Nathan memarkirkan mobilnya tepat di parkiran mall. Sesuai dengan yang dia katakan, bahwa mall belum tutup."Mas, kita pergi aja yuk. Gak enak baru masuk tapi sudah disuruh keluar. Lihat nih udah jam 11." Eliza ragu ketika Nathan mengajaknya turun dari mobil."Nggak bakalan bahkan ada yang usir kita, bahkan jika kamu mau di sini sampai pagi." Nathan tersenyum dan kemudian turun dari dalam mobilnya. Eliza menurut dan turun dari dalam mobil. Wajahnya tampak bingung ketika masuk ke dalam mall. Mall ini memang sepertinya belum tutup, karena pengunjung masih ramai. "Ingat ya tadi sudah janji mau kasih hadiah." Nathan mengingatkan agar tidak ada drama pura-pura amnesia. "Iya, mas bilang aja mau apa nanti Liza pasti kasih. Apa mas lupa kalau sekarang Liza sudah jadi janda kaya," kata Eliza sambil tertawa."Janji ya. "Senyum licik tergambar jelas di wajah Nathan. Dengan bodohnya Eliza menganggukkan kepalanya. "Kita ke lantai 5." Nathan memberi tahu Eliza."Lantai 5 ada apa?" tanya Eliza
Apakah cerita Nathan benar atau tidak? Entahlah mungkin hanya Eliza yang percaya. Mata Eliza terbuka lebar ketika berada di dalam toko boneka. Ternyata apa yang dikatakan Nathan memang benar, di lantai 5 pusat boneka. Boneka di sini juga sangat cantik-cantik. Terkadang Eliza heran melihat Nathan yang sudah seperti cenayang. "Mas, Liza lihat-lihat dulu bonekanya." Eliza tersenyum sambil menarik tangannya hingga terlepas."Akhirnya lepas juga," gumam Eliza pelan. Nathan sangat pandai membuat jantungnya bermasalah. Bersyukur ia bisa melepaskan diri. Kalau sudah disini, tidak ada lagi alasan Nathan mengatakan nyasar."Bonekanya lucu sekali." Eliza Tersenyum sambil memeluk boneka boneka chinamorro berwarna biru. "Mas tolong direkam ya. Liza mau pamer sama teman-teman di kampus. Kemarin teman Liza beli boneka cinnamoro warna putih. Dia pamer di ig-nya." Eliza tersenyum dan memberikan handphone nya kepada Nathan. Nathan hanya bisa menganggukkan kepalanya dan menuruti keinginan Eliza."
"Ya ini harganya tiga juta dua ratus ribu." Kasir itu tidak langsung menghitung namun memberitahu terlebih dahulu. Mengingat harga boneka yang cukup mahal."Maaf ya Mbak, saya gak jadi beli." Eliza benar-benar panik dan langsung menarik Nathan. Dia berencana untuk membawa Nathan keluar dari toko tersebut. "Hitung saja semuanya," kata Nathan tanpa menghiraukan masalah harga."Mas, nggak usah dibeli bonekanya. Nanti kita beli boneka yang di pinggir jalan aja. Bonekanya cantik-cantik harganya murah-murah kok." Eliza berkata sambil berbisik di telinga Nathan."Dibayar semua pak?" Gadis kasir itu tersenyum lebar sambil memandang Nathan. "Iya," jawab Nathan."Gak, satu yang itu saja," Eliza langsung menunjuk boneka yang dipegang gadis kasir. "Hitung semua!" Perintah Nathan. Gadis kasir itu tersenyum lebar dan langsung menghitung semua belanja milik Nathan. Inilah yang membuat para pegawai senang ketika si pemilik mall datang berbelanja. Karena keluarga Hermawan tidak akan pernah meminta
"Apa mau nonton?" Nathan memberikan menawarkan. Jika hanya membeli boneka saja pasti kurang puas. Karena itu Nathan mengajak Eliza untuk menonton. Anggap saja saat ini dia sedang menghibur Eliza yang sedang bersedih karena baru bercerai dari mantan suaminya.Eliza memandang Nathan dengan mengerutkan keningnya. Dilihatnya jam yang melingkar di pergelangan tangan Nathan, saat ini sudah menunjukkan pukul 12.00 malam."Mana ada bioskop yang buka jam segini mas." Jika ditanya mau menonton atau tidak, tentu saja jawabannya mau. Ada film baru yang ingin ditonton Eliza. Menurut teman-teman di kampus film itu sangat seru."Masih buka kok," jawab Nathan dengan yakin."Gak mungkin, pasti sudah tutup." Eliza tampak ragu menerima tawaran Nathan. "Mau nonton nggak?" Nathan kembali memberikan penawaran.Eliza memandang Nathan dengan bingung. Memangnya mall ini gak ada aturannya, hingga buka sampai pagi. "Mau, kita coba lihat dulu, kalau misalnya tutup ya sudah kita pulang." Akhirnya Eliza member
Nathan terkejut ketika Eliza sudah berpindah posisi di atas pangkuannya. Namun hal itu terjadi hanya beberapa detik. Detik berikutnya ia tersenyum senang. Apakah ini rezeki atau musibah? "Mas hantunya keluar," teriak Eliza sambil memeluk Nathan. Sedangkan wajahnya bersembunyi di dada bidang pria tersebut."Iya hantunya lagi ngintip." Nathan tersenyum geli melihat tingkah Eliza. Padahal tadi ngakunya paling penakut, tapi nyatanya dia yang lebih takut."Mas Liza takut, hantunya serem." Eliza memeluk Nathan dengan sangat kuat ketika mendengar suara jeritan."Iya jangan dilihat." Dengan sengaja Nathan memeluk Eliza dengan erat. Posisi Eliza yang berada di atas pangkuannya seperti ini membuat Nathan menjadi gelisah. Namun tetap saja dia tidak ingin Eliza segera beranjak dari tempatnya."Mas hantunya sudah pergi belum?""Belum dia masih liatin ke arah kita, matanya serem banget." Nathan berusaha menahan tertawanya. Eliza memang benar-benar bocil. Terus gimana coba dia bisa menjadi seorang
Eliza keluar dari dalam bioskop dengan wajah masam. Ada rasa kecewa dan juga sebal dengan film yang ditontonnya. Jika tidak memikirkan malu dengan Nathan, ia sudah menonton film hingga selesai. Namun karena hantu yang suka muncul dengan tiba-tiba, membuatnya ketakutan. Sedangkan Nathan hanya senyum-senyum sendiri memandang Eliza yang sangat menggemaskan. "Mas, kita pulang aja yuk." Eliza melihat jam di handphone yang ternyata sudah jam 01.00 malam."Apa nggak mau makan dulu sebelum pulang?"Eliza menggelengkan kepalanya. "Sudah sangat malam mas? Lagi pula nanti Noha suka bangun tengah malam. Jadi kita langsung pulang aja. Apa Mas lapar?" Eliza justru balik bertanya dengan Nathan.Nathan tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Kalau gitu kita pulang aja, nanti kalau Mas pengen makan apa, kasih tau Liza biar lizza yang masakin di rumah." Eliza berkata dengan tersenyum. Malam ini Nathan sudah melakukan banyak hal untuknya, karena itu Eliza akan memasak menu sesuai dengan permintaa
Nathan masuk ke kamar Eliza. Ternyata di sana sudah banyak boneka yang dibelinya. Boneka-boneka itu tersusun dengan rapi di sebuah lemari. Padahal tadi dia tidak membeli lemari namun ternyata sang Mami sudah langsung memberikan lemari boneka untuk menyusun boneka-boneka yang sudah dibeli oleh Eliza. Nathan mengambil guling kucing milik Eliza, Noha dan juga miliknya. Dia keluar dari kamar dan langsung menuju ke kamar Noha Nathan melihat sang Mami yang ternyata sudah tidak ada di sana. Hal ini pasti jauh lebih baik daripada harus mendengar sang Mami yang mengomel ketika dia akan masuk ke kamar putranya tersebut. Nathan tersenyum memandang Eliza yang sudah tertidur dengan lelap. Dia meletakkan guling kucing diperlukan Eliza dan meletakkan guling kucing kecil di pelukan Noha. Saat ini ibu dan anak itu tampak kompak dengan gaya tidur yang sama sambil memeluk guling. Dan yang lucunya mereka tidur searah dan saling berpandangan. Melihat Eliza dan Noah tidur seperti ini membuat hatinya m
Nathan keluar dari kamar dengan wajah fresh sehabis mandi. Penampilannya juga sangat santai, dengan celana jeans pendek dan kaos berkerah berwarna putih. Dengan langkah ringan ia berjalan menuju ke kamar Noah. Hari ini hari libur, itu artinya ia memiliki banyak waktu bermain dengan putra mungilnya tersebut. Langkah kaki Nathan berhenti tepat di depan kamar Eliza dan mendengar suara tertawa Noah. Pintu kamar yang tidak tertutup rapat membuat ia bisa melihat kejadian di dalam kamar."Ayo Jip, lari yang kencang. kita harus melawan buaya darat itu. kasih korbannya sudah banyak." Eliza tertawa kecil sambil memegang tubuh Noha. Sedangkan boneka harimau ditarik oleh mbak Ani. Noha tertawa ngakak sambil memegang telinga boneka harimaunya. "Jangan malas jip, ayo cepat lari. Buaya nya ada di sana. kita harus melawan buaya itu." Eliza berkata sambil menunjuk ke arah boneka buaya yang berukuran besar. "Siap pangeran." Mbak Ani menarik kepala harimau hingga harimau semakin dekat dengan buaya.
"Dia tidak marah sedikitpun meskipun aku sengaja menghindarinya. Melihat aku datang, dia langsung menunjukkan wajah bahagia. Dia meminta makan udang panggang besar di restoran favoritnya. Aku menurutnya. Aku menyuapi dia makan. Kami bercerita, tertawa, bercanda. Dia juga memberikan nasehat yang banyak untuk ku. Aku sangat pelupa, karena itu aku merekam semua perkataannya. Aku sudah berkata bahwa dia sudah sehat. Bahkan udang yang aku berikan dimakan hingga habis."Pria itu menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. Momen terakhir bersama dengan istrinya tidak akan pernah ia lupakan."Kau harus kuat demi anak-anak mu." Nathan tidak sanggup menahan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sudah lebih dulu mengalir.Apa yang dikatakan Albert, terdengar jelas di telinga Eliza. Ia bahkan ikut menangis mendengar pria itu menceritakan seperti apa sosok istrinya.Eliza memandang kedalam peti mati. Dilihatnya sosok wanita cantik yang sudah di makeup dan memakai rambut palsu panjang
Eliza masih terdiam. Tatapan matanya masih tertuju ke arah Sherly. Sudah tahu istri Albert baru saja meninggal dunia, dengan bodohnya wanita itu menunjukkan didepan umum, bahwa dia selingkuhan Albert. Bukankah ini sungguh lucu?Eliza ingin tertawa ngakak melihat kebodohan Sherly. Bisa dibayangkan seperti apa malunya diperlakukan seperti ini depan umum. Namun ia juga kasihan melihat ekspresi wajah wanita saat ini. Walau bagaimanapun Sherly ibu kandung Noah. "Sweet heart." Nathan memanggil suaminya istrinya yang masih terus memandang Sherly. Nathan kemudian menarik tangan istrinya agar tidak hanya diam di sana. Eliza menoleh ke arah Nathan sambil mengikuti langkah kaki suaminya. "Kasihan ya." "Gak ada malunya," kata Nathan tanpa ekspresi. Kelakuan Sherly yang tidak tahu malu membuat ia merasa jijik. Nathan tidak mengira bahwa wanita yang dulunya angkuh, sombong, bermartabat dan terhormat, sekarang tak ubahnya seperti wanita murahan. Ketika menceraikan wanita itu, ia sudah memberik
Sherly sampai di kediaman Albert. Berhubung hari ini kematian nyonya rumah. Orang-orang bebas ngelayat di masion Albert. Para bodyguard yang berjaga hanya memeriksa setiap orang yang akan masuk kedalam rumah. Mereka hanya memastikan bahwa bahwa pelayat tidak ada yang membawa benda tajam ataupun senjata api. Hal ini yang membuat Sherly bisa masuk dengan mudah. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat wanita itu langsung berlari mengejar Albert. Tanpa rasa malu ia langsung memeluk pria itu dari belakang."Sayang, maaf aku baru datang." Sherly berkata sambil menahan suara Isak tangisnya.Sebagai artis profesional, menangis bukanlah hal yang sulit baginya. Bahkan Apa yang dilakukannya tampak begitu sangat natural. Tatapan mata anak-anak Albert langsung mengarah ke arah wanita yang dengan berani memeluk Daddy mereka. Wajah Albert merah padam begitu juga dengan matanya. Mata yang sejak tadi terus meneteskan air, kini seperti mata setan yang berwarna merah pekat. "Apa yang kau lakuk
Suara tertawa seorang wanita menggemah di dalam kamar. Wajah wanita itu tampak sangat bahagia. Bukan hanya sekedar tertawa saja, wanita itu sampai guling-guling di atas tempat tidur dan kemudian lompat-lompat kegirangan. Berita yang didengarnya sungguh sangat membuat ia bahagia."Hahaha, akhirnya aku bisa menjadi Nyonya Albert. Kuasai harta kemudian bunuh!" Seburuk apa Albert memperlakukannya selama ini, kembali terbayang di pelupuk matanya. Wanita itu sangat marah hingga wajahnya merah padam. Harga diri yang dulu sangat tinggi, sudah diinjak-injak oleh Albert. Hal ini yang membuat Sherly sangat marah dan benci. Bahkan pria itu sudah memasung kaki dan tangannya hingga tidak bisa pergi.Kematian Anna, merupakan keberuntungan untuknya. Padahal ia sudah pasrah di jadikan gundik selama oleh Albert. Gundik atau lebih sering di kenal dengan istilah istri siri, istri simpanan atau selir. Ternyata posisi ini lebih bermartabat dari pada posisinya. Karena, pada kenyataannya pria itu hanya menj
"Dokter tolong selamatkan istriku. Dokter tolong selamatkan istriku." Albert berteriak sambil menekan tombol yang ada di samping tempat tidur istrinya. Namun pria itu tampaknya tidak puas dia kemudian berlari keluar dari kamar dan berteriak memanggil dokter. Dari arah sebelah kiri beberapa orang dokter langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Anna dirawat "Ada apa?" tanda dokter tersebut."Dokter, Kenapa mulut istriku mengeluarkan darah yang sangat banyak." Albert berkata dengan kaki dan tangan gemetar.Dokter itu langsung masuk ke dalam ruang perawatan dilihatnya darah yang terus saja keluar dari mulut pasiennya. Albert tidak ingin lagi menunggu di luar dia juga ikut masuk ke dalam. Air mata yang tadi sudah sempat berhenti. Kini kembali menetes. Dokter itu memberikan suntik, hingga darah berhenti keluar dari mulut Anna. "Honny, kamu baik-baik saja?" Albert bertanya sambil memegang tangan istrinya. Wanita itu sudah tidak menjawab. Ia hanya diam ketika dokter kembali memasang
"Ya aku tahu, aku bisa mengatasinya. Kamu tenang saja. Tapi bagaimana caranya kamu bisa tahu tentang dia?""Tubuhku yang sakit, tapi otakku masih tetap berjalan dan juga bekerja. Apa kamu tahu aku ini istri dari Albert Aliando. Aku memiliki uang yang banyak. Tidak sulit bagiku Untuk mencari informasi. Termasuk wanita yang dekat denganmu." Anna menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat jujur. "Ternyata kamu masih terus saja mencemaskanku." Bukannya marah, Albert justru senang ketika mengetahui Anna masih sangat peduli terhadapnya. "Aku sangat mencinta mu, kamu adalah cinta terakhirku. Aku ingin yang terbaik untukmu." Anna berkata dengan tulus. "Terimakasih honey," kata Albert."Perusahaan yang saat ini kamu pimpin, merupakan hasil kerja keras kita berdua. Kita mendirikannya dari mulai bisnis kecil hingga sampai memiliki perusahaan yang besar. Hanya saja setelah kita memiliki anak, kamu memintaku untuk fokus menjaga anak-anak. Sehingga aku tidak aktif lagi di perusahaan." Wanita i
Albert merasa sangat senang ketika melihat wajah Anna hari ini. Wajah istrinya tidak pucat seperti biasanya. Bahkan wanita itu bernapas tanpa mengunakan alat pernapasan."Honey, bisakah kamu ambilkan rambut palsuku di sana?" Wanita itu tersenyum sambil menunjuk ke arah nakas. "Tentu bisa baby." Nathan mengambilkan rambut palsu milik istrinya. "Mengapa ingin memakai rambut palsu?" Albert memasangkan rambut itu di kepala sang istri. Wanita itu tersenyum sambil merapikan rambut yang sudah dipasangkan oleh suaminya. "Aku ingin terlihat cantik. ""Di mataku kau yang paling cantik." Albert berkata sambil menatap wajah istrinya. "Albert, kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku. Apa kamu ingin kapan kita berjumpa?" Albert tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya. Kenangan ketika pertama melihat Anna kini kembali melintas dalam pandangannya. Penilaian pertama ketika melihat istrinya itu sudah pasti cantik. Selain cantik, Anna sosok gadis pol
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah