Pasumpahan Tubo

Pasumpahan Tubo

Oleh:ย ย Luthfianaย ย On going
Bahasa:ย Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
50Bab
2.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:ย ย 

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Cerita romans berpadu dengan misteri tahun 70-han. Ketika mistis dan benda keramat masih dipercaya. Salah satunya Tubo (racun yang ditunggui jin), yang digunakan oleh orang tertentu untuk sarana balas dendam. Saat Rayya, gadis 23 tahun itu ingin menghancurkan racun tersebut, setelah besar dengan keluarga yang memelihara barang tersebut. Namun, ia kesulitan menumpasnya karena cara yang tak lazim. Yaitu dibakar hangus bersama harta benda yang didapat dengan menggunakan racun itu. Tambah lagi, trauma masa kecil yang dialaminya membuat dia enggan berhubungan dengan mitos, tetapi kondisi membuat ia terpaksa kembali, setelah pernikahannya terancam dengan orang yang dicintai. Bagaimanakah perjuangan seorang Rayya? Akankah ia berhasil?

Lihat lebih banyak
Pasumpahan Tubo Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Luthfiana
Hai, mampir yuk.
2021-12-10 13:54:57
0
user avatar
kimmy ara
Ceritanya seru dan bikin penasaran. Banyak rahasia yang tersimpan dan membuat kita ingin terus membaca.
2021-12-02 18:33:05
1
user avatar
Luthfiana
Semangat. .........
2021-11-11 22:19:59
1
50 Bab
Stunting
โ€œHarapan seorang ibu adalah melihat anaknya tumbuh sehat dan ceriaโ€ ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน Siang hari tepat jam dua belas, langit biru yang cerah, matahari bersinar dengan semringah membakar atap seng rumah nan gadang, hingga keluar bunyi denting seperti disiram kerikil. Seorang perempuan berumur tiga puluh tahunan terlihat bergegas menuruni anak tangga. Langkahnya tegap, bunyi sarung yang dikenakan menderap tegap. Jari-jari lentik menahan gendongan kain panjang yang diikatkan ke bahunya. Ada seorang bayi yang meringkuk di sana. Ayun langkah perempuan itu semakin cepat, menyibak rerumputan di pinggiran jalan. Sesekali tikuluakยน di kepalanya terburai ke dada menutupi kepala bayi itu, lalu dengan cekatan ia meraih kain penutup kepala itu dan mengusapkan keringat di dahi. โ€œMaiza, mau kemana?โ€ Seorang perempuan paruh baya yang sedang membersihkan rumput halaman tiba-tiba menyapanya. Sehingga ia berhenti sejenak dan menoleh. โ€œEh, Mak
Baca selengkapnya
Cawan Putih
“Simpanan terbaik adalah amal saleh.”๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนBatu Batuah, sebuah Nagari  yang terletak di pinggang gunung Marapi yang menjulang, karena struktur tanah yang tidak beraturan. Nagari Batu Batuah terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi dan lurah yang landai.Saat siang hari hawanya sejuk serta berawan, tetapi sangat dingin kala malam hari. Di tengah pemukiman, terletak surau bagonjong. Orang sekitar menyebutnya bagonjong karena surau tersebut atapnya yang lancip dan runcing seolah akan membelah langit. Di depan tempat itu ada kolam air yang berisi ikan mas dan mujair.Gemericik air yang mengalir deras mengairi sawah dan ladang. Tidak perlu irigasi karena kekayaan air sudah dilimpahkan Sang Pencipta melalui sarasah  dari puncak merpati yang tertinggi di Gunung Marapi, sumber air pegunungan yang sangat jernih. Rumah gadang Maiza berada di dataran rendah yang cukup luas. Berbatas dengan Nagari Batu Ga
Baca selengkapnya
Panaruah (Barang Simpanan)
“Perasaan terhina adalah obat manjur untuk melecut diri dan bangkit kembali.”๐Ÿ“๐Ÿ“๐Ÿ“Mak Saidah memiliki tujuh bersaudara. Ia anak yang kedua, uda sulungnya sudah meninggal dunia begitu juga dengan saudara yang ketiga sampai kelima adalah perempuan, juga telah wafat semua saat balita. Tinggal Mak Saidah dan adik bungsunya yang masih hidup. Selisih umur mereka terpaut jauh yaitu dua puluh lima tahun karena Mukhtar adalah buah salek  yang dilahirkan ketika ibunya sudah berusia kepala empat. Mukhtar menikah tidak lama setelah putrinya melahirkan cucunya Rayya, memperistri anak tengkulak di nagari tetangga, lalu mendapatkan gala adat Palindih Kayo. Setelah sekian bulan tidak pulang, ia kembali bertandang ke rumah gadang.***Sementara di halaman, si pemilik suara bas tersebut masih tetap memanggil-manggil. Memastikan keberadaannya di rumah.“Ni … o, Uni. Lai di rumah?”
Baca selengkapnya
Duka di Rumah Gadang
“Kehilangan orang yang dicintai adalah pukulan terberat dalam hidup.”๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน“Da,” panggil Mak Saidah, tetapi tidak ada sahutan dari suaminya. Mak Saidah bangkit untuk mengecek suaminya, memperhatikan gerakan napas. Namun,  yang dia rasakan hanya kehampaan, tidak ada embusan udara dan dada yang naik turun, hanya sunyi. “Uda … Uda ….” Mak Saidah memekik panik. Ia mengguncang-guncang tubuh yang sudah kaku, berharap lelaki yang telah mendampinginya lebih dari setengah abad itu membuka mata, melempar  senyum hangat di sudut bibir. Bangun lagi dari kematian adalah sebuah keniscayaan, tak akan mungkin.“Jagolah, Uda ….” Mak Saidah meraung-raung membangunkan sang suami. Keinginannya sehidup semati menjadi muskil sang kekasih telah dahulu keharibaan-Nya.Tinggal-lah Mak Saidah sendiri sebagai tulang rusuk kenangan yang akan m
Baca selengkapnya
Riwayat Niniak kalimo
“Musuh pantang dicari, ketemu musuh pantang lari.”๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน“Maiza,” panggil Mak Saidah.“Maiza, kemarilah.” Mak Saidah melambai-lambaikan tangan pada Maiza yang sedang memasak di dapur. Ia tidak mendengar panggilan dari amaknya tersebut.“Anton, panggilkan Ibu kamulah!” perintah Mak Saidah pada cucunya yang sedang bermain kelereng di dekatnya."Yo, Nek," jawab bocah lelaki itu lalu berlari ke dapur menemui ibunya yang sedang mengaduk santan gulai.“Bu, Nenek imbau,” panggil Anton pada ibunya.“Eh yo. Ibu naik lai,” sahut Maiza, lantas dia menaiki anak tangga yang menghubungkan rumah gadang dengan dapur.Sesampainya di rumah Maiza duduk di dekat amaknya. Ia memijit-mijit lengan yang kurus hanya kulit berbalut tulang.“Maiza, saya bermimpi, Abak kamu datang berpakaian sarugo, mancaliak ka amak, mukan
Baca selengkapnya
Lingkaran Malapetaka
“Apa yang engkau tanam hari ini, itulah yang dituai di kemudian hari.”๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนMendengar cerita yang dituturkan oleh amaknya, ada rasa bangga yang tumbuh di hati Maiza. Betapa tidak? Keluarganya adalah keturunan orang baik dan berada. Nenek moyang mereka juga pejuag sekaligus tokoh masyarakat.Sampai saat ini nama baik itu sering diceritakan dari orang tua ke anak-anak. Ia ingin ketika Anton dan Rayya sudah besar kelak dapat meniru semangat pendahulunya. Ia ingin sekali menceritakan kisah yang sama supaya anak-anaknya mengenal nenek moyang mereka.    “Hebat ya, Nek. Kakek kita seorang pejuang. Dengar tuh, Anton … Rayya. Kita contoh semangat kakek kita,” ujar Maiza mengajari anaknya.
Baca selengkapnya
Saat Rahasia Terkuak
“ Langgengnya sebuah hubungan disebabkan karena saling jujur dan terbuka”Hari-hari Maiza tidak seperti sebelumnya, ia seperti orang yang sedang kalimpasingan, tidur gelisah duduk resah berjalan pun gundah hatinya, wajahnya yang elok berubah murung, sudah seminggu larut dalam pikirannya sendiri. Sampah bekas makanan anak-anak belum dibersihkan. Dapur juga diabaikannya tidak sekali dua kali piring kotor menumpuk dalam panci.Pakaiannya tampak lusuh karena sudah dari kemarin dikenakan, kodek bermotif batik yang membentuk di pinggangnya juga sudah kotor oleh tumpahan minum Rayya. Hal yang dilakukan Maiza hanyalah berkurung diri dalam bilik atau bercengkerama dengan kedua anaknya. Pakiah yang melihat perubahan mood
Baca selengkapnya
Perseteruan Keluarga
“Berbaiklah saat ini dengan saudara karena mereka adalah tempat kamu mengadu di masa depan.”๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน“Pakiah …,” ujar Mak Uwo Tini, Mak Saidah dan Mak Palindih serempak berdiri.“U--da, dah lama U--da di sana?” tanya Maiza gagap, ia menelan saliva membasahi tenggorokan yang kering.Sementara Pakiah masuk ke dalam rumah, duduk dengan tenangnya lalu bersikap bijaksana padahal amarah membara dalam jiwa. Wajahnya memerah dari biasanya, sorot mata yang tajam seakan akan memotong-motong lawan bicara. Melihat suaminya tidak menanggapi, ia beranggapan kalau suaminya tidak mendengar pembicaraan mereka. Kemudian Maiza beranjak ke dapur, membuatkan secangkir teh.
Baca selengkapnya
Rayya
“Akar penyakit adalah hati yang kurang bersyukur."๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนUsai perdebatan yang terjadi tempo hari dengan Mak Palindih dan Mak Uwo Tini, Pakiah mengajak Maiza pergi jalan-jalan, tujuannya ke Pakan Rabaa. Tiga lembar uang bergambar monyet berjuntai diberikan pada istrinya untuk belanja. Maiza sangat bahagia dengan sikap Pakiah yang kembali ramah, tidak kaku seperti sebelumnya. “Uda, adik minta maaf soal kejadian kemarin.” Maiza menyalami punggung tangan Pakiah.“Sudah uda maafkan. Sekarang ayo kita bawa anak bermain. Biar dapat angin segar. Cepatlah berkemas.” Pakiah menyuruh Maiza bersiap-siap. Kemud
Baca selengkapnya
Diagnosa
“Kasih orang tua sepanjang masa, Kasih anak sepanjang jalan ke surgayaitu doa anak yang saleh”  ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนPerawat membawa Rayya ke ruang penanganan. Maiza dan Pakiah juga ikut serta. Maiza sangat tersiksa melihat Rayya terbaring di kasur yang beralaskan perlak selebar satu meter itu. Tubuh mungil yang tergolek lemas karena suhu tubuhnya masih panas, jari-jarinya yang kecil terkulai di tepi ranjang. Ibu siapa yang tidak teriris melihat putrinya yang semakin pucat. Naluri keibuan mengatakan, biarlah ia menjadi pengganti, tidak tahan melihat Rayya yang menderita.Perawat datang bersama seorang dokter muda. Langkah mereka cepat sehingga hentakan sepatu yang keras membuat lantai semen itu mengeluarkan lengkingan. &ld
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status