Pertemuan dengan tim produksi berlangsung selama dua jam lebih. Banyak hal yang dibahas mulai dari rencana program hingga detail materi acara talkshow. Setelahnya ada penjelasan juga perihal kontrak kerja sama yang akan berlangsung hingga tiga bulan.
“Pak Fajar tidak sendirian. Akan ada host yang bertindak selaku moderator. Setiap episode akan menghadirkan empat orang politikus yang akan beroposisi. Posisi Pak Fajar nanti adalah sebagai penengah dan penyeimbang. Kami juga mengundang ulama berbeda di setiap episode. Acara akan tayang setiap hari Senin, satu kali dalam seminggu. Untuk syutingnya akan diambil hari Minggu. Karena isu ini sangat sensitif, jadi acara tidak akan kami tayangkan secara langsung,” papar produser acara talkshow tadi ketika rapat berlangsung.
Sekarang, Fajar sedang menandatangani kontrak setelah membaca dan mendengarkan penjelasan isi poin yang ada di dalam kontrak dari tim legal Yohwa TV. Pria itu resmi menj
Satu hari menjelang syutingMeninggalkan rasa penasaran mengenai hubungan Syukria dan Fajar, Dian mulai disibukkan dengan kegiatan baru yaitu menjadi bagian dari penanggung jawab produksi. Gadis itu ingin fokus dengan pekerjaan, karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Gatot bulan lalu, jika acara ini sukses maka ia akan dipromosikan menjadi redaktur.Dian melihat Fajar sedang fokus mempelajari materi yang akan dibahas dalam acara talkshow perdananya besok. Senyum menghias paras ketika dagu tertumpu di telapak tangan, dengan pandangan tidak lepas dari pria itu.Masya Allah. Ganteng banget sih. Udah gitu saleh juga. Idaman banyak cewek, batin Dian terkagum-kagum.Sesaat kemudian bola matanya terangkat ketika ingat dengan Aafiyah. Pikiran Dian mulai berkelana ke mana-mana. Tidak mungkin wanita seperti Aafiyah tidak tertarik dengan lelaki seperti Fajar.“Poin ketiga di
Menjelang datang waktu Subuh, Dian uring-uringan di kasur. Perkataan Gatot kemarin berputar bagai kaset kusut di benaknya. Dia tidak menyangka kalau atasan yang selama ini terkenal idealis mengajaknya makan malam, berdua saja karena masalah pribadi.Gatot berusia 40 tahun dan masih single. Dia redaktur favorit di Yohwa.com and Magazine, karena memiliki jiwa pemimpin yang mengayomi bawahan. Meski terkadang galak, tapi sikap yang adil tanpa pilih kasih menjadikannya sebagai atasan yang disukai oleh bawahan.Dian juga ingat dengan reaksi Fajar yang mendadak lebih banyak diam, setelah Gatot kembali ke ruangan. Percakapan hangat yang tercipta sebelumnya tidak lagi menemani. Hanya keheningan menyapa mereka berdua hingga pria itu selesai membaca skrip keseluruhan untuk kedua kali.“Cemburu?” Dian cekikikan ketika pikiran konyol hinggap di kepala. “Nggak mungkin ah!”Setelah membuang napas singkat, Dian langsung mengubah posisi me
Dian duduk termenung di meja kerja menanti datangnya waktu Zuhur. Mulai sekarang, ia terpaksa harus merelakan hari libur diambil satu hari demi kelancaran acara talkshow. Lagi pula, acara ini hanya tiga bulan setelah itu dia akan menikmati bekerja office hour sebagai redaktur.“Hayo lagi ngelamun apa?” Syukria tiba-tiba datang membuat Dian terperanjat.“Astaghfirullah.” Gadis itu mendelik nyalang seraya mengurut dada. “Kok masuk?”Syukria mengangkat bahu singkat, kemudian duduk di kursi kerjanya. “Lagi males di rumah, jadi ke sini deh lihat syuting acara Kak Dian.”“Acara gue apaan.” Dian menggoyangkan jari telunjuk. “Gue cuma ditugaskan urus keperluan Pak Fajar doang kok.”“Ya tetap aja Kakak ada andil di acara itu, ‘kan?” Syukria tersenyum seraya memiringkan kepala. “Pak Fajar udah datang belum?”“Belum. Ka
Dada Dian terasa sesak menyaksikan keakraban yang ada di depan mata. Tak hanya dengan Fajar, Aafiyah juga tampak dekat dengan Subroto. Sudah pasti hubungan mereka bukan hanya sebatas rekan kerja atau antara dosen dan mahasiswa.Dian memutar tubuh membelakangi ketiga orang tersebut. Gadis itu tidak ingin melihat hal yang menghadirkan nyeri di hati. Tanpa disadari kakinya maju dua langkah.“Kakak mau ke mana?” tanya Syukria menahan tangan Dian.Sementara Jamilah hanya memperhatikan reaksi Dian yang di luar dugaan. Biasanya gadis itu selalu tersenyum dan ceria. Paling tidak itulah yang bisa ia tarik kesimpulan setelah sekian kali berinteraksi dengannya.“Tolong temani Bu Jamilah, Syuk. Gue mau ke toilet,” jawab Dian menoleh sebentar dengan air mata menetes di pipi, lalu melepaskan pegangan tangan Syukria.“Kak,” panggil Syukria tanpa dihiraukan oleh gadis itu.Tilikan netra cokelat Syukria beralih ke arah Faj
“Trus Fajar pergi gitu aja, tanpa ngomong maksud dia panggil lo?” tanya Keysa dengan mata membesar ketika Dian menceritakan kejadian tiga hari lalu.Dian menganggukkan kepala lesu, kemudian menopangnya dengan telapak tangan. Embusan napas lesu meluncur ketika gadis itu mengaduk jus alpukat menggunakan sedotan dengan tangan kiri.“Tau tuh Pak Gatot pakai acara ganggu segala. Udah gitu yang mau dikatakan juga nggak penting-penting banget.” Dian mendengkus kesal dengan mata menajam, lantas menegakkan kepala.“Cuma tanyain, kamu udah makan, Dian?” Gadis itu menirukan gaya bicara Gatot dengan nada setengah mencemooh.Keysa mendesah keras seraya menepuk pelan meja restoran junk food. Dia jadi ikut-ikutan kesal, karena niat Fajar untuk menyampaikan sesuatu jadi diurungkan.“Kalau ada di sana waktu itu, pasti udah gue seret si Gatot. Gangguin orang aja,” gerutu Keysa berang sambil menyingsingkan lengan kemeja
Tuduhan mantan pengguna narkoba, pengkonsumsi alkohol sampai berkencan satu malam dengan sejumlah perempuan dialamatkan oleh artikel tersebut kepada Fajar. Tidak hanya satu media yang memberitakan, ada banyak media online yang memuat berita yang sama. Skandal tersebut menghebohkan publik yang baru saja mengagumi sosok Fajar Faizan.Hal itu yang membuat hati Syukria hancur ketika membaca berita mengenai kakak kandungnya. Ya, kecurigaan Dian benar, wanita itu adalah adik dari laki-laki yang telah mencuri hatinya.“Masalah ini saya serahkan sama kamu, Dian. Kamu harus kerjasama dengan Syukria. Segera tuntaskan, karena saya yakin kamu pasti punya jalan keluarnya. Jangan sampai berita ini berpengaruh terhadap rating tayangan berikutnya! Saya beri kalian waktu dua hari,” instruksi Gatot serius sebelum mereka keluar dari ruangan tersebut.Sekarang, Dian dan Syukria berada di ruangan kecil yang tak berpenghuni. Syukria masih tersedu memikirkan betapa kejam m
“Kok diam?” Dian menoleh sebentar, lalu fokus lagi melihat jalan menuju daerah Cempaka Putih. “Jawab gue dengan jujur, Syuk. Please jangan bikin jantung gue copot.”Syukria mematut Dian lama. Tampak kegetiran dari raut wajah gadis itu sekarang. Dia juga melihat betapa tulus Dian mencintai kakaknya.“Syuk,” panggil Dian masih menunggu jawaban.“Paling nggak gue berhak tahu, apa masih ada harapan dan kesempatan buat gue.” Entah keberanian dari mana, gadis itu berbicara seakan tidak ada beban.Bibir Syukria perlahan terbuka ketika ingin menjawab pertanyaan Dian. Namun hal itu belum bisa terwujud, karena ponselnya bergetar.“Sebentar, Kak. Pak Gatot telepon,” kata Syukria melihat nama yang tertera di layar.Desahan pelan keluar dari sela bibir Dian ketika rasa penasaran masih belum terbayarkan. Gatot selalu saja menjadi halangan ketika mengetahui kebenaran. Terutama ketika Faja
“Ma-maksud Bapak gimana?” gagap Dian ketika ingin memastikan pendapat yang bagaimana ingin didengarkan oleh Fajar.Pria itu menarik napas dengan pandangan pasih menatap karpet berwarna cokelat muda. Kedua tangan saling bertautan di bagian lutut kaki yang ditekuk.“Pendapat Mbak Dian pribadi,” jelas Fajar singkat tanpa menaikkan penglihatan.Darah berdesir di dalam tubuh Dian. Andai saat ini tidak ada Fajar, mungkin dia sudah jingkrak-jingkrak kegirangan, karena pria itu meminta pendapat pribadi, bukan dari sudut pandang wartawan.Calm down, Di. Jangan geer dulu, biar harapan nggak makin tinggi, batin Dian menyadarkan diri.“Oh, pendapat saya ya, Pak?” Dian kembali memastikan kalau kupingnya tidak salah mendengar.Fajar mengangguk ketika melirik ke arah Dian singkat.Gadis itu menarik napas panjang, kemudian menoleh sebentar melihat Syukria. Anggukan kepala diberikan oleh rekan kerjanya itu,