh akan begitu kejam. Bahkan, Armand sendiri tidak menduga bahwa Josh akan menyerangnya.

"Armand, kamu kira dirimu sudah hebat? Hari ini, aku akan memberimu pelajaran," ujar Josh dengan dingin.

"Serang dia! Aku mau dia mati!" teriak Armand kepada beberapa temannya yang berdiri di belakang. Dia sudah murka.

Melihat ini, Josh mengambil sebuah pena lagi dan berseru, "Aku akan membunuh siapa pun yang berani mendekat. Kalau kalian nggak takut mati, silakan maju!"

Anak buah Armand seketika menelan air liur. Jelas, mereka merasa takut. Serangan Josh yang begitu kejam telah mengejutkan mereka. Orang lemah akan takut pada orang yang kuat, sedangkan orang kuat akan takut pada orang yang tidak takut mati.

Anak buah Armand selalu bersikap semena-mena di universitas. Namun, begitu bertemu masalah, mereka pasti takut. Bagaimanapun, mereka hanya sekelompok mahasiswa.

"Kak Armand, kamu berdarah, lukamu begitu parah. Kondisimu lebih penting sekarang. Gimana kalau kita mengantarmu ke rumah sakit dulu?" usul salah satu anak buahnya.

"Benar, benar." Anak buah lainnya buru-buru menyetujui dan mengangguk. Kemudian, mereka maju untuk memapah Armand karena tidak ingin berkelahi dengan Josh.

Lantaran kesakitan dan melihat darah yang mengalir dari bahunya, Armand pun hanya bisa mengiakan perkataan anak buahnya. Kemudian, dia membentak, "Josh, berani sekali kamu melukaiku. Tamatlah riwayatmu. Kamu tunggu saja pembalasanku!"

Selesai melontarkan ancamannya, Armand dibawa pergi oleh anak buahnya. Mereka buru-buru keluar dari ruang kelas. Armand benar-benar gusar. Dia bertekad akan membalas perbuatan Josh setelah keluar dari rumah sakit. Dengan begini, dia baru bisa meredakan amarahnya.

"Oke, aku menunggumu," sahut Josh seraya tersenyum sinis dan menatap punggung Armand.

Saat ini, para mahasiswa di ruang kelas menatap Josh dengan tatapan kagum sekaligus iba. Sikap Josh ini membuat mereka sangat puas. Bagaimanapun, Armand selalu bersikap semena-mena sehingga dibenci oleh banyak teman sekelas. Hanya saja, tidak ada yang berani mengatakannya.

Di sisi lain, mereka juga tahu bahwa Josh yang telah melukai anak orang kaya seperti Armand, tidak akan bisa menanggung konsekuensi yang ada.

"Josh, penampilanmu saat menyerang Armand tadi benar-benar keren," puji Rubeus dengan antusias. Namun, dia segera berkata dengan cemas, "Tapi, anak orang kaya seperti Armand bukan lawan kita. Dia pasti akan membalas dendam kepadamu. Gimana ini?"

"Membalas dendam? Aku akan menunggu pembalasannya," timpal Josh seraya menyeringai. Dulu, dia tidak berani mengusik Armand bukan karena takut, melainkan karena bersikap dewasa. Pria harus berani, tetapi juga harus dewasa dan memahami tanggung jawab yang dipikul.

Namun, sekarang Josh adalah cucu orang kaya. Dia hanya perlu menunjukkan keberaniannya tanpa mengkhawatirkan hal lain. Kalaupun dia membunuh Armand, hal itu tidak akan menjadi masalah.

"Hais ...." Rubeus menghela napas panjang. Masalah sudah seperti ini, apa yang harus dilakukan?

Sementara itu, di ruang kantor rektor.

"Pak, ini dokumen Josh," ujar si sekretaris seraya menyerahkan sebuah dokumen kepada Travis.

Travis segera menerimanya, lalu membacanya dengan saksama. Dia bergumam, "Keluarga hanya ibu tunggal dan keluarganya miskin?"

Travis sangat terkejut membacanya. Berdasarkan informasi di dokumen tersebut, keluarga Josh sangat miskin, bahkan mengajukan beasiswa pada 2 tahun lalu. Namun, mana mungkin orang yang bisa menyumbangkan uang sebesar 2 miliar berasal dari keluarga miskin?

"Pak, mungkin dokumen ini palsu. Dengan kekayaannya, mudah saja baginya untuk membuat data palsu. Dia mungkin tidak ingin terlalu mencolok, makanya menyuruh kita merahasiakan identitasnya sebagai penyumbang," jelas sekretaris itu.

Travis pun mengangguk dan menyahut, "Masuk akal. Menurut intuisiku, dia bukan orang biasa. Kita harus hati-hati kepadanya, jangan sampai menyinggungnya."

Malam hari, di Bar Starry, terlihat Josh yang duduk di meja bar. Dia berkata seraya menyodorkan uang kepada seorang wanita cantik, "Cantik, aku mau informasi tentang Armand Ezra, mahasiswa semester 2 di Universitas Sunrise."

Wanita itu memiliki rambut merah panjang yang bergelombang, bulu mata yang tebal, tatapan yang memikat, dan bibir yang ranum. Dia terus memancarkan pesonanya. Dia benar-benar wanita penggoda yang terus memikat pria.

Kemarin, Josh mendapat informasi tentang situasi internal kantor cabang Grup Vagant di Kota Sunrise darinya. Dia menyahut sambil menerima uang tersebut, "Tampan, kamu datang lagi. Minum dulu, aku akan segera mengambil dokumennya untukmu."

Josh menikmati birnya sembari menunggu. Dia telah melukai Armand hari ini. Dengan karakter yang dimiliki Armand, dia pasti akan membalas dendam pada Josh. Itu sebabnya, dia harus mengetahui informasi spesifik tentang Armand sehingga lebih mudah untuk melawannya.

Sekitar 10 menit kemudian, sebuah dokumen dibawa ke hadapan Josh.

[ Armand Ezra, mahasiswa Universitas Sunrise, memiliki karakter yang sombong dan senang berfoya-foya. Ayahnya adalah bos Perusahaan Material Fortune dengan aset sekitar 200 miliar. Mereka adalah salah satu pemasok bahan bangunan untuk kantor cabang Grup Vagant Kota Sunrise. ]

"Tsk tsk, menarik sekali." Setelah melihat informasi ini, Josh tak kuasa menyunggingkan senyuman. Dia tidak menyangka bahwa perusahaan keluarganya Armand ternyata adalah salah satu pemasok untuk perusahaannya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status