LOGINNobuchi Harlo, mahasiswa cupu abadi—gigi berantakan, postur bungkuk, perjaka kampus yang jadi bahan bully. Hingga suatu hari, Zayreena, Dewi Penguasa Hasrat dan Nafsu, menabrak hidupnya bak petir di siang bolong. Dewi gila yang menawarkan deal panas: serahkan keperjakaanmu, semua impian terwujud! Ujiannya absurd: intip bra, cium stranger, godaan liar yang bikin Nobu goyah antara malu dan nafsu. Ikuti tarian sinting dewi itu, atau bangkit jadi legenda sendiri? Siapkah kamu saksikan perjaka terakhir kampus meledak jadi alpha... atau hangus dalam neraka nafsu? Petualangan erotis, gila, tak tertebak—DIMULAI SEKARANG!!
View More“Aah… sayang… emmhh... sebentar. Oughh ~"
'Keparat, bajingan! Dasar tidak tau malu! Bisa-bisanya bercumbu di depanku! Kurang ajaaaarrr!' Sungguh! Banyak sekali sumpah serapah di kepala Nobu. Ingin diteriakan semua, tapi apa yang bisa dilakukan pecundang seperti dirinya selain mengutuk dalam hati. Meski dua sejoli itu sudah keterlaluan, Nobu pilih bungkam seolah tak terganggu. "Sayang... beneran deh jangan di sini, aku malu tau. Itu tuh! Si Nobu liatin kita terus." dagu Si Gadis terangkat ke arah Nobu yang berjarak hanya empat meter dari mereka. Pria diatasnya menoleh ke arah yang sama. Dilihatnya Nobu sibuk dengan laptop dan kertas-kertas tugas. Seharusnya tugas itu adalah tanggung jawab bersama. Empat orang, harusnya. Tapi lihat! Hanya Nobu saja yang kerja sendirian. Sang ketua kelompok tidak bisa hadir, tapi ia memberi uang sebagai ganti. Nah, masalahnya ada pada dua orang ini. Tidak ingin buang kesempatan, mereka mengundang serta pasangan masing-masing. Saat ini, Bagas dan pasangannya berada dalam kamar, berdua saja. Dari 'uh-ah, uh-ah!' yang terdengar, bisa ditebak apa yang sedang mereka lakukan. Belum lagi, si keparat ini yang paling tidak punya otak. Bisa-bisanya beradegan mesum di hadapan temannya sendiri. "Biarin ajalah, Sayang, Mungkin ada yang mau ditanyain tentang tugas, pura-pura nggak lihat aja. Aku sedang malas buka buku." Lia menggigit bibirnya ragu. "Tapi tetap aja, bikin canggung tau! Apa kita nggak bisa pindah ke tempat lain yang lebih sepi?" ”Kenapa? Pacarku yang cantik ini udah nggak tahan, ya?" goda Kevin nakal. ”Ya, nggak harus di sini juga, Sayang. Kita kan bisa ke hotel atau ke kontrakan aku aja. Teman satu kost-ku kebetulan lagi pulang kampung. Jadi ... umm... gimana, mau ya?” rengek Lia manja. Kevin tak peduli lagi. Syahwatnya sudah terbakar. Saking tidak peduli, Ia berani membuka kancing kemeja Lia, tiga kancing teratas lepas. Saat disingkap lebar, sepasang dada indah dibalut bra seksi terpampang menggiurkan. Kevin sampai menelan ludah saking berselera. "Sayang... aku malu." Lagi-lagi Lia mengeluh. Kehadiran Nobu membuatnya tidak nyaman. “Gapapa, kasih tontonan gratis buat perjaka ting-ting. Kasian, kan?” ujar Kevin, setengah berbisik. ”Ha! Serius?” Lia lupa dengan rasa malunya, sekarang malah penasaran. ”Nobu masih perjaka? Hari gini masih perjaka?” Lia terkekeh kecil, tapi cukup untuk sampai ke telinga Nobu. Kekehan yang lebih terasa seperti ejekan. Seperti belati, menusuk hati Nobu pelan-pelan. Kevin hanya menjawab dengan anggukan malas, lebih asyik dengan mainan di tangannya—atau lebih tepatnya dengan gunung kembar milik Lia. Keduanya semakin hanyut dalam percumbuan, tidak mereka pedulikan sosok lain yang masih ada di situ. Seakan Nobu hanyalah bayang-bayang tak berarti, hantu yang terlupakan di sudut ruangan.'Bajingan! Keparat! Kalian kelewat batas!'' maki Nobu masih dalam hati. Tidak lagi bisa diabaikan. Bisa gila dia kalau bertahan di sana lebih lama. Padahal sudah rela kalau dalam kelompok hanya jadi kuda beban, dan sekarang sambil mempertontonkan aksi percintaan, keduanya terang-terangan menghina harga dirinya juga. Dikemasi barang-barangnya, satu persatu masuk dalam tas. Kevin dan Lia melihat Nobu berdiri kemudian berjalan menuju pintu. Hampir dipanggil oleh Kevin, tapi Lia buru-buru menggeleng sembari pasang wajah memelas manja. "Biarin aja, Sayang. Aku takut liat mukanya. Serem kayak monster! Pantas aja masih perjaka." "Haha... Nobu Si Monster!" Lepas tawa Kevin mendengar ucapan kekasihnya. "Daripada mikirin dia, mending kita...." Pandangan Kevin tertuju pada dada Lia yang telah lolos dari bra. Hasrat membakar matanya, dan tatapan penuh keinginan, Kevin menyerbu bagai serigala lapar. Mereka tak tahu, di balik pintu yang setipis kertas itu, Nobu mendengar segalanya. Setiap cemoohan, setiap erangan, bagai palu godam menghantam jiwanya. Matanya menangkap sebatang balok kayu di sudut ruangan, dan sesaat, iblis dalam dirinya berbisik, mereka harus mati! Hancurkan mereka! Tangan gemetarnya menggenggam balok itu erat-erat, jantungnya berdegup kencang bagai genderang perang. Namun, akal sehat tiba-tiba menamparnya keras. “Brengsek! Brengsek! Brengsek!” Balok kayu itu dilemparkan, menggema saat menghantam lantai. "Wajahku memang mirip monster, tapi aku bukan pembunuh!” “Dasar bodoh!” Nobu berpikir apa dosa jika aku masih perjaka? Merekalah yang gila! “Kalian berdua… kalau tidak mati besok, aku sumpahin kalian kena penyakit kelamin!” Suaranya nyaris pecah di tenggorokan karena tercekat amarah. Nobu terhenti di anak tangga kedua menuju lantai bawah, tubuhnya gemetar, jantungnya masih tidak karuan. Sekarang Nobu sangat menyesal kenapa pula dulu terlalu jujur cerita kalau belum pernah bercinta. Ah, jangankan hubungan intim, pacar saja dia belum pernah punya. Oke, anggap saja dia bohong bilang sebaliknya, tapi dengan penampilan seperti itu, siapa yang akan percaya? Tidak akan ada. Kulitnya pucat bagai mayat, lingkaran hitam di sekitar matanya serupa bayang-bayang kematian, dan alisnya yang tebal tak karuan menyerupai sarang laba-laba di kastel vampir. Namun, yang benar-benar membuat Nobu nampak seram adalah giginya yang tumbuh dengan cara aneh—berdesakan, tumpang tindih, seperti pintu goa angker dalam lembah kelam. Seolah-olah saat buka mulut, makhluk-makhluk seram beterbangan keluar. Karena itulah Nobu selalu menutup mulut, hanya berbicara jika terpaksa. Belum lagi kacamata tebal dengan bingkai hitam besar, tampak seperti ilmuwan gila yang tersesat dalam laboratorium. Pakaiannya? Tabrak model, tabrak warna, seolah sengaja dirancang untuk membuat mata orang lain perih. Entah darimana selera itu dia dapatkan, bukannya menyamarkan kekurangan di wajah, Nobu justru makin memuluskan dirinya ber-cosplay jadi makhluk mengerikan. Benar kata Lia, wajahnya persis monster. Masih terduduk di tangga, Nobu tenggelam dalam lautan amarah. Dia heran kenapa pula gadis itu tertawa saat tau dirinya masih perjaka. Padahal menurut Nobu, dialah yang harusnya malu. Mahkotanya bisa dengan mudah dijamah oleh Kevin secara gratis. “Hufft…” Nobu mengembuskan nafas berat. Amarahnya sedikit berkurang sekarang, kepalanya pun mulai dingin. Yang dia inginkan hanyalah keluar dari gedung, kembali ke kamar kosnya yang sempit. Mengurung diri lagi seperti biasa. Ia sampai di bawah, menyusuri gang pertama, tapi secara tiba-tiba dari arah depan, satu rombongan pria datang mendekat. Tatapan mereka sungguh garang, seolah bisa menghancurkan apa saja. “ITU DIA! TANGKAP SI JELEK ITU!” Nobu bingung. Menolehlah dia ke kiri, kanan, serta belakang, tidak ada siapapun selain dirinya. “JANGAN LARI KAU!” Salah seorang dalam rombongan menunjuk padanya. “A-aku?” Sungguh, Nobu tidak tau apa yang terjadi, yang jelas instingnya mengatakan dia harus kabur. Nobu berbalik, lalu lari sekencangnya. “TANGKAP DIA!” Rombongan itu mengejar. Sekarang Nobu jadi yakin kalau memang dirinya yang diincar. “Tapi kenapaaaa….??!!”Nobu melangkah maju. Tepat di hadapan si kaos hitam, kaki kirinya maju setengah langkah, pinggul berputar.“JAB!”Tinju kanannya melesat lurus, mengenai dagu lawan.“BRAAK!”Kepala pria itu terdongak keras ke belakang, tubuhnya terangkat dari tanah, melayang dua meter, lalu menghantam aspal membuat suara dentum yang keras.Dia ambruk tak bergerak, darah segar langsung mengalir deras dari hidung dan sudut bibirnya, membentuk genangan kecil di bawah kepalanya yang jatuh miring.Dua pria yang tersisa langsung membelalak heran, kaki mereka gemetar sampai mundur selangkah bersamaan.Nobu menatap tangan kanannya yang masih mengepal, urat-urat di lengannya berdenyut keras. Matanya membulat—bukan takut, tapi girang setengah tak percaya.“Gila… cuma satu pukulan?!” Suaranya bergetar penuh adrenalin, senyum lebar mengembang di wajah itu. “Kekuatan ini… beneran nggak masuk akal!”Di kepalanya langsung berputar rencana-rencana gila yang dulu cuma berani dia simpan dalam khayalan.‘Kalau satu puku
Nobu baru saja melambaikan tangan terakhir ke Lia yang masuk mobil. Dia menarik napas panjang, lalu berjalan sendirian menuju area parkir motor di ujung kompleks waterboom.Langit sudah jingga, lampu taman mulai menyala satu per satu.Sepatu ketsnya berderit pelan di aspal. Tangan masih memegang helm, pikiran melayang ke kata-kata Lia tadi “setahun”.Tanpa sadar, langkahnya semakin lambat.Tiba-tiba suara kasar dari belakang.“Hei, jagoan! Buru-buru amat? Pacar seksimu di mana?”Nobu langsung menoleh.Tiga orang berdiri di belakangnya, sekitar lima meter. Yang bicara tadi berkaos hitam. Di sebelahnya pemuda rambut pirang, senyumnya sinis. Nobu langsung ingat wajah-wajah itu.Mereka berdua yang tadi pagi mengganggu Lia di terowongan akuarium. Tapi yang satu orang lagi, Nobu tidak ingat melihatnya tadi. Badannya paling besar dan kekar. Tato yang entah bentuk apa terlihat di lengan kiri dan kanan. Dia berdiri di tengah dengan tangan mengepalNobu berhenti, tidak mundur selangkahpun . “Ad
Dia segera memposisikan tubuhnya di depan Lia supaya orang lain tak bisa melihat, lalu menarik ban itu ke sudut kolam yang lebih sepi.“Tunggu di sini, aku cari sekarang,” katanya cepat sambil melepas kaus renangnya sendiri dan melingkarkannya ke bahu Lia. “Pake ini dulu, nutupin.”Lia memegang kaus itu erat-erat, matanya berkaca-kaca. “Makasih, Nob…”Nobu langsung menyelam. Beberapa kali masuk-keluar air,Nobu menyelam lagi, mata terbuka lebar di bawah air. Tapi otaknya malah lari ke mana-mana.‘Bikini atasnya lepas… berarti sekarang Lia… nggak pake apa-apa di atas… YA TUHAN!’ Bayangan muncul sendiri. Nobu langsung memukul kepalanya sendiri di dalam air. ‘Berhenti! Berhenti mikir yang nggak-nggak!’Dia muncul sebentar, tarik napas, lalu tengok kanan-kiri. Beberapa cowok di pinggir kolam mulai curi-curi pandang. Ada yang nyengir genit, ada yang pura-pura sibuk tapi matanya tetap ke arah ban kuning.Nobu langsung mendekat, badannya jadi tameng hidup untuk Lia. Dia menarik ban kuning itu
Petugas mengulangi arahan sambil tersenyum ramah, “Tolong kakinya diluruskan dan diletakkan di bawah lengan orang yang di depan, biar posisinya lebih aman.” Nobu menelan ludah. “Baik… begini ya?” Dengan hati-hati ia meluruskan kakinya, lalu menggeser ke depan. Ujung kakinya langsung menyentuh kulit Lia yang licin karena air—tepat di bawah lengan, dekat sisi tubuhnya. ‘Uwoooww…!’ batin Nobu langsung berteriak. ‘Ini nggak bener… kakiku nempel di sini… aaaa… mana tahan gini...!’ Lia cuma terkekeh kecil, seolah tidak terlalu peduli. “Iya, betul seperti itu! Selamat meluncur!” kata petugas sambil mendorong ban dengan kuat. “WOOOHOOOOO!!!” Lia langsung berteriak girang. Ban meluncur kencang. Kecepatan tinggi membuat tubuh mereka terdorong ke belakang. Kaki Nobu yang tadi sudah “terkunci” di bawah lengan Lia, kini tertekan lebih dalam lagi. Kulit telanjang, hangat, dan licin itu terus bergesekan dengan betisnya setiap ban berbelok. “AHHHH…” Nobu berteriak, tapi bukan karena takut ket












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviewsMore