Menjadi Tawanan Tuan Muda

Menjadi Tawanan Tuan Muda

last updateLast Updated : 2025-12-22
By:  MAMAZANUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
8Chapters
64views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Tiga ratus juta. Dan layani aku malam ini, sekarang juga." Lila terkesiap. Uang sebanyak itu bisa untuk membantu biaya pengobatan Ibunya. Airmatanya tumpah. Namun, Oliver enggan menanti, "Keputusan ada di tanganmu, Pelayan. Kau dapat uangmu, dan aku dapat... kepuasan." Lila berpikir ia akan bebas setelah malam itu, melainkan Oliver memberikan penawaran lebih gila dengan janji melunasi biaya rumah sakit Ibunya, “Tugasmu adalah menjadi pemuas Jonathan, Ayah tiriku.”

View More

Chapter 1

Bab 1 | Layani Aku!

Bab 1

Pukul tujuh malam, Kediaman Miller terasa sunyi dan menekan. 

Meski shiftnya sebagai pelayan baru sudah berakhir, Lila Laven masih harus bekerja. Ia butuh uang secepat mungkin.

Gadis berusia 26 tahun dengan kulit putih bersih dan rambut hitam pekat yang sedikit bergelombang tergerai di punggung itu, menyeka keringat tipis di pelipisnya. 

Ia mengenakan seragam pelayan berwarna hitam dan putih yang kontras dengan matanya yang bulat dan ceria, kontras pula dengan beban yang dipikulnya.

Ibunya, Susan, terbaring lemah karena kanker dan butuh operasi segera. Biayanya? 1,5 Milyar. Sebuah angka yang mencekik.

Sudah seminggu ia menggantikan ibunya di rumah megah Jonathan Miller, 49 tahun, seorang pengusaha duda yang selalu bersikap ramah, meski matanya terkadang memancarkan sorot aneh.

Memiliki dua pekerjaan sekaligus, pelayan di siang hari di kediaman Miller dan pelayan di bar eksklusif di tengah malam membuat Lila berjalan di atas benang tipis kelelahan.

Malam ini, ia mendapat tugas membersihkan kamar tamu yang jarang dipakai, yang terletak di ujung koridor lantai dua. Ruangan itu gelap dan sedikit berdebu, dimana terlihat jika yang empunya rumah memang tidak punya tamu.

Lila mengambil kemoceng dan mulai membersihkan. Ia bergumam pelan, mencemaskan shiftnya di bar.

'Ya Tuhan, dari mana aku dapat uang untuk pengobatan Ibu?'

Tiba-tiba, suara pintu depan dibanting dengan keras menggema di kesunyian malam. Langkah kaki berat, cepat, dan tergesa-gesa memecah kesunyian. Langkah itu bukan langkah Tuan Miller. Langkah ini terlalu tegap, terlalu cepat, dan memancarkan aura bahaya.

Jantung Lila mencelos. Ia menahan napas, mengira ada perampok. Ia segera meringkuk di balik tirai tebal yang menutupi jendela besar kamar tamu.

Pintu kamar itu didorong terbuka dengan sebuah hentakan keras. Bukan perampok. Seorang pria bertubuh tinggi tegap, berbalut setelan mahal yang sedikit kusut, berdiri di ambang pintu.

Pria tampan yang baru pertama kali ia lihat, wajahnya tertekuk, rahangnya mengeras, dan mata hitamnya memancarkan kemarahan yang mencekam. Nafasnya terdengar memburu. Lila tidak dapat melihat dengan jelas. “Siapa pria itu?” batinnya, menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya mencekam erat pakaian seragam pelayannya.

Sedangkan pria tersebut tidak menyadari kehadiran Lila di balik tirai. Ia berjalan gontai menuju ranjang king size di tengah ruangan, mencampakkan tas kerja mewahnya, lalu menyentuh keningnya yang berdenyut. Dia baru saja selamat dari jebakan yang nyaris merenggut nyawanya dalam perjalanan pulang. Kini badannya terasa begitu panas. Ada yang aneh.

“Shit! Aku lengah!” geram pria yang merupakan pemilik asli rumah ini. Dia Adalah Oliver James Monfalco, pria berusia 33 tahun. Pria yang terkenal begitu dingin dan di takuti di kalangan para pebisnis dan dunia bawah tanah. Pria yang misterius, tidak pernah menunjukkan jati dirinya di muka public.

Saat Oliver mulai melonggarkan dasinya, mata tajamnya menangkap gerakan halus di balik tirai jendela. Ia melihat bayangan tubuh mungil di sana.

Mata Oliver seketika berubah dari lelah menjadi tajam dan dingin. Ia tahu betul rumah ini seharusnya kosong saat ini.

"Siapa di sana?!" suaranya serak, menusuk.

Lila tersentak, lalu perlahan keluar dari persembunyiannya. Ia menunduk takut, jari-jarinya meremas gagang kemoceng. "M-maaf, Tuan. Saya pelayan baru, saya sedang membersihkan kamar ini."

Oliver melangkah maju. Satu langkahnya sudah cukup membuat Lila mundur dua langkah. Ia mengamati Lila dari ujung kaki hingga kepala. Tubuh indah di balik seragam pelayan, payudara ranum yang menekan kain, bibir tipis yang bergetar. Wajah polos dan ketakutan itu entah mengapa menarik perhatiannya, memicu sesuatu yang gelap di dalam dirinya.

"Pelayan?" Oliver mendengus dingin. "Jonathan sudah bosan dengan pelayan tua dan menggantinya dengan... mainan baru?"

Lila mendongak, matanya memancarkan amarah tipis. "Saya tidak mengerti maksud Anda, Tuan. Saya disini menggantikan ibu saya."

Oliver tidak peduli. Tidak ada orang yang ia percayai di dunia ini. Ia hampir saja celaka dan situasi saat ini bukannya seperti jebakan yang tertunda.

Pria ini haus akan kendali, dan Lila, yang tampak kecil tak berdaya, adalah target yang sempurna. Setidaknya ia berada di kediamannya saat ini. Dan semua berada di bawah kendalinya, termasuk pelayan kecil yang ada di depannya.

Dalam sekejap, Oliver menghapus jarak di antara mereka. Ia meraih lengan Lila dengan cengkeraman baja, menyeret tubuh mungil itu menuju tempat tidur.

"Lepaskan! Tuan, apa yang Anda lakukan?!" Lila meronta, suara cerianya berubah menjadi jeritan tertahan.

Oliver menindih tubuh Lila di atas ranjang empuk. Nafasnya yang panas menerpa telinga Lila. Membuat pelayan cantik itu memukul-mukul dada Oliver, tapi tenaganya tidak berarti apa-apa.

"Diam." Perintah Oliver rendah, dingin, dan tegas.

Dia mencengkeram rahang Lila, memaksa wanita itu menatap matanya. Kemudian, ia mencium Lila. Ciuman brutal, kasar, seperti menuntut pengakuan dari tubuhnya. Lila merasakan sakit di bibirnya, bercampur dengan aroma whisky dan parfum mahal pria asing yang kini menindihnya.

Saat Lila berusaha memalingkan wajah, Oliver berbisik, nadanya terdengar seperti seorang diktator yang tengah menawarkan amnesti.

"Kau butuh uang, bukan?" Oliver menarik diri sedikit, matanya yang kelam menatap langsung ke mata bulat Lila yang kini berkaca-kaca.

Lila terkejut. "Ba-bagaimana Anda tahu?"

"Semua pelayan di rumah ini butuh uang. Tapi kau," Oliver menjilat sudut bibirnya, tatapannya menyapu setiap lekuk tubuh Lila. "Kau terlihat sangat putus asa."

Oliver menyelipkan tangan ke saku celananya, mengeluarkan dompet tebal, dan melemparkan selembar cek yang sudah ditandatangani ke atas bantal di samping kepala Lila.

"Tiga ratus juta. Dan layani aku malam ini, sekarang juga."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

reviews

MAMAZAN
MAMAZAN
Hai haiii pembaca kesayangannn ...... ~ Dukung novel baru Mamazan ya ~ Kisah tentang Si Lila pelayan si Oliver. Dengan karakter yang unik, Oliver pikir bisa menjadikan tawanan yang patuh.... Tetapi.... semakin lama tingkah Lila membuat Oliver sakit kepala ... atau keadaan bisa berbalik?
2025-12-23 10:10:24
1
0
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status