"Tolong bantu aku, Mas. Aku berjanji akan melakukan apapun untukmu. Aku berjanji Mas," Aisha berlutut.
Ini sudah kelima kalinya Aisha memohon bantuan pada Adnan. Sebanyak itu pula Adnan menolak untuk membantunya.Aisha memiliki nama lengkap Rumaisha Azzura, merupakan CEO dari salah satu perusahaan properti yang sangat sukses di Ibu Kota. Sekitar satu tahun lalu, perusahaannya mulai mengalami krisis karena masalah finansial. Aisha sudah mencoba berbagai cara untuk menyelamatkan perusahaannya, namun usahanya mencapai kebuntuan. Aisha tidak punya cara lain selain meminta bantuan pada Adnan."Aku tidak akan berubah pikiran Aisha. Jujur saja, tidak ada alasan bagiku untuk membantumu! Apalagi mengingat perbuatan Bapakmu beberapa waktu lalu. Apa kamu lupa?" ucap Adnan.Adnan adalah mantan suami Aisha. Adnan merupakan pengusaha di bidang yang sama, mereka berpisah sekitar dua tahun yang lalu karena perusahaan Adnan Failed dan bangkrut. Perpisahan keduanya pun penuh dilema."Aku ingat apa yang terjadi di masa lalu, Mas. Karena itu, aku merasa sangat bersalah dan meminta maaf berkali-kali padamu. Aku tahu, aku juga sangat bersalah di masa lalu. Tapi, tolong bantu aku satu kali ini saja Mas. Aku akan melakukan apapun yang kamu mau. Tolong bantu aku, Mas.""Hoh.. Coba katakan apa yang bisa kamu berikan untukku?" Tanya Adnan.Aisha berpikir keras, ia sama sekali tidak memiliki harta dalam bentuk apapun lagi. Satu satunya yang ia miliki hanya rumah yang ia tinggali sekarang, yaitu rumah almarhum Ibunya."Aku tidak punya harta ataupun uang Mas. Aku hanya punya sebuah rumah kecil yang aku tinggali sekarang. Menjadikan rumah itu jaminan tidak mungkin, harganya saja sangat kecil dari uang dan bantuan yang aku butuhkan.""Hahaha.. Kamu sudah tahu jika sekarang dirimu sangat miskin dan tidak berdaya. Lalu mengapa seolah-olah kamu memiliki sesuatu untuk diberikan kepadaku? kamu terlalu percaya diri hingga berani datang kesini!""Aku tidak punya jalan lain Mas. Aku harus menyelamatkan perusahaanku, dan karyawanku. Mereka punya keluarga yang bergantung pada mereka, Mas. Aku mohon, bantu aku sekali ini saja Mas," Aisha masih berlutut di hadapan Adnan."Apa kamu sadar apa yang kamu lakukan sekarang sangat rendah? Tidak ada yang menginginkan keberadaanmu, mana mungkin aku memungut sampah! Hahaha..""Bapakmu yang kaya raya dan angkuh itu sudah sakit sakitan dan bau tanah sekarang. Kamu tidak lagi bisa berlindung di ketiaknya, begitukan?" Kata kata yang keluar dari mulut Adnan sangat sangat kasar, tapi Aisha tidak bergeming sedikitpun. Aisha sangat membutuhkan bantuan Adnan, harga dirinya sudah tidak penting lagi."Kenapa tidak menjawab? Apa sekarang kamu sangat malu? Kamu ingin menangis, kenapa matamu memerah?" Tanya Adnan sangat angkuh."Bapakku sedang sakit keras dan aku tidak memiliki siapa siapa lagi di dunia ini selain kamu, Mas. Karena itu bantulah aku, pungutlah sampah ini!" Aisha memohon."Hahaha.. Atau jangan jangan Bapakmu juga yang menyuruhmu untuk datang memohon kesini ya? Bapakmu mana mungkin membiarkan putrinya yang berharga memohon seperti ini, atau jangan jangan Bapakmu lebih mementingkan perusahaannya daripada putrinya? Pasti kamu juga sudah tidak berarti lagi untuknya ya?" Adnan menghina Aisha habis habisan.Aisha tidak goyah ataupun marah sedikitpun dengan sikap Adnan saat ini. Aisha memang menyesal atas apa yang telah terjadi di masa lalu. Rasa sakitnya dan keselapahaman telah merenggut kebahagiaan dari kehidupan pernikahannya beberapa tahun yang lalu."Aku tidak ingin membicarakan masa lalu Mas. Terserah kamu mau menghinaku bagaimanapun, hari ini aku tidak akan pulang sebelum kamu setuju untuk membantuku. Aku tidak punya tempat lain untuk aku mintai bantuan. Hanya kamu satu satunya yang aku miliki Mas." Aisha sujud di kaki Adnan."Hei!!" Adnan kaget dengan perilaku Aisha."Kamu sangat rendah Aisha. Aku tidak menyangka kamu menjadi sangat rendahan seperti ini," Adnan menarik rambut Aisha sampai kepalanya mendengak ke arah wajah Adnan."Auuu!!" Pekik Aisha."Aku tahu Mas, tapi aku tidak akan pergi dari sini walaupun kamu menyeretku keluar dari sini. Kali ini saja Mas, aku mohon.""Kau tidak punya apa apa sebagai jaminan?" Adnan berpikir apa yang bisa ia dapatkan jika membantu Aisha."Apa saja, Mas akan memberikannya padamu Mas! Aku juga akan melakukan semua yang kamu minta.""Kalau begitu jual tubuhmu padaku!" Ucap Adnan dengan sangat lantang."Maksud kamu apa Mas?" Aisha tidak menyangka Adnan akan mengatakan itu."Jual tubuhmu ini dan tidurlah denganku!" Ulang Adnan.Aisha berusaha mencerna permintaan Adnan. Satu detik, dua detik, dan di detik ketiga Aisha segera menjawab."Aku akan memberikannya Mas, tapi aku ingin kita menikah kembali. Aku tidak mungkin membiarkan kamu menyentuh tubuhku begitu saja.""Hahahah.. Untuk apa aku menikahimu? Dulu mungkin aku bodoh karena jatuh hati padamu, tapi sekarang berbeda Aisha! Aku tidak tahu sudah berapa kali kamu menjajakan tubuhmu itu pada pria lain sebagai imbalan membantu perusahaanmu!""Kamu boleh mengatakan apapun tentang aku, Mas. Tapi tidak dengan apa yang barusan! Aku tidak pernah menjual tubuhku seperti yang kamu tuduhkan!" tegas Aisha."Munafik! Pasti kamu sudah tidur dengan banyak pria. Jika tidak, mana mungkin mereka membantumu berulang kali seperti itu?" Adnan menatap Aisha dengan tatatpan curiga."Aku pikir kamu tidak seburuk ini Mas, nyatanya aku salah. Kamu memang serendah ini, bahkan lebih rendah dariku.""Cuihhh" Adnan meludah ke wajah Aisha."Sudah jatuh miskin masih saja angkuh!" Ucap Adnan.Aisha tidak menduga jika Adnan akan bersikap serendah itu, tapi mau bagaimana lagi. Aisha sudah bertekad tidak akan menyerah. Ia akan maju terus sampai Adnan membantunya."Maafkan aku, Mas. Aku sangat kasar dan lancang," Aisha mengelap air ludah Adnan yang ada di wajahnya. Aisha sadar kata katanya barusan hanya memprovokasi Adnan."Setelah kita tidur bersama barulah aku akan memutuskan akan menikahimu atau tidak. Toh akan sama saja, aku sama sekali tidak tertarik untuk mengulang pernikahan kita seperti dulu.""Aku tidak akan tidur denganmu jika kita belum menikah Mas. Walaupun di pikiranmu aku ini jalang, sampah atau apapun, tapi aku masih takut pada Tuhanku, Mas!" Aisha teguh pada pendiriannya."Kalau begitu, kita lakukan sore ini. Aku tidak sabar untuk memastikan apa keangkuhanmu itu benar atau tidak. Aku ingin tahu apa benar tubuhmu itu memang tidak pernah dijamah pria manapun setelah kita bercerai.""Tidur atau menikahnya Mas?""Bodoh sekali, tentu keduanya!""Baiklah, tolong buktikan dulu padaku jika kamu akan memembantuku. Aku tidak ingin menjual diriku, tapi malah tertipu.""Kamu memang banyak berubah Aisha. Mana mungkin aku akan menipumu.""Aku memang banyak berubah setelah berpisah denganmu, Mas. Satu-satunya orang yang aku percayai di dunia ini pun merelakan aku begitu mudah, aku harus percaya pada siapa lagi?" Sindir Aisha. Dulu Aisha sangat berharap Adnan akan mempertahankan pernikahan mereka, nyatanya banyak hal yang menyebabkan kesalahpahaman diantara mereka hingga sekarang. Banyak tanya Aisha yang tidak terjawab."Kamu bermaksud mengataiku? Atau mau aku batalkan saja kesepakatan kita ini!?" Ancam Adnan."Baru saja bilang setuju, nah sekarang udah berubah pikiran aja.""Oke fine, bicara denganmu sangat menguras energi. Aku akan menyelesaikan semuanya setelah kamu keluar dari ruangan ini. Pergilah dan tunggu apa yang akan aku perbuat. Oh iya, sore ini pukul 5 sore, kita menikah!""Baiklah." Aisha segera bangkit dan berdiri. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun lagi, Aisha langsung menuju pintu keluar. Aisha membuka pintu itu dan keluar dari sana.'Aku berhasil, bagaimanapun nanti aku akan berusaha keras. Aku tidak akan membiarkan kamu semena mena padaku, Mas. Aku sangat tidak menyukai kepribadianmu sekarang.' Aisha berjalan keluar dari perusahaan Adnan.Setelah Aisha pergi, Adnan langsung menelepon beberapa orang suruhannya untuk menyelesaikan semua masalah Aisha. Adnan berdiri di depan dinding ruangannya yang terbuat dari kaca sambil menunggu Aisha muncul di pandangannya. Adnan bisa melihat keluar melalui ruangannya yang berada di lantai lima gedung itu.Diakhir percakapannya dengan orang ketiga yang di teleponnya Adnan memastikan semuanya akan berjalan sesuai rencananya. "Pastikan kalian bekerja dengan benar! Saya tidak ingin menunggu lama, kerjakan sekarang juga!" perintah Adnan."Baik Pak," jawab Orang suruhan Adnan. Adnan segera menutup teleponnya setelah mendengar jawaban yang membuatnya lega.Adnan merasa sangat puas saat ini. Usahanya selama ini akhirnya membuahkan hasil sesuai dengan tujuannya. Segera Adnan kembali duduk ke kursinya dan bersandar di sandaran kursinya. 'Lihat saja Aisha, aku akan membalaskan dendamku pada Bapakmu!' sambil melihat Aisha berjalan menjauhi kantornya."Iya, iya. Kalau gitu sampai besok ya. Kita berangkat besok pagi pagi ya. Jangan datang siang, kita berangkat jam 9 pagi ya.""Iya iya, tenang aja. Jangan khawatir. Aku pasti tepat waktu kok. Aku juga semangat banget mau kita bisa pergi bertiga setelah sekian lama gak ngumpul.""Oke oke, assalamu'alaikum. Aku tutup dulu telponnya. Besok save drive ya.""Walaikumsalam." Adnan pun menutup teleponnya. ***Esok harinya, Adnan, Aisha dan Adnan baru saja tiba di kebun binatang. Layaknya anak kecil biasanya, Hara sangat bahagia diajak berwisata. Hara banyak bertanya pada Adnan maupun Aisha tentang hewan hewan yang ia lihat disana. Dengan senang hati, Adnan dan Aisha menjelaskan setiap pertanyaan Hara. Hingga siang hari, tibalah Hara mengajukan pernyataan yang serius. Mereka baru saja selesai makan siang dan bersiap siap untuk melanjutkan kunjungan mereka ke tempat lainnya. Adnan berencana mengajak Hara untuk pergi berenang. "Kita sudah setengah hari bersama-sama Ayah, Ibu. Apa Ibu dan Aya
15. "Bukan gitu Ayah, Hara hanya merasa jika Ibu seharusnya bahagia dan memiliki pasangan seperti orang lain Yah. Hara juga ingin melihat Ayah bahagia. Kalau Ibu gak berencana mau punya pasangan baru, apa Ayah juga tidak?""Apa Ayah terlihat menyedihkan dengan kondisi Ayah sekarang sayang?""Bukan begitu Ayah, Hara sangat mencemaskan Ayah dan Ibu. Hara pasti akan bahagia jika Ayah dan Ibu bahagia.""Kamu masih sangat kecil dan sudah kepikiran sampai sejauh itu sayang, maafkan Ibu dan Ayah ya sayang membuat kamu khawatir.""Ayah kenapa minta maaf, Ayah kan gak ngelakuin hal yang salah.""Andai Ayah dan Ibu seharusnya bisa menahan ego lagi sedikit, agar kita semua bahagia sayang.""Hara tidak mengerti apa yang Ayah katakan. Yang jelas, Hara ingin Ayah dan Ibu bahagia lagi seperti dulu. Benar benar bahagia, bukan hanya tersenyum di depan Hara, tapi di setiap harinya.""Ayah akan berusaha untuk menjadi seperti yang Hara inginkan sayang, Ayah juga nanti bakal bilang ke Ibu ya. Kamu janga
"Om hati hati nanti di jalan pulang. Sampai ketemu lagi ya Om," Hara juga menyalami Denis. Adnan dan Hara pun meninggalkan rumah itu, namun belum sampai ke mobilnya, Adnan mendengar Bunda. "Ini Bunda ada cemilan dan juga kopi. Ayo dinikmati Nak Denis," Ucap Bunda. Adnan pun menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang. 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi aku tidak menyangka jika aku akan kalah dengan Pria asing yang entah berasal dari mana. Aku harus menyerah berapa kali lagi dan harus menunggu berapa lama lagi. Aku ingin selesai dengan perasaan ini, tapi aku selalu kembali pada Aisha,' batin Adnan. Dengan hati yang gundah, Adnan pergi meninggalkan rumah Aisha. "Ayah kenapa ngelamun? Apa Ayah sakit?" Tanya Hara. Hara menyadari jika Adnan sepertinya kurang nyaman dan banyak diam. Hara yang masih terlalu kecil menafsirkan sikap Adnan itu mungkin karena sakit. "Engga sayang, Ayah gak sakit. Kenapa Hara pikir Ayah sakit?""Ayah terlihat m
"Aku?" "Ya kamu..""Aku alhamdulillah baik, ayo duduk dulu yuk. Masa dari tadi bengong bengong doang?""Oh iya iya, ayo masuk!" Ajak Pak Adhi.Semua orang pun masuk ke dalam rumah. Kedatangan Adnan pada jak makan siang, jadi mereka semua langsung menuju dapur karena akan bersama. "Wah.. Banyak banget makanannya. Ada apa ini?" Tanya Adnan. "Assalamu'alaikum," Suara seseorang terdengar dari luar. Pintu depan yang belum ditutup pun membuat suara itu terdengar hingga di dapur. "Kayaknya ada yang datang deh," Ucap Bunda. "Iya Bun, tadi Aisha mengundang satu teman baru Aisha Bun. Aisha ke depan dulu buat ajak masuk ya Bun.""Iya sayang," Jawab Bunda. Yang lainnya melanjutkan kegiatan mereka dan sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Pak Adhi bahkan sudah menyendok nasi ke piringnya. Disusul oleh Adnan yang sekaligus menyendokkan nasi ke piring Hara. "Hai! Kamu sudah sampai. Tadi langsung ketemu rumahnya atau gimana?" Tanya Aisha."Assalamu'alaikum," Ucap Tamu yang kini sudah ber
ak Denis, tunggu saya!" Ucap Aisha. "Ayolah lebih cepat. Kamu sih kebanyakan bengong. Ngapain sih bengong?" Ucap Denis. Denis berusaha menurunkan kecepatan langkah kakinya."Saya gak bengong Pak, saya lagi mikir tadi." Aisha pun berhasil menyamakan langkahnya dengan Denis. "Bapak kok mau numpangin saya, Pak?" Tanya Aisha. "Kan searah. Lagian says juga bakal lewat sana juga.""Hohh.. Gitu ya Pak." Aisha dan Adnan pun sudah tiba di depan mobil Denis. "Ayo masuk buruan! Jangan bengong lagi.""Iya iya Pak. Saya gak bengong kok.""Ya udah, kalau gitu ayo buruan masuk!" Ajak Denis. Denis dan Aisha pun segera masuk ke dalam mobil. Jalanan yang dilalui mereka sudah tidak macet lagi. Lalu lintas juga terpantau lancar. "Di mana tadi parkir mobilnya?""Dekat sih Pak, beberapa meter di depan sana.""Hoh.. Mini market yang di ujung jalan itu ya?""Ya Pak, bener banget. Yang itu Pak.""Kamu kenapa dari tadi manggil saya Bapak terus. Kita kan dalam kondisi formal. Panggil Denis aja, lagian kit
"Alhamdulillah, sejauh ini sayang. Kita sudah benar-benar stabil, tidak akan mudah untuk menggoyahkan kita.""Alhamdulillah, semoga seterusnya juga begitu Pak.""Aamiin."Aisha pun segera bangkit dari tempat duduknya karena ingin mengakhiri kunjungannya. "Loh mau kemana?" Tanya Pak Adhi. "Aisha cuma berkunjung sebentar Pak. Nanti Aisha mau ke tempat lain. Ada pertemuan sama beberapa donatur Yayasan Pak," Jelas Aisha. "Oh gitu, nanti kamu terlambat sayang. Pergilah, hati hati di Jalan ya sayang. Lebih naik kita datang lebih dulu dibandingkan mereka yang harus menunggu. Jaga sopan santun kita.""Oke Pak, Aisha berangkat dulu ya Pak," Aisha segera salim pada Pak Adhi. Dalam beberapa menit Aisha sudsh berada di jalanan. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menikmati perjalanannya menuju pertemuan dengan para Donatur Yayasan. Namun perjalanannya tidak begitu mulus. Sekitar 2 kilometer hampir sampai ke tempat tujuan ada macet. Aisha tidak kepikiran kalau jalanan disana ak