Ayu memperhatikan setiap detail ruang kerja Nanda. Ini pertama kalinya ia masuk ke dalam ruang kerja suaminya itu setelah mereka menikah. Sepertinya, ia terlalu lama terlarut dalam kesedihan. Tidak bisa menerima apa yang sekarang ia miliki dan baru menyadari kalau suaminya punya kedudukan yang begitu bagus, kedudukan yang diinginkan semua wanita di dunia. Terutama wanita yang tidak bisa hidup mandiri dan menggantungkan hidup mereka pada pria berduit.
“Ruang kerjamu lumayan juga,” puji Ayu sambil duduk di kursi kerja Nanda. “Sepertinya, sudah lama aku nggak duduk di kursi seperti ini,” lanjutnya sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.
Nanda tak menyahut. Hanya mengawasi Ayu dengan matanya sambil menikmati makanan yang ada di hadapannya satu per satu.
Ayu tersenyum sambil menekan tombol power yang ada di laptop Nanda. “Aku boleh akses laptop ini?”
“Mau ngapain, Ay?” tanya Nanda sambil memperhatikan Ayu lewat sofa yang tak jauh dari meja kerjanya.
Nanda melangkahkan kakinya dengan pasti menuju ke ruang Presdir Amora International. Tempat papanya biasa bekerja setiap hari. Amora International adalah grup perusahaan dari lima belas anak perusahaan. Nanda yang masih suka bermain-main, hanya diberi jatah untuk mengurus satu anak perusahaan saja. Satu perusahaan saja tidak berkembang dan sering mengalami kerugian. Membuat Andre tidak bisa mempercayakan semua perusahaan yang ia miliki kepada puteranya. “Pagi, Pa ...!” sapa Nanda sambil melangkah masuk ke dalam ruang kerja Papa Andre. “Pagi. Tumben ke sini? Perusahaanmu bermasalah lagi?” tanya Andre. Nanda mengangguk dan duduk santai di kursi yang ada di hadapan meja kerja papanya. “Perusahaan produksi anak lagi kacau dan bermasalah.” “Kamu lagi bicarain Roro Ayu?” tanya Nia yang baru saja keluar dari toilet ruangan tersebut. “He-em,” jawab Nanda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Nan, Roro Ayu itu keturunan bangsawan. Dia w
“Pa, itu semua cuma hiburan doang. Setress sama kerjaan kantor yang numpuk, pulang ke rumah denger istri ngomel terus. Makin setress aku kalau nggak ada hiburan,” ucap Nanda berdalih. “Pandai banget beralasan. Lebih baik, kamu urus aja perusahaan dengan baik! Ada Roro Ayu yang akan membantumu mengembangkan bisnis. Daripada kamu buang-buang waktu buat ngeluh di sini, lebih baik pulang dan urus perusahaanmu!” pinta Andre. “Papa ngusir aku?” Nanda mengernyitkan dahi menatap wajah dingin papanya. “Papa ada tamu penting. Lebih baik kamu keluar dari ruangan ini! Papa nggak mau dia tahu kalau papa punya pewaris bisnis yang begitu payah!” perintah Andre sambil menatap serius ke arah Nanda. Nanda langsung bangkit dari sofa dan menatap kesal ke arah papanya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau papanya tidak mau mendengarkan dia sama sekali. Kedua orang tuanya lebih memilih untuk memihak Roro Ayu yang jelas-jelas sedang ingin mengendalikannya. Apa pun yan
“Ndre, minggu depan acara ulang tahun kami. Mau bikin syukuran kecil-kecilan. Kalian semua datang, ya!” pinta Yuna sambil menatap wajah Andre dan Nia. Nia mengangguk sambil tersenyum manis. “Pasti, dong. Kalian berdua enak banget, ya? Hari ulang tahunnya sama. Jadi, bisa rayakan bareng.” Yuna tersenyum, ia menoleh sejenak ke arah suaminya. “Kalian bisa datang ‘kan?” Nia mengangguk. “Kebetulan, kami juga nggak terlalu sibuk.” “Nanda juga datang, ya! Bawa istri kamu supaya kami bisa kenal. Tante dengar, dia salah satu lulusan terbaik di Melbourne. Tante juga lulusan dari sana. Bukan lulusan terbaik seperti dia. Hanya mahasiswa biasa. Tante penasaran sama dia. Pengen kenal.” Nanda mengangguk sambil tersenyum lebar. “Baik, Tante. Saya pasti bawa dia untuk berkenalan dengan Tante Yuna.” Yuna tersenyum bangga menatap wajah Nanda. Meski cara yang dilakukan pria muda ini melanggar norma, tapi tetap saja bisa dianggap beruntung karena mendapatk
Di ruangan kerjanya, Andre hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Nanda yang terlihat begitu santai dan banyak berdiam diri saat mereka semua membicarakan bisnis. “Tidak terasa, kita usdah ngobrol sampai jam makan siang. Gimana kalau kalian makan siang bersama kami saja?” tanya Andre sambil tersenyum menatap Yuna. Yuna tersenyum sambil menggenggam punggung tangan Yeriko. “Terima kasih, Ndre. Tapi kami tidak bisa karena sudah ada janji makan siang dengan anak kami. Si Okky bisa ngomel sampai besok kalau tiba-tiba kami membatalkan jadwal makan siang kami dengan dia.” “Oh. I see.” Andre manggut-manggut. “Kalian semua sangat sibuk. Waktu makan siang bersama keluarga jadi hal yang paling berharga untuk kalian. Kalau gitu, kami tidak akan mengganggu.” Yeriko mengangguk dan bangkit dari tempat duduknya. “Kami pulang dulu, Ndre! Jangan lupa tanda tangani perpanjangan kontrak perusahaan kita!” “Gampang,” sahut Andre santai sambil ikut bangkit dari
Di perusahaannya, Nanda tidak bisa berbuat apa-apa saat Ayu mulai ikut campur dan mengobrak-abrik management perusahaannya. Ia enggan berdebat dengan Ayu hanya karena ia memang enggan untuk berpikir dan lebih senang bersantai di kantornya. “Nan, aku bisa diskusi sebentar sama kamu?” tanya Ayu sambil melangkah masuk ke ruang kerja Nanda. Nanda mengangguk sambil memainkan penanya. Ayu langsung meletakkan tumpukan dokumen yang ia bawa ke hadapan Nanda. Nanda mengernyitkan dahi melihat dokumen yang ada di atas meja kerjanya. “Kamu nyuruh aku ngapain?” tanyanya sambil menelan saliva dengan susah payah. “Ada hal penting yang mau aku diskusikan. Ini laporan dari semua departemen yang udah aku kumpulkan.” Nanda memperhatikan judul map itu satu persatu. “Terus?” “Keuangan perusahaan kamu sering minus seperti ini? Apa kamu nggak pernah ngecek di mana cost yang terlalu tinggi?” tanya Ayu. “Aku pusing, Ay. Biar aja dicek sama manag
Nanda memutar kursinya menghadap Ayu. Ia langsung menarik pinggang wanita itu dan menjatuhkan ke pangkuannya. “Kamu tahu ini kantor ‘kan?” “Yes,” jawab Ayu sambil tersenyum. “Kamu sengaja godain aku, mau ngelayani aku di sini?” tanya Nanda. Ayu langsung mengangkat tubuhnya dari pangkuan Nanda. Nanda mengeratkan pelukannya ke perut Ayu. Ia langsung terdiam saat merasakan perut wanita itu sudah membuncit dan terasa begitu padat. Hatinya tiba-tiba bergetar hingga membuat kelopak matanya memanas. “It’s my baby?” batinnya sambil mengelus perut Ayu perlahan menggunakan jemari tangannya. Ayu terdiam dan menundukkan kepala, menatap perutnya yang sedang dielus lembut oleh Nanda. Ia tersenyum dalam hati dan merasa sangat nyaman ketika Nanda memperlakukan bayi di dalam perutnya dengan lembut. Air matanya menetes terharu. Ikatan batin antara bayi dan sang ayah benar-benar bisa ia rasakan. Ia ingin, bisa diperlakukan seperti ini terus. Meski ia tidak menci
Usai pulang kerja, Nanda melangkahkan kakinya perlahan, memasuki rumah dan menyusuri anak tangga menuju ke kamarnya dengan santai. Pandangannya langsung tertuju pada Ayu yang sedang duduk di depan meja rias. “Udah siap?” tanya Nanda sambil menyentuh lembut pundak Ayu. Ayu mengangguk. “Kamu mandi dulu! Aku sudah siapkan pakaian ganti untukmu.” Nanda langsung menoleh ke atas ranjang, tempat Ayu biasa menyiapkan pakaian ganti untuknya. Ia pikir, Ayu akan bersikap baik kepadanya jika ia bisa memperlakukan wanita ini dengan manis. Ia tidak ingin wanita ini menghancurkan keluarganya dan harus bisa membuat keluarga keraton itu menarik surat perjanjian yang jelas-jelas mencekik keluarganya. Jika seperti ini terus, ia tidak akan bisa bebas melakukan apa pun di luar sana. Ia sangat kesal dengan Ayu yang terlalu cerdik dan licik. Tapi tetap saja tidak bisa berbuat apa-apa. “Kamu mau cari gaun di mana dulu?” tanya Nanda sambil tersenyum ke arah Ayu. “Gala
“Mmh ... Nan, aku ada ambil job pemotretan. Aku ...” Arlita menatap Nanda penuh harap. “Ambil aja baju yang kamu mau. Jangan sampai Ayu tahu! Aku bayarin,” perintah Nanda seolah ia sudah tahu maksud Arlita. Ia memang sudah sering memanjakan wanita-wanitanya dengan uang dan semua keperluan Arlita saat mereka masih pacaran, selalu ia penuhi. “Beneran?” tanya Arlita sambil bangkit dari sofa dan mengecup pipi Nanda. “Makasih, ya! Kalau butuh aku, kamu call aja!” Ia tersenyum manis dan melenggang pergi. Nanda menghela napas sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menjadi serba salah. Di satu sisi, ia masih menyayangi dan membutuhkan Arlita. Di sisi lain, ia harus bertanggung jawab dengan rumah tangganya. Nanda bergegas mencari sosok Ayu yang ada di butik itu. Ruang butik yang besar dan bersekat kaca, membuatnya tidak mudah menemukan Ayu. Ia hanya bisa mencari Ayu dari warna pakaian yang dikenakan istrinya itu saat pergi ke sana. Begit