UHUK-UHUK!
Dela berpura-pura batuk. Sontak Saga melepaskan pelukannya dari tubuh Nayra yang berdiri di depan kompor. Melihat tatapan dingin dari Dela, hati Nayra mencelus takut. Wanita itu menunduk dan langsung melanjutkan aktivitasnya.
Saga sendiri terlihat santai. Dirinya berjalan tenang mendekati sang istri tua. Bibir Dela yang terlihat merengut membuat Saga harus segera inisiatif merayunya.
"Pagi, Sayang," sapa Saga hangat. Dia merengkuh istrinya dengan lembut. Namun, Dela tegas menolak. Saga dibuat bingung karenanya.
"Kenapa kamu ganti parfum?" protes Dela kesal.
"Oh ... Nayra selalu mual kalo aku dekatin dia. Makanya aku ganti dengan parfum yang lebih ringan," jawab Saga santai.
Pria yang sudah rapi dengan kemeja kantornya lantas berjalan pelan menuju meja makan. Tempat di mana Nayra tengah mempersiapkan sarapan. Saga menarik kursi, kemudian duduk santai.
"EHEM-EHEM!"Sontak Nayra memisahkan diri dari dekapan Saga begitu mendengar dehaman suara Dela."Harus gitu bermesraan di luar sini?" sindir Dela sinis, "biar semua orang tahu kalo kalian adalah suami istri," lanjutnya sembari sesekali melirik sengit ke Nayra.Saga tersenyum kalem. Lelaki itu merangkul Dela, lalu mengajaknya masuk ke rumah. "Tadi Nayra cuma meluapkan kegembiraan saja," ujarnya santai.Dela menghentikan langkah, "memangnya habis dapat apa dia? Lotre?" Dela masih menyindir dengan sinis.Lagi Saga tersenyum manis. "Kita akan berlibur ke Lombok, Nayra akan kuajak. Dia bahagia karena nanti bisa lihat pantai. Seumur-umur Nayra dia belum pernah--""Stop-stop!" Dela memotong perkataan Saga, "tadi kamu bilang kita akan berlibur ke Lombok?" tanya Dela memastikan."Benar." Saga mengiyakan dengan anggukan semangat."Apa aku gak salah
Dela menggeliat. Kepalanya terasa pening. Sinar matahari yang menembus kaca jendela kamarnya membuatnya silau.Dela mengerang. Dia masih ingin tidur lebih lama lagi sebenarnya Tangannya meraba bantal di sebelahnya. Kosong. Wanita itu terperanjat.Melawan rasa malas, Dela membuka matanya lebar-lebar. Dia menarik rambutnya guna mengalihkan rasa pusing. Sedikit tercengang melihat bajunya yang sudah berganti dengan pakaian tidur."Pasti Saga yang menggantikannya." Dela lalu teringat kejadian semalam. "Dia memang suami yang baik," pujinya sambil terkekeh kecil. Itulah kenapa dia sangat mencintai Saga.Jam digital di nakas menunjukkan pukul sembilan pagi. Perut Dela terasa keroncongan. Dia ingin sarapan. Namun, dia perlu membersihkan diri.Dela masuk ke kamar mandi. Dia menyalakan kran air di bathtub. Dirinya juga menuang sabun cair aroma buah ke dalam bak berwarna putih tersebut. Lama-kelamaan
Saga membimbing Nayra sampai ke kamarnya. Lelaki itu menyuruh sang istri untuk berbaring. Selanjutnya dia bergegas menuju dapur.Tangan Saga cekatan mengambil sebuah cangkir pada kabinet dapur. Dia mengisi gelas tersebut dengar gula dan juga satu kantong teh celup. Usai menyeduh dan mengaduk airnya, Saga pun kembali ke kamar Nayra. Di jalan ia bertemu dengan ibunya."Minuman untuk siapa, Ga?" tegur ibunya lumayan heran. Pasalnya arah tujuan Saga adalah kamar asistennya Dela.Saga lumayan gugup mendapat pertanyaan tersebut dari ibunya. "Eum ... ini untuk Nayra, Bu." Dia menjawab jujur. Jika perlu, saat ini Saga akan mengaku jujur saja.Ibu Saga yang bernama Bu Ida berjengit mendengar jawaban sang anak. "Gadis itu cuma asistennya Dela kan?""Iya, Bu, tapi Nayra lagi sedikit gak enak badan.""Dia bisa mengurus dirinya sendiri," tukas Ibu Ida lumayan keki, "Dela yang lagi hami
"Kenapa kamu minum susu hamil? Memangnya kamu lagi hamil?"Nayra tersentak. Ibu Ida sudah berdiri di belakangnya. Tatapan mata wanita itu tertuju pada dus susu hamil pada meja tersebut."Oh ... enggak, Ibu. Ini susu, saya buat untuk Mbak Dela." Nayra mencoba berkelit. Dirinya yang jarang berbohong membuat dadanya terasa berdebar-debar."Tapi, tadi saya ngelihatnya kamu seperti mau minum susu itu," tukas Ibu Ida tidak percaya.Nayra tidak dapat berkutik lagi. Otaknya berkerja cepat untuk membuat alasan yang masuk akal."Eum ... saya cuma mau mencobanya sedikit, Bu." Kembali Nayra berbohong, "Mbak Dela tidak menyukai susu hamil, katanya rasanya hambar. Makanya saya kasih sedikit gula," terangnya sesopan mungkin.Ibu Ida terdiam. Dia masih sedikit tidak percaya. Namun, dia tidak bisa menuduh lagi.&nbs
Nayra sudah cukup menenangkan diri. Bukan sekali Saga menegaskan padanya jika dia hanya berstatus istri siri pencetak anak saja. Tidak ada cinta untuknya.Namun, sebagai perempuan, perlakuan lembut Saga selalu membuatnya baper. Padahal sudah berulang kali hati kecilnya mengingatkan jika perhatian Saga ditujukan untuk calon anaknya.Setelah merasa baikan, Nayra keluar kamar. Di ruang keluarga dilihatnya sang mertua sedang duduk sendiri menghadap televisi."Lho ... Nayra, mata kamu merah begitu, habis nangis, ya?" tebak Ibu Ida begitu menyadari kehadiran Nayra.Nayra menyengir. "Iya, tadi tiba-tiba ingat nenek. Jadinya aku nangis, Bu." Nayra membuat alasan yang cukup masuk di akal. "Ibu sendirian, boleh saya temani?""Saya lagi nunggu Dela. Dia ngajak saya belanja bulanan. Lagi dandan dia.""Oh." Nayra menyahut singkat.Tidak lama, Dela pun datang. Seperti b
Aktivitas berkebun selesai begitu mentari terbenam di ufuk barat. Baik Ibu Ida dan Nayra sama-sama masuk rumah. Jika Nayra langsung menuju kamarnya, Ibu Ida memilih beranjak ke dapur.Wanita itu ingin membasahi tenggorokannya yang dahaga dengan air. Usai minum, Ibu Ida lekas menuju kamar. Dia ingin membersihkan badan.Namun, di jalan dirinya melihat Dela baru keluar dari kamar Nayra. Mungkin baru saja memberikan perintah untuk Nayra. Benar saja, gadis itu keluar kamar."Mau ke mana, Nay?" tegur Ibu Ida melihat Nayra agak tergesa saat berjalan.Nayra berpaling. "Ke mini market, ada yang harus dibeli." Usai membalas sopan, gadis itu berlalu cepat.Ibu Ida angkat bahu. Dirinya gegas menuju kamarnya. Wanita itu lekas membersihkan diri.Usai mandi Ibu Ida keluar kamar lagi. Sambil menunggu adzan Maghrib, dirinya ingin bersantai di ruang keluarga. Namun, di tengah jalan wanita i
"Saga! Apa yang sedang kalian lakukan, hah?!" seru Ibu Ida meradang.Sontak Saga dan Nayra terperanjat. Keduanya cukup takut mendengarsuara tegas dari Ibu Ida. Ketika menoleh mata Ibu Ida tampak mendelik geram ke pada mereka."Ibu gak nyangka kalo kalian bisa berbuat sehina ini?" maki Ibu Ida kesal sekaligus sedih.Hatinya amat marah melihat penampilan Saga dan Nayra yang teramat menjijikan di matanya. Penampilan acak-acakan khas orang yang habis bercinta."Bisa aku jelaskan, Bu." Walau gugup Saga mencoba tenang. "Ibu sabar dulu, jangan sampai darah tinggi Ibu naik lagi," pintanya lembut sembari meraih tangan sang ibu.Namun, Ibu Ida menghentakan tangan Saga dengan berang. "Sudah berapa lama kalian main gila seperti ini? Hah!" Suaranya kian melengking."Bu, kami gak main gila," sanggah Saga berkelit."Kamu pikir ibu wanita bodoh yang bisa kamu kelabu
Ibu Ida merasa amat bahagia. Tidak henti-hentinya wanita itu mengucap syukur dan terima kasih kepada Allah SWT, karena keinginannya selama beberapa tahun terakhir ini terkabul. Lalu yang membuat hatinya kian hari adalah pandainya Saga memilih seorang wanita yang tepat untuk melahirkan cucunya. Ibu Ida menunda kepulangannya ke Semarang. Dirinya menikmati momen kebersamaan menjaga kehamilan Nayra. Wanita itu menggantikan tugas Saga mendampingi Nayra cek kandungan. Kesamaan hobi antara dirinya dengan Nayra yaitu sama-sama gemar memasak dan berkebun, membuat Ibu Ida merasa begitu cocok dengan Nayra. Apalagi setiap malam Nayra datang untuk mengingatkan dirinya minum obat. Tidak lupa mengantar wanita itu tidur dengan pijatannya. Sebaliknya, Ibu Ida pun menjaga Nayra dengan baik. Pagi dan sore selalu membuat susu untuk sang menantu. Dirinya juga membikin makanan kegemaran Nayra. Di bulan ke empat, perlahan Nayra sudah bisa beradaptasi dengan perubahan tubuhnya. Dirinya sudah jarang lagi m