Bian mengakui kalau dia menyesal menceraikan Jasmine. Wanita itu tidak bereaksi banyak setelah Bian berkata dengan jujur. Dia memanfaatkan waktu kebersamaannya dengan mantan istrinya.Terkadang, setiap kali dia bersama dengan Freya. Dia tidak bisa bergairah seperti yang dia rasakan saat bersama dengan Jasmine.Orang-orang hanya tahunya bahwa Bian sangat mencintai Freya. Tapi terlihat bahwa hubungannya dengan wanita itu seperti akan kandas begitu saja. Sementara tidak ada pembahasan lain tentang hubungan mereka berdua. Sampai detik ini belum bisa dimengerti kenapa dia bisa menjadi goyah seperti ini setelah mantan istrinya muncul.“Pak,” panggilnya Sierra.Wanita itu membawa sesuatu untuknya.“Ya?”“Ada kiriman dari nyonya,” ucapnya Sierra.Lalu wanita itu meletakkan di atas mejanya. “Apakah Jasmine sudah kembali?” tanya Bian. Wanita itu sedang pergi bersama dengan Edo karena ada urusan penting. Sementara Bian di kantor bersama dengan Sierra.“Belum. Mungkin nanti saat jam makan siang.”
Belanja untuk kebutuhan bulanan. Jasmine berada di supermarket, kebutuhan susu untuk Noah juga cukup tinggi. Memikirkan biaya penitipan Noah, biaya si kecil juga di sekolah. Ditambah lagi kebutuhan sehari-hari yang di mana dia harus berpikir berat. Anaknya mengambil susu yang seperti biasa. “Noah, apakah tidak mau ganti susu?” tanya Jasmine karena merasa berat terhadap itu. Harga yang cukup tinggi untuk kebutuhan anaknya selama satu bulan. Mungkin sebelum Noah sekolah, dia tidak keberatan. Tapi sekarang dia merasa harus berhemat uang. “Mau ini aja, Ma. Enak soalnya.” Jasmine tidak bisa berbuat banyak setelah anaknya berkata demikian. Lalu dia ke kasir dan melihat nominalnya. Kebutuhan susu untuk Noah sebulan pun hampir menyentuh biaya bulanan Noah di daycare, belum lagi kebutuhan untuk sekolah dan kebutuhan mereka setiap hari. Lalu pada saat melihat nominalnya. Dia mengeluarkan kartu dari dompetnya. Itu adalah miliknya Bian. Kartu yang diberikan oleh pria itu ketika mengatakan
Bian membuka M-banking. Dia melihat transaksinya Jasmine kebanyakan dilakukan di supermarket. Padahal dia tidak masalah kalau wanita itu juga perawatan. Wanita itu mempercantik diri dan kebutuhan sehari-hari juga pasti Bian akan dukung. Tapi wanita itu masih menjadi orang tidak enakan seperti dulu. Dia hari ini berencana untuk ke sekolahnya Noah. Mau mencari tahu sendiri berapa biaya perbulan untuk anak itu. Tahu kalau anak itu sekolah di tempat yang terbaik. Jasmine juga memberikan yang terbaik untuk anak mereka. Dia tidak menyalahkan anak itu masuk ke sekolah mahal. Dia hanya kasihan kalau Jasmine menolak uang yang diberikan oleh Bian. Di mana lagi wanita itu mencari uang? Sementara gajinya Jasmine cukup untuk biaya daycare Noah saja. Ajakan Bian untuk kembali juga tidak ditanggapi. Wanita itu mungkin trauma pernah dibuang begitu saja oleh Bian. Jadi, dia hanya mendekati Jasmine dengan cara mengambil hati anaknya sekarang. Dia kedatangan Edo. “Bapak jadi pergi?” “Tunggu Jasmine
Kesibukan Jasmine di kantor makin hari makin menggila saja. Bian memang tidak sengaja melakukan itu. Memang keadaan kantor saja yang sekarang semakin sibuk. Jasmine juga tidak jarang pulang malam hari untuk menjemput anaknya. Terkadang, Bian juga yang mengantarnya pulang sebagai tanda permintaan maafnya. Mereka juga sekarang masih ada di luar. Jasmine menemani pria itu untuk pertemuan-pertemuan dengan kliennya. “Kamu capek?” tanya Bian. Mereka ada di kamar hotel. Bian mengajaknya istirahat sebelum mereka kembali. Memang dia butuh mengisi tenaga terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah. “Aku kelelahan.” Dia ingat kalau besok adalah hari Sabtu. Menjanjikan Noah untuk pergi bermain berdua. “Aku butuh isi tenaga Bian.” Dia mendekati pria itu dan memeluknya. Bian dengan senang hati memeluknya dengan erat. Entah kenapa sekarang dia merasa semangatnya dalam mencari uang juga bertambah. Dia punya tempat untuk melepaskan lelahnya. Meskipun mereka hanya menjalin hubungan tidak jelas. Ter
“Pak, saya sudah menemukan apartemen yang mungkin Bapak minati.” Bian yang mengangkat kepalanya melihat Edo yang datang kepadanya. Pria itu memberikan tablet dan melihat beberapa gambar apartemen yang akan dia beli. Mungkin memang benar, untuk sementara waktu mereka akan tinggal di apartemen nantinya. Dia akan membawa Noah dan juga Jasmine. Mengawasi dua orang itu agar aman di sisinya. Sabtu dan Minggu selalu dia habiskan di rumahnya Jasmine semata untuk menjaga keduanya. Lalu ketika dia hendak mengajak Edo ke sana. Ponselnya berbunyi, lalu dia melihat pesan dari papanya. “Papa akan ke kantormu sekarang. Papa sedang di jalan.” Dia langsung menoleh ke arah ruangan sebelah. “Kita ketemu di luar, Pa. Aku kebetulan ada di luar. Aku kirimkan lokasinya.” Dia beranjak dari tempat duduknya. Dia menghubungi sang papa agar mereka bertemu di luar. Tidak mungkin papanya berkunjung ke sini sementara Jasmine menjadi sekretarisnya. “Jasmine, ini penting! Ayo pergi sekarang!” Wanita itu
Notifikasi dari ponselnya sepi. Tidak pernah seperti ini biasanya. Bian hanya akan tahan tidak menghubunginya selama dua hari. Setelah itu pria yang sudah pacaran dengannya sepuluh tahun lebih itu kemudian tiba-tiba saja seperti itu. Keputusan yang semakin hari semakin memberatkan baginya. Tidak ada pesan dari pria itu sekarang. Sudah dua bulan lebih pria itu tidak menghubunginya. Dia mengambil ponselnya dan melihat Bian aktif. Pria itu tidak pernah mematikan status aktifnya. Jadi sangat terlihat dengan jelas kalau pria itu sekarang sedang chat dengan orang lain. Dia ingin mengetikkan pesan, lalu kemudian dia klik chat yang dua bulan lalu. Kemudian dia hendak mengirimkan Bian pesan. Ternyata foto profilnya Bian langsung ganti. Bukan lagi foto dirinya dengan pria itu. Sekarang sudah diganti menjadi foto sendirian. Bian tidak pernah seperti ini. Benar-benar sangat tidak masuk akal bagi Freya kalau Bian tahan tidak menghubunginya. Saat dia menghubungi temannya kalau mereka akan
Bian menemani Sadewa untuk meninjau progres hotel yang dikatakan beberapa waktu lalu. Ini adalah untuk Bian dan juga anaknya di masa depan kata orang tuanya. Padahal Sadewa tidak tahu kalau dirinya telah memiliki cucu dari Bian. Pria itu bersama dengan pengawalnya meminta ditemani oleh Bian. Sedangkan Bian sendiri datang sendirian. Tidak mengajak Jasmine apalagi Edo. “Bagaimana menurutmu soal ini?” “Aku tidak bisa komentar. Apa pun yang Papa bangun, pasti akan menghasilkan yang fantastis.” Papanya menganggukkan kepalanya dan kemudian mengajak Bian keliling. Mengenai anak itu, Bian belum berani menjawabnya karena merasa tidak berhak mengatakan kalau dirinya punya anak dari Jasmine. Dia dan wanita itu memang sering meluangkan waktu demi sang anak. Bukan berarti Bian bisa seenaknya begitu saja mengakui Noah di mana pun. Terutama di depan papanya. Karena Jasmine juga tidak tahu kalau Bian sudah mengetahui tentang anak mereka. Mendekati Jasmine juga tidak semudah itu. Bian dulu tin
Setiap akhir pekan seperti ini Bian selalu ada di sisinya. Jasmine belum pernah ke pemakaman ibunya lagi semenjak dia dekat dengan Bian. Dia juga tidak mengatakan apa pun. Kalau dia mengajak Bian, sudah pasti pria itu tidak akan menolak. Malam ini, dia sedang melipat pakaian. Bian membantunya, benar-benar tanpa disuruh akan selalu melakukan pekerjaan ini. Padahal wibawa seorang bos tidak bisa direndahkan begitu saja. Sementara itu Noah sedang tidur, anak itu tadinya ditemani oleh Bian. Kemudian Jasmine melakukan pekerjaan rumah. Bian langsung duduk bersila dan membantunya melipat pakaian. Sudah sering sekali Bian mengajaknya untuk rujuk. Akan tetapi kisah cintanya Bian dengan Freya tidak sebentar. Dia justru merasa kalau pria itu akan kembali dengan mantannya kalau suatu saat bermasalah dengan Jasmine. Itulah yang membuat dia enggan menerima ajakan Bian untuk kembali. Waktu Bian mengangkat baju dan nyangkut. Lalu setelah dilihat ada bra Jasmine yang tersangkut di sana. Bian menyen