Takdir adalah sebuah rahasia Tuhan yang tidak bisa ditebak. Kehidupan manusia berubah dengan mudah. Begitu juga dengan Keyla yang seorang anak yatim yang ditinggal pergi ibunya ke luar negeri dan bekerja sebagai TKW di Tiongkok. Keyla terpaksa menyusul sang ibu ke luar negeri. Dia harus bersembunyi dan dilarang menampakan diri pada keluarga majikan tempat ibunya bekerja. Mahasiswi yang memilik paras cantik, seksi dan menguasai bahasa asing itu bekerja paruh waktu di bar, café, club dan kadang menjadi penerjemah dari perusahaan besar. Hal tidak terduga terjadi sehingga dirinya bertemu dengan Kai yang merupakan majikan sang ibu. Dia tidak tahu dan tidak mengenali pria itu. Lelaki dingin dan tidak pernah melirik wanita manapun. Kecantikan dan kecerdasan Keyla benar-benar menarik perhatian semua orang membuat dirinya berada dalam bahaya. Gadis itu terjebak dalam hubungan terlarang yang harus dirahasiakan.
View More“Lala Sayang. Nenek senang masih bisa melihat kamu.” Nenek tersenyum. Ada butiran bening menetes dari sudut matanya dan jatuh ke bantal.
“Nenek akan terus melihat Lala.” Keyla memaksa diri untuk tetap tersenyum. Walaupun kabut putih telah memenuhi matanya sehingga pandangan menjadi buram.
Jantung Keyla berdebar tidak karuan. Dia melihat wajah nenek yang sudah pucat dan tidak bercahaya lagi. Wanita itu itu menatap cucunya dengan tatapan kosong. Senyuman yang memiliki satu arti.
Keduanya saling pandang dalam diam. Genggaman tangan yang tidak ingin dilepaskan.
“Temui ibu kamu di Tiongkok. Kamu harus bahagia, Lala.” Suara nenek sangat lemah dan pelan. Wanita itu benar-benar tidak ingin meninggalkan Keyla.
“Lala tidak mau ke tempat ibu.” Keyla menempelkan pipinya pada tangan nenek.
“Kamu tetap harus pergi, ya.” Nenek tersenyum dan menangis.
“Tidak. Tidak mau. Lala mau sama-sama Nenek.” Lala tidak bisa menahan tangis. Butiran bening jatuh dan tumpah di pipinya.
Tangan yang dingin dan keribut perlahan jatuh dari pipi Keyla. Jari-jari tua itu tidak lagi menyentuh kulit cucu kesayangan. Sang nenek telah berpulang di usia yang senja.
“Nenek. Bangun.” Keyla mengusap tangan nenek.
“Nek, bangun, Nek.” Keyla menyentuh pipi nenek. Dia tahu bahwa neneknya telah pergi meninggalkan dirinya sendiri.
“Tuuuuuut.” Nada mengerikan terdengar sangat nyaring dari layar monitor membuat kaki Keyla mendadak lemas.
“Dokter!” teriak Keyla.
“Tidak. Nenek tidak boleh pergi. Lala tidak mau sendirian. Lala tidak punya siapa-siapa lagi. Nenek bangun!” Air mata telah membasahi wajah Keyla. Gadis itu terus berbicara dalam tangis.
Dokter dan perawat datang. Mereka melakukan pemeriksaan dan memastikan kondisi pasien.
“Kamu harus kuat. Nenek sudah tidak ada.” Dokter menepuk pundak Keyla.“Tidak. Nenek. Nenek!” Keyla berteriak.
Dunia seakan berputar dan runtuh. Pandangan Keyla menjadi gelap. Tubuhnya tidak mampu lagi bertahan dan ambruk ke lantai. Dokter pria segera menggendong tubuh Keyla dan membaringkan di atas kasur
“Apa Anda keluarganya?” tanya dokter pada bibi yang mendekati Keyla.
“Saya tetangganya, Dok. Gadis ini tidak punya siapa-siapa selain neneknya,” jawab bibi.
“Ayahnya sudah meninggal ketika dia masih SD. Ibunya bekerja di luar negeri menjadi TKW dan tidak pernah pulang,” lanjut bibi.
“Kasian sekali,” ucap dokter.
“Nenek!” teriak Keyla bangun dari pingsannya.
“Lala. Nenek sudah tenang. Lala harus ikhlas ya.” Bibi berusaha menenangkan Keyla yang sangat terpukul karena kehilangan nenek.
“Bibi, kenapa nenek meninggalkan aku? Aku tidak punya siapa-siapa lagi.” Keyla memeluk bibi.
“Sabar. Kamu masih punya Bibi.” Bibi mengusap punggung Keyla dengan lembut.
“Kenapa Yanti tidak menerima panggilanku?” Bibi berusaha menghubungi mama Keyla yang berada di Tiongkok. Wanita yang telah meninggalkan putri kecilnya dan pergi dengan membawa putri sulungnya.
“Kita bawa nenek pulang ya, Keyla.” Bibi berusaha membujuk Keyla.
“Ya.” Keyla mengangguk.
Mereka pulang ke rumah untuk memakamkan nenek dalam peristirahatan terakhir. Keyla benar-benar sangat sedih dan terpukul kehilangan satu-satunya keluarga yang mencintainya.
Perempuan yang membesarkan dirinya dalam kasih sayang yang tulus sejak dilahirkan ke dunia hingga menjadi wanita muda yang cerdas.
Keramaian menjadi sunyi seketika saat semua telah pulang dan tinggal Keyla sendirian yang masih bertahan di pusaran neneknya. Gadis itu tidak ingin meninggalkan neneknya.
“Kenapa Nenek meninggalkan, Lala? Kenapa, Nek?” Keyla berbicara dengan tumpukan tanah basah dengan taburan bunga segar.“Lala, ayo pulang.” Bibi membantu Keyla beranjak dari pusaran nenek dan pulang ke rumah.
Keyla hanya berkurung di rumah. Dia menunggu keputusan kampus yang akan mentranfernya ke universitas yang ada di Tiongkok.
Di Tiongkok, Yanti telah mendapatkan kabar bahwa ibu mertuanya sudah meninggal dunia sehingga dia harus meminta izin kepada majikannya untuk membawa Keyla tinggal di gudang tempatnya bekerja.
“Tuan, apa saya bisa berbicara dengan Tuan Kai?” tanya Yanti pada kepala pelayan.
“Kamu mau bicara apa?” Meng balik bertanya.
“Meminta izin membawa anak saya tinggal di gudang belakang,” jawab Yanti.
“Tunggu di sini, Saya akan bicara dengan Tuan Kai,” ucap Meng.
“Baik, Tuan. Terima kasih.” Yanti mengangguk dan menunggu di luar ruang kerja Kai.
“Permisi, Tuan.” Meng mengetuk pintu ruang kerja Kai. Pria tampan yang dingin dan sedikit bicara. Lelaki lajang yang tidak pernah melirik wanita mana pun. Dia bahkan digosipkan penyuka sesama jenis.
“Ada apa?” tanya Kai tanpa melihat pada Meng.
“Bibi Yanti meminta izin untuk membawa anaknya kemari dan tinggal di gudang belakang,” jelas Meng.
“Jangan sampai terlihat olehku dan ponakan kembar,” tegas Kai.
“Baik, Tuan. Saya akan menyampaikan kepada Yanti. Permisi.” Meng membungkuk dan keluar dari ruang kerja Kai.
Pria berusia empat puluh lima tahun itu pergi menemui Yanti. Dia menjelaskan peraturan yang harus dipatuhi setelah membawa anaknya ke rumah Kai. Yanti segera menghubungi Keyla.
“Beli tiket dan terbang ke Tiongkok. Ibu akan kirimkan alamat dan rute perjalanan,” ucap Yanti.
“Kamu harus mengikuti aturan rumah ini agar bisa tinggal di sini,” tegas Yanti.
“Iya, Bu.” Keyla melihat panggilan yang telah terputus. Gadis itu segera berkemas dan bersiap pergi ke Tiongkok. Dia tidak bisa tetap di Indonesia tanpa keluarga.
Keyla tiba di bandara Pudong Shanghai. Gadis itu terbangun ketika pesawat telah mendarat. Dia segera berjalan menuju loket bus agar biayanya lebih murah. Keyla memberikan alamat kepada sopir bus.
“Nona, Apa Anda akan pergi Garden Phoenix?” tanya sopir meyakinkan.
“Iya. Apa ada yang salah?” Keyla menatap secarik kertas yang ada di tangannya.
“Tidak. Lokasi ini berada paling ujung dan tidak ada kendaraan umum yang bisa masuk. Kamu hanya bisa sampai persimpangan saja,” jelas sopir. “Tidak apa.” Keyla duduk di kursi samping jendela.Bus terus membawa penumpang dan menurunkan di tempat masing-masing hingga tersisa Keyla seorang. Dia diantar ke alamat paling ujung. Kawasan pribadi yang elit dan tidak mudah terjamah.
“Ini adalah persimpangan Garden Phoenix.” Sopir menghentikan mobil.
“Terima kasih.” Keyla turun. Dia melihat jalanan yang sangat sepi. Tidak ada satu pun kendaraan yang lewat atau masuk ke dalam.
Pohon-pohon rindang dan tinggi menjadi pelindung jalanan. Begitu teduh dan sejuk. Cahaya matahari hampir tidak mampu menempus celah untuk memberikan kehangatan. Keyla terus berjalan hingga tiba di pintu kecil paling ujung. Dia sudah ditunggu Yanti.
“Ibu.” Keyla berlari bahagia melihat ibunya.
“Ayo masuk!” Yanti menarik tangan Keyla dengan kasar masuk ke dalam perkarangan belakang.
“Kamu tinggal di sini.” Yanti membuka pintu gudang dan masuk bersama Keyla.
“Itu kamar Ibu dan pelayan lainnya. Kamu tidak usah mendekat ke rumah utama karena dilarang oleh Tuan besar. Jangan sampai terlihat oleh penghuni lain,” tegas Yanti.
“Terima kasih, Bu,” ucap Keyla.
“Istirahatlah!” Yanti meninggalkan Keyla.
Kai melepaskan sabuk pengaman. Dia bisa mencium aroma harum segar rambut Keyla. Pria itu memperhatikan wajah cantik dengan mata yang masih terpejam.“Rambutnya harum sekali.” Kai turun dari mobil dan membuka pintu untuk Keyla.“Turunlah! Apa aku harus menggendong kamu lagi?” tanya Kai.Keyla membuka mata. Dia menatap tajam pada Kai dengan wajah cemberut. Gadis muda itu benar-benar ketakutan. Kakinya terasa lemas.“Kenapa?” tanya Kai memperhatikan Keyla. Jari-jari tangan gadis itu gemetar.“Kakiku lemas,” jawab Keyla.“Penakut.” Kai segera menggendong Keyla. Dia membawa gadis itu masuk dari pintu belakang dan naik dengan lift khusus sehingga tidak ada yang melihat mereka.“Tuan Kai.” Yibo terkejut melihat Kai menggendong Keyla.“Menyusahkan!” bentak Kai menghempas tubuh Keyla ke sofa.“Aaah!” Keyla terkejut.“Gadis ini benar-benar cantik.” Yibo melihat Keyla yang tampak kesal. Gadis itu sangat ingin mengungkapkan isi hatinya dengan amarah karena dipaksa oleh Kai.“Jangan membuatku rugi
Lusi membawa Keyla ke tempat parkir mobil. Wanita itu membuka pintu untuk gadis kecil.“Kita mau kemana?” tanya Keyla.“Membeli baju dan perawatan. Kita pancarkan kecantikan yang kamu miliki agar Tuan Kai terpesona pada kamu.” Lusi tersenyum.“Aku tidak sedang tebar pesona,” tegas Keyla.“Aku tahu, Sayang. Ayo masuklah!” Lusi mendorong tubuh Keyla masuk ke dalam mobil.“Apa aku bisa lari?” tanya Keyla pada dirinya sendiri.“Kenapa mereka harus memaksaku?” Keyla duduk di samping Lusi yang menjadi sopir.“Butiknya tidak jauh dari sini.” Lusi mengendarai mobil menuju pusat perbelanjaan kota. Di mana semua tersedia dengan lengkap sesuai keinginan konsumen.“Kita sampai. Mall ini milik Tuan Kai. Kamu bebas mengambil apa pun.” Lusi memperlihatkan kartu kepemilikan Kai yang dibawanya.“Hhh.” Keyla benar-benar tidak tertarik untuk masuk ke dalam mall mewah karena dia tidak pantas berada di sana.“Kenapa?” Lusi melihat Keyla yang masih berdiri di depan pintu.“Mereka akan mengusirku,” ucap Key
Keyla kembali ke ruangan Nyonya Bay. Dia menyerahkan cek yang diberikan Kai.“Nyonya Bay. Ini bayaran yang diberikan oleh Tuan Kai.” Keyla meletakkan cek di atas meja.“Wah. Sangat tinggi.” Nyonya Bay mengambil cek dan melihat angka yang tertulis di kertas dengan nol yang cukup banyak.“Ini bayaran kamu, Key. Tuan Kai sudah memberi bagianku.” Nyonya Bay mengembalikan cek kepada Keyla.“Apa ini semua untukku?” tanya Keyla tidak percaya dengan bayaran yang didapatkannya. Uang itu sangat banyak. Dia hanya bekerja sebagai penerjemah dalam beberapa jam saja.“Simpanlah untuk keperluan kamu. Kamu boleh pulang,” ucap Nyonya Bay.“Terima kasih, Nyonya.” Keyla kembali ke kamar Mey. Dia berganti pakaian.“Mey masih bekerja.” Keyla mengirim pesan kepada Mey. Dia pamit pulang lebih dulu karena harus mengejar bus malam.Kai memeriksa data Keyla. Tidak ada alamat di Tiongkok. Semua masih data Indonesia.“Di mana dia tinggal?” tanya Kai pada Yibo.“Saya akan mencarinya,” jawab Yibo.“Dia bahkan meng
Mey sangat ketakutan. Dia membawa Keyla kembali ke ruangan manager. Gadis itu harus melaporkan kejadian di ruangan VIP.“Nyonya.” Mey menarik tangan Keyla masuk ke dalam ruangan Nyonya Bai.“Ada apa?” tanya Bai melihat pada Keyla yang basah.“Keyla diusir dari ruangan VIP,” jawab Mey dengan tetap memegang tangan Keyla yang hanya menunduk saja karena merasa bersalah.“Kenapa?” Bai menatap pada Keyla.“Tamu itu adalah Tuan Kai,” ucap Mey.“Maaf, Nyonya.” Wajah Keyla terlihat pucat.“Aku lupa malam ini kamu melayani Tuan Kai.” Bay khawatir.“Permisi.” Yibo mengetuk pintu ruangan Nyonya Bay.“Gawat. Apa mereka akan menghukum gadis kecil ini?” Nyonya Bai benar-benar khawatir dengan nasib Keyla yang baru mau bekerja.“Silakan masuk, Tuan Yi. Kalian pergilah,” ucap Bay pada Keyla dan Mey.“Baik, Nyonya.” Mey dan Keyla segera pergi dari ruangan Nyonya Bay.“Apa yang Anda butuhkan, Tuan Yi?” tanya Nyonya Bai tersenyum ramah.“Saya benar-benar minta maaf atas kesalahan Keyla. Dia masih baru bek
Keyla mengurus dirinya sendiri dan berusaha tidak terlihat oleh majikan sang ibu. Dia mencari informasi tentang kampus yang telah menerimanya. Gadis cerdas itu tidak kesulitan untuk diterima di universitas ternama. Baru beberapa bulan kuliah sudah mendapatkan prestasi yang membanggakan.“Aku harus mendapatkan pekerjaan paruh waktu seperti menjadi guru private atau bekerja di café agar tidak meminta uang kepada ibu.” Keyla membuka laptop dan mencari informasi tentang pekerjaan paruh waktu yang bisa dikerjakan oleh seorang mahasiswi.“Aku menguasai beberapa Bahasa asing dan ini akan sangat berguna.” Keyla mengirim lamaran secara online. Gadis itu menampilkan kelebihan dan prestasi yang dimilikinya.“Selesai. Aku akan menunggu panggilan kerja.” Keyla menghempaskan tubuh di atas kasur dan tersenyum penuh keyakinan.Ponsel Keyla berdering. Dia mendapatkan panggilan untuk interview di sebuah club malam.“Halo,” salam Keyla segera duduk.“Apa dengan Nona Keyla?” tanya wanita di seberang.“Ya
“Lala Sayang. Nenek senang masih bisa melihat kamu.” Nenek tersenyum. Ada butiran bening menetes dari sudut matanya dan jatuh ke bantal.“Nenek akan terus melihat Lala.” Keyla memaksa diri untuk tetap tersenyum. Walaupun kabut putih telah memenuhi matanya sehingga pandangan menjadi buram.Jantung Keyla berdebar tidak karuan. Dia melihat wajah nenek yang sudah pucat dan tidak bercahaya lagi. Wanita itu itu menatap cucunya dengan tatapan kosong. Senyuman yang memiliki satu arti. Keduanya saling pandang dalam diam. Genggaman tangan yang tidak ingin dilepaskan.“Temui ibu kamu di Tiongkok. Kamu harus bahagia, Lala.” Suara nenek sangat lemah dan pelan. Wanita itu benar-benar tidak ingin meninggalkan Keyla.“Lala tidak mau ke tempat ibu.” Keyla menempelkan pipinya pada tangan nenek.“Kamu tetap harus pergi, ya.” Nenek tersenyum dan menangis.“Tidak. Tidak mau. Lala mau sama-sama Nenek.” Lala tidak bisa menahan tangis. Butiran bening jatuh dan tumpah di pipinya.Tangan yang dingin dan kerib
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments