Share

81. Kenapa Harus Marah?

"Sejak kapan? Sejak kamu kuliah di Korea Selatan? Sejak kamu memiliki perusahaan? Atau sejak menikah? Atau mungkin—" Aeris sontak berhenti bicara karena Leon mengecup bibirnya singkat.

"Aku belum selesai bicara, diam dan dengarkan aku dulu, okay?"

Aeris mengangguk. "Tapi kamu tidak perlu menciumku," ucapnya malu-malu.

Kedua pipi Aeris tampak memerah, seperti kepiting rebus. Leon pasti sudah menggigit pipi Aeris jika dia seorang kanibal karena istrinya itu terlihat sangat menggemaskan.

"Aku terakhir kali bermain piano mungkin sejak tiga tahun yang lalu."

Aeris membuka mulut karena ingin bertanya. Namun, dia langsung menutup mulutnya rapat-rapat karena mendapat lirikan tajam dari Leon.

"Sejak aku dan mantan kekasihku yang dulu putus."

"Hah?" Aeris refleks membekap mulutnya dengan kedua telapak tangan karena takut Leon akan marah jika mendengar suaranya.

"Piano memiliki banyak sekali kenangan tentang kami. Tapi sejak kami putus, aku tidak pernah lagi bermain piano karena selalu teringat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status